Minggu, 14 Juni 2009

MAKALAH

PROBLEM PENDIDIKAN ISLAM DAN UPAYA MENGATASINYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Maktakuliah Ilmu Pendidikan Islam
Yang Dibina Oleh Bapak Siswanto



Oleh :

JAFTIYATUR ROHANIYAH
Nim. 180 713 208
IMAM SYAFII
Nim. 180 713 19943
MUBAROKAH
Nim. 180 713 277243
HERLINA FAIZAH
Nim. 180 713 182243












SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
(STAIN)
JURUSAN TARBIYAH
PRODI TADRIS BAHASA INGGRIS
MEI 2009


KATA PENGANTAR


Kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga kita mampu melaksanakan segala aktivitas rutinitas dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Selanjutkan makalah ini kami persembahkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang membahas tentang ”Problem Pendidikan Islam dan Upaya Mengatasinya” dan kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing bapak Mushollin, M. Pd.I yang membina mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
Paper yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis tetap berharap kritikan dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas-tugas yang akan datang. Pada akhirnya semoga paper ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis. Dan menjadi tambahan ilmu bagi semua pihak. Amien.

Pamekasan, 10 Mei 2009

Penulis










DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL ………………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………
A. Latang Belakang ………………………………………………
B. Rumusan Masalah ……………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………
A. Problematika Pendidikan Islam ……………..…………………..
B. Upaya-upaya Mengatasi Problem Pendidikan Islam .....………..
BAB III PENUTUP ……………………………………………………
A. Kesimpulan ……………………………………………………
B. Saran …………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………














BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ketika memasuki abad ke-18 terjadilah desakan yang begitu hebat oleh penetrasi Barat terhadap dunia Islam, yang membuat umat Islam membuka mata dan menyadari betapa mundurnya umat Islam itu jika dihadapkan dengan kemajuan Barat. Untuk mengobati kemunduran umat Islam tersebut, maka pada abad ke-20 mulailah diadakan usaha-usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan.

Meskipun telah dilakukan usaha-usaha pembaharuan Pendidikan Islam, namun dunia pendidikan Islam masih saja dihadapkan pada beberapa problema. Tujuan pendidikan Islam yang ada sekarang ini tidaklah benar-benar diarahkan pada tujuan yang positif. Tujuan pendidikan Islam hanya diorientasikan kepada kehidupan akherat semata dan cenderung bersifat defensif, yaitu untuk menyelamatkan umat Islam dan pencemaran dan pengrusakan yang ditimbulkan oleh dampak gagasan Barat yang dating melalui berbagai disiplin ilmu, terutama gagasan-gagasan yang mengancam standar-standar moralitas tradisional Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah problematika dan tantangan pendidikan islam saat ini??
2. Upaya-upaya apakah yang dapat dilakukan untuk mengatasi problematika pendidikan islam?




BAB I I
PEMBAHASAN

A. PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM

Ketertinggalan pendidikan Islam dari lembaga pendidikan lainnya, menurut Azyumardi Azra, setidaknya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pendidikan Islam sering terlambat merumuskan diri untuk merespon perubahan dan kecenderungan masyarakat sekarang dan akan datang.
2. Sistem pendidikan Islam kebanyakan masih lebih cenderung mengorientasikan diri pada bidang-bidang humaniora dan ilmu-ilmu sosial ketimbang ilmu-ilmu eksakta semacam fisika, kimia, biologi, dan matematika modern.
3. Usaha pembaharuan pendidikan Islam sering bersifat sepotong-potong dan tidak komprehensif, sehingga tidak terjadi perubahan yang esensial.
4. Pendidikan Islam tetap berorientasi pada masa silam ketimbang berorientasi kepada masa depan, atau kurang bersifat future oriented.
5. Sebagian pendidikan Islam belum dikelola secara professional baik dalam penyiapan tenaga pengajar, kurikulum maupun pelaksanaan pendidikannya )..

Berikut akan dijelaskan hal-hal apa saja yang melatarbelakangi kemunduran pendidikan islam, meliputi:

a. Masalah Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Imam Ghazali, tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan paripurna baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Imam Ghazali manusia dapat mencapai kesempurnaan apabila berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan fadilah melalui ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Fadilah ini selanjutnya dapat membawanya dekat kepada Allah SWT. Dan akhirnya membahagiakannya hidup di dunia dan akhirat. Dalam hal ini beliau berkata:
"Apabila saudara memperhatikan ilmu pengetahuan, niscaya saudara akan melihat suatu kelezatan padanya, sehingga merasa perlu mempelajarinya dan niscaya saudara mendapatkan ilmu itu sebagai sarana menuju ke kampung akhirat beserta kebahagiaannya dan sebagai media untuk bertaqarrub kepada Allah Swt yang tidak dapat diraih jika tidak dengan ilmu tersebut. Martabat yang paling tinggi yang menjadi hak bagi manusia adalah kebahagiaan abadi. Dan sesuatu yang paling utama ialah sesuatu yang mengantar pada kebahagiaan itu. Kebahagiaan tidak dapat dicapai kalau tidak melalui ilmu dan amal. Dan amal itu tidak dapat diraih tanpa melaui ilmu dan cara pelaksanaan pengamalannya. Pangkal kebahagiaan di dunia dan di akhirat adalah ilmu pengetahuan. Karena itu, mencari ilmu termasuk amalan utama." )

Apabila kita simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam adalah membentuk manusis seutuhnya. Manusia seutuhnya berarti telah terjadi keseimbangan antara jasmani dan rohani, antara material dan spiritual, antara fisik dan mental, serta intelektual dan moral. Jadi semua aspek kecerdasan, baik kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual dapat dikembangkan secara signifikan.

Dewasa ini pendidikan Islam sedang dihadapkan dengan tantangan yang jauh lebih berat dari masa permulaan penyebaran islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealisme umat manusia yang serba multi interest dan berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang multi komplek pula . Ditambah lagi dengan beban psikologis umat islam dalam menghadapi barat bekas saingan jika bukanya musuh sepanjang sejarah . Kesulitan ini semakin menjadi akut karena faktor psikologis yang lain , yang timbul sebagai komplek pihak yang kalah , berbeda dengan kedudakan umat islam klasik pada waktu itu umat islam adalah pihak yang menang dan berkuasa).

Fenomena itu pada gilirannya mengakibatkan pendidikan islam tidak diarahkan kepada tujuan yang positif. Tujuan pendidikan islam cenderung berorientasi kepada kehidupan akhirat semata dan bersifat desentif.
Dalam kondisi kepanikan spiritual itu,strategi pendidikan Islam yang dikembangkan diseluruh dunia Islam secara universal bersifat mekanis. Akibatnya munculah golongan yang menolak segala apa yang berbau Barat, bahkan adapula yang mengharamkan pengambil alihan ilmu dan teknologinya. Sehingga apabila kondisi ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kemunduran umat Islam.

b. Masalah Sistem Pendidikan Islam
Sistem pendidikan Islam pada dasarnya disandarkan pada satu kenyataan bahwa setiap Muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw. bersabda:
«طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ»
Menuntut ilmu wajib atas setiap Muslim. (HR Ibnu Adi dan Baihaqi).
Allah SWT mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu dan membekali dirinya dengan berbagai macam ilmu yang dibutuhkannya dalam kehidupan. Karena itu, pendidikan Islam merupakan sesuatu yang terstruktur, terprogram, dan sistematis. Tujuannya adalah untuk mendidik manusia agar berkepribadian Islam, menguasai tsaqâfah Islam dan menguasai ilmu kehidupan (sains dan teknologi) yang memadai agar mereka dapat mengatasi problem kehidupannya sesuai dengan syariat Islam.

Masalah yang kini dihadapi dalam sistem pendidikan islam adalah:
1. Adanya Dualisme Dikotomi Sistem Pendidikan.
Persoalan dualisme dikotomi sistem pendidikan telah melanda seluruh negara Muslim atau negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam termasuk Indonesia. Dikotomi sistem pendidikan itu bukan hanya menyangkut perbedaan dalam struktur luarnya saja tapi juga perbedaan yang lahir dari pendekatan mereka terhadap tujuan-tujuan pendidikan.

Hal yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari sejarah munculnya sistem yang dipelopori oleh Belanda. Dalam hal ini mengakibatkan muculnya istilah ilmu agama dan ilmu umum. Seoalah-olah persoalan dunia tidak terkait ke dalam ranah kacamata agama padahal dalam Islam dinyatakan bahwa ajaran islam menyangkut seluruh ranah kehidupan, seperti sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya.

Sedangkan sistem tradisional kuno dalam Islam didasarkan atas seperangkat nilai-nilai yang berasal dari Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa tujuan-tujuan pendidikan yang sesungguhnya adalah menciptakan manusia yang taat kepada Tuhan dan akan selalu berusaha untuk patuh pada perintah-perintah-Nya sebagaimana yang dituliskan dalam kitab suci. Orang semacam ini akan berusaha untuk memahami seluruh fenomena di dalam dan di luar khazanah kekuasaan Tuhan. Di lain pihak sistem modern, yang tidak secara khusus mengesampingkan Tuhan, berusaha untuk tidak melibatkan-Nya dalam penjelasannya mengenai asal-usul alam raya atau fenomena dengan mana manusia selalu berhubungan setiap harinya.

2. Masalah Kurikulum Pendidikan Islam
Salah satu problem terbesar dalam pendidikan islam adalah mengenai kurikulum pendidikan islam. Mengenai definisi kurikulum ada beberapa pendapat. Ada yang menyatakan kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan ). Ada pula yang mendefinisikan kurikulum adalah sejumlah kekuatan, faktor-faktor pada lingkungan pengajaran dan pendidikan yang disediakan oleh sekolah bagi para muridnya di dalam dan di luar sekolah, dan sejumlah pengalaman yang lahir daripada interaksi kekuatan-kekkuatan dan faktor-faktor itu.

Kurikulum pendidikan islam masih memakai cara-cara yang berkesadaran Eropasentris, misalnya:
1. Pola yang bertolak dari konsep pendidikan islam yang berfungsi mewariskan pengetahuan dan nilai yang telah ada baik nilai Ilahi maupun nilai insani.
2. Pola kurikulum yang bertolak dari makna pendidikan islam sebagai usaha menciptakan situasi yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.
3. Pola kurikulum yang menekankan antara isi dan proses serta pengalaman belajar sekaligus.

Indikator kekurangtepatan kurikulum pendidikan islam meliputi:
1. Pendidikan islam lebih ditekankan pada belajar tentang agama.
2. Tidak tertibnya pemilihan dan penyusunan materi pendidikan islam.
3. Kurangnya penjelasan yang lebih mendalam ).

3. Masalah Metodologi Pembelajaran Pendidikan Islam
Beberapa masalah yang muncul dalam metodologi pembelajaran agama islam yaitu:
1. Pendidikan agama kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi makna yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa lewat berbagai cara.
2. Metodologi pendidikan agama tidak kunjung berubah antara pra dan post-era modernisme.
3. Pendidikan agama lebih menitipberatkan pada aspek korespondensi-tekstual yang lebih menekankan pada hafalan teks-teks keagamaan yang sudah ada.
4. Pendidikan agama lebih banyak berkonsentrasi pada persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata.



c. Anak Didik (Peserta Didik)

Anak didik yang dihadapi oleh dunia pendidikan Islam di negara-negara Islam berkaitan erat dengan belum berhasilnya dikotomi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum ditumbangkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Belum berhasilnya penghapusan dikotomi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum mengakibatkan rendahnya kualitas intelektual anak didik dan munculnya pribadi-pribadi yang pecah (split personality) dari kaum Muslim. Misalnya seorang muslim yang saleh dan taat menjalankan ibadah, pada waktu yang sama ia dapat menjadi pemeras, penindas, koruptor, atau melakukan perbuatan tercela lainnya. Bahkan yang lebih ironis lagi dikotomi sistem pendidikan tersebut mengakibatkan tidak lahirnya anak didik yang memiliki komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam terhadap Islam dari lembaga-lembaga pendidikan Islam ). Sebagian dari mereka lebih berperan sebagai pemain-pemain teknis dalam masalah-masalah agama. Sementara ruh agama itu sendiri jarang benar digumulinya secara intens dan akrab.

d. Pendidik (Mu’allim)

Untuk mendapatkan kualitas pendidik seperti itu di lembaga-lembaga pendidikan Islam dewasa ini sangat sulit sekali. Hal ini dibuktikan Rahman, melalui pengamatannya terhadap perkembangan pendidikan Islam di beberapa negara Islam. Ia melihat bahwa pendidik yang berkualitas dan profesional serta memiliki pikiran-pikiran yang kreatif dan terpadu yang mampu menafsirkan hal-hal yang lama dalam bahasa yang baru sejauh menyangkut substansi dan menjadikan hal-hal yang baru sebagai alat yang berguna untuk idealita masih sulit ditemukan pada masa modern. Masalah kelangkaan tenaga pendidik seperti ini telah melanda hampir semua negara Islam termasuk indonesia.
B. UPAYA-UPAYA UNTUK MENGATASI PERSOALAN YANG DIHADAPI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
a. Upaya Mengatasi Masalah Tujuan Pendidikan Islam
1. Tujuan pendidikan Islam yang bersifat desentif dan cenderung berorientasi hanya kepada kehidupan akhirat tersebut harus segera diubah.Tujuan pendidikan islam harus berorientasi kepada klehidupan dunia dan akhirat sekaligus serta bersumber pada AL-Qur’an.Menurutnya bahwa :
Tujuan pendidikan dalam pandangan AL-Qur’an adalah untuk mengembangkan kemampuan inti manusia dengan cara yang sedemikian rupa sehingga ilmu pengetahuan yang diperolehnya akan menyatu dengan kepribadian kreatifnya .
2. Beban psikologis umat Islam dalam menghadapi Barat harus segera dihilangkan. Untuk menghilangkan beban psikologis umat Islam tersebut,Rahman menganjurkan supaya dilakukan kajian Islam yang menyeluruh secara historis dan sistimatis mengenai perkembangan disiplin-disiplin ilmu Islam seperti teologi,hukum,etika,hadis ilmu-ilmu sosial,dan filsafat,dengan berpegang kepada AL-Qur’an sebagai penilai. Sebab disiplin ilmu-ilmu Islam yang telah berkembang dalam sejarah itulah yang memberikan kontiunitas kepada wujud intelektual dan spiritual masyarakat Muslim.Sehingga melalui upaya ini diharapkan dapat menghilangkan beban psikologis umat Islam dalam menghadapi Barat.
3. Sikap negatif umat Islam terhadap ilmu pengetahuan juga harus dirubah. Sebab menurut Rahmah, ilmu pengetahuan tidak ada yang salah, yang salah adalah penggunanya. Ilmu tentang atom misalnya, telah ditemukan saintis Barat, namun sebelum mereka memanfaatkan tenaga listrik dari penemuan itu (yang dimaksud memanfaatkan energi hasil reaksi inti yang dapat ditransformasikan menjadi energi listrik) atau menggunakannya buat hal-hal yang berguna, mereka menciptakan bom atom. Kini pembuatan bom atom masih terus dilakukan bahkan dijadikan sebagai ajang perlombaan. Para saintis kemudian dengan cemas mencari jalan untuk menghentikan pembuatan senjata dahsyat itu.

Di dalam Al-Qur’an kata al-ilm (ilmu pengetahuan) digunakan untuk semua jenis ilmu pengetahuan. Contohnya, ketika Allah mengajarkan bagaimana Daud membuat baju perang, itu juga al-’ilm. Bahkan sihir (sihr), sebagaimana yang pernah diajarkan oleh Harut dan Marut kepada manusia, itu juga merupakan salah satu jenis al-’ilm meskipun jelek dalam arti praktek dan pemakaiannya. Sebab banyak yang menyalahgunakan sihir itu untuk memisahkan suami dari istrinya. Begitu pula hal-hal yang memberi wawasan baru pada akal termasul al-’ilm.

b. Upaya Mengatasi Masalah Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas sebagai berikut:
1. Berkepribadian Islam, yaitu seorang Muslim yang memiliki dua kompetensi dasar yang fundamental, yaitu pola pikir ('aqliyyah) dan pola jiwa (nafsiyyah) yang berpijak pada akidah Islam.
2. Menguasai tsaqâfah Islam. Islam telah mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu. Berdasarkan takaran kewajibannya, menurut al-Ghazali, ilmu dibagi dalam dua kategori, yaitu (a) ilmu yang termasuk fardhu 'ain (kewajiban individual), artinya wajib dipelajari setiap Muslim, yaitu: tsaqâfah Islam yang terdiri dari konsepsi, ide, dan hukum-hukum Islam; bahasa Arab; sirah Nabi saw., Ulumul Quran, Tahfizh al-Quran, ulumul hadits, ushul fikih, dll.; (b) ilmu yang dikategorikan fadhu kifayah (kewajiban kolektif); biasanya ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi serta ilmu terapan-keterampilan, seperti biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik, dll.
3. Menguasai ilmu kehidupan (IPTEK). Menguasai IPTEK diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan baik. Islam menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu ilmu-ilmu yang sangat diperlukan umat, seperti statistika, kedokteran, kimia, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik, dll.

Menurut Fazlur Rahman upaya tersebut meliputi:
Pertama, mengislamkan pendidikan sekuler modern. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerima pendidikan sekuler modern yang telah berkembang pada umumnya di Barat dan mencoba untuk “mengislamkan”nya, yaitu mengisinya dengan konsep-konsep kunci tertentu dari Islam. Ada dua tujuan dari mengislamkan pendidikan sekuler modern ini, yaitu ; (1) membentuk watak pelajar-pelajar atau mahasiswa-mahasiswa dengan nilai-nilai Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat, (2) memungkinkan para ahli yang berpendidikan modern menangani bidang kajian masing-masing dengan nilai-nilai Islam pada perangkat-perangkat yang lebih tinggi, menggunakan perspektif Islam untuk mengubah kandungan maupun orientasi kajian-kajian mereka.

Kedua tujuan tersebut berkaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga apabila pembentukan watak dengan nilai-nilai Islam yang dilakukan pada pendidikan tingkat pertama ketika pelajar-pelajar masih dalam usia muda dan mudah menerima kesan, tanpa sesuatu pun yang dilakukan untuk mewarnai pendidikan tinggi dengan orientasi Islam, maka pandangan pelajar-pelajar yang telah mencapai tingkat yang tinggi dalam pendidikannya akan tersekulerkan dan bahkan kemungkinan besar mereka akan membuang orientasi Islam apapun yang pernah mereka miliki. Hal ini akan terjadi dalam skala yang luas.

Kedua, menyederhanakan silabus-silabus tradisional. Pendekatan ini diarahkan dalam kerangka pendidikan tradisional itu sendiri. Pembaharuan ini cenderung menyederhanakan silabus-silabus pendidikan tradisional yang sarat dengan materi-materi tambahan yang tidak perlu seprti : teologi zaman pertengahan cabang-cabang filsafat tertentu (seperti logika), dan segudang karya tentang hukum Islam> penyederhanaan ini berupa pengesampingan sebagian besar karya-karya dalam berbagai disiplin zaman pertengahan dan menekankan pada bidang hadits, bahasa dan kesusastraan Arab serta prinsip-prinsip tafsir al-Qur’an.

Ketiga, menggabungkan cabang-cabang ilmu pengetahuan baru. Dalam kasus seperti ini, lama waktu belajar diperpanjang dan disesuaikan dengan panjang lingkup kurikulum sekolah-sekolah dan akademi modern. Di Indonesia pada tingkat akademi telah dimulai dilakukan upaya-upaya yang ditujukan untuk menggabungkan ilmu-ilmu pengetahuan modern dengan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional ).

Kurikulum seperti ini diikuti dengan berbagai kebijakan negara yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Salah satu kebijakan penting dalam hal ini adalah tentang biaya pendidikan yang murah dan bahkan gratis. Dalam hal ini, negara wajib menyediakan pendidikan murah atau bebas biaya kepada warga negaranya, baik Muslim maupun non-Muslim, agar mereka bisa menjalankan kewajibannya, yaitu menuntut ilmu. Rasulullah saw. bersabda:
«اَلإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَتِهِ»
Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Sepanjang sejarahnya, Kekhilafahan Islam telah melaksanakan amanat penting Rasulullah ini. Anggaran belanja pendidikan mengambil porsi yang sangat besar dari porsi anggaran pengeluaran total negara Khilafah. Pembiayaan tersebut diperoleh dari harta milik umum, seperti kekayaan alam (bahan tambang, hutan alam, perikanan, dsb). Imam ad-Damsyiqi telah menceritakan sebuah riwayat dari Wadhiyah bin Atha' yang menyatakan, bahwa di kota Madinah pernah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak. Khalifah Umar bin al-Khaththab memberikan gaji kepada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar=4,25 gram emas).

Perhatian para Khalifah tidak hanya tertuju pada gaji yang tinggi bagi pendidik dan pembangunan gedung sekolah, tetapi juga pada pembangunan berbagai sarana pendidikan seperti perpustakaan, auditorium, observatorium, dll. Misalnya, telah dibangun sebuah perpustakaan yang terkenal di Mosul, Irak, oleh Ja'far bin Muhammad (w. 940 M). Perpustakaan ini merupakan terbesar dan terlengkap di zamannya. Di samping itu, para Khalifah juga memberikan penghargaan yang sangat besar terhadap para penulis buku, berupa pemberian imbalan emas seberat buku yang ditulisnya.

c. Upaya Mengatasi Masalah Peserta Didik
Beberapa usaha yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut di atas.
1. Anak didik harus diberikan pelajaran Al-Qur’an melalui metode-metode yang memungkinkan kitab suci bukan hanya dijadikan sebagai sumber inspirasi moral tapi juga dapat dijadikan sebagai rujukan tertinggi untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks dan menantang Dalam kaitan itu Rahman menawarkan metode sistematisnya dalam memahami dan menafsirkan Al Qur’an. Metode itu terdiri dari dua gerakan ganda yaitu dari situasi sekarang ke masa Al Qur’an diturunkan dan kembali lagi ke masa kini. Gerakan pertama mempunyai dua langkah.
1). Orang harus memahami arti atau makna dari suatu pernyataan dengan mengkaji situasi dan problem historis di mana pernyataan AL Qur’an tersebut merupakan jawaban. Sebelum mengkaji ayat-ayat spesifiknya, sutau kajian mengenai mengenai situasi makro dalam batasan-batasan masyarakat, agama, adat-istiadat, lembaga-lembaga dan mengenai kehidupan secara menyeluruh di Arabia pada saat kehadiran Islam, khususnya di sekitar Mekkah harus dilakukan.
2). Menggenerasikan jawaban-jawaban spesifik tersebut dan menyatakannya sebagai pernyataan-pernyataan yang memiliki tujuan moral dan sosial umum yang dapat disaring dari ayat-ayat spesifik dalam sinaran latar belakang sosio-historis yang sering dinyatakan. Selama proses ini, perhatian harus diberikan kepada arah ajaran Al-Qur’an sebagai suatu keseluruhan sehingga setiap arti tertentu yang difahami, setiap hukum yang dinyatakan dan setiap tujuan yang dirumuskan akan koheren dengan yang lainnya. Al Qur’an sebagai suatu keseluruhan memang menanamkan sikap yang pasti terhadap hidup dan memenuhi suatu pandangan dunia yang kongkrit.

Jika dua momen gerakan ganda ini dapat dicapai, perintah-perintah Al-Qur’an akan hidup dan efektif kembali. Metode penafsiran yang ditawarkan Rahman itulah yang disebutnya sebagai prosedur ijtihad. Dalam metode tersebut Rahman telah mengasimilasi dan mengkolaborasi secara sistematis pandangan yuridis Maliki dan Syathibi tentang betapa mendesaknya memahami Al-Qur’an sebagai suatu ajaran yang padu dan kohesif ke dalam gerakan pertama dari metodenya.

2. Memberikan materi disiplin ilmu-ilmu Islam secara historis, kritis dan holistik. Disiplin ilmu-ilmu Islam itu meliputi: Teologi, hukum etika, ilmu-ilmu sosial dan filsafat.





d. Upaya Mengatasi Kelangkaan Tenaga Pendidik
Dalam mengatasi kelangkaan tenaga pendidik seperti itu, Rahman menawarkan beberapa gagasan:
1. Merekrut dan mempersiapkan anak didik yang memiliki bakat-bakat terbaik dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap lapangan agama (Islam). Anak didik seperti ini harus dibina dan diberikan insentif yang memadai untuk membantu memnuhi keperluannya dalam peningkatan karir intelektual mereka. Apabila hal ini tidak segera dilakukan maka upaya untuk menciptakan pendidik yang berkualitas tidak akan terwujud. Sebab hampir sebagian besar pelajar yang memasuki lapangan pendidikan agama adalah mereka yang gagal memasuki karir-karir yang lebih basah.
2. Mengangkat lulusan mdrasah yang relatif cerdas atau menunjuk sarjana-sarjana modern yang telah memperoleh gelar doktor di universitas-universitas Barat dan telah berada di lembaga-lembaga keilmuan tinggi sebagai guru besar-guru besar bidang studi bahasa Arab, bahasa Persi, dan sejarah Islam.
3. Para pendidik harus dilatih di pusat-pusat studi keislaman di luar negeri khususnya ke Barat.
Pengiriman pendidik atau tenaga pengajar IAIN yang potensial untuk melanjutkan studinya ke universitas di negeri Barat yang mempunyai pusat-pusat studi Islam. Awal dari dampak positif pengiriman pengiriman pendidik ke luar negeri itu memang mulai terasa antara lain seperti terlaksananya pembaruan sistem, metode dan teknik di bidang pengajaran dan penyempurnaan struktur kelembagaan serta susunan kurikulum.
4. Mengangkat beberapa lulusan madrasah yang memiliki pengetahuan bahasa Inggris dan mencoba melatih mereka dalam teknik riset modern dan sebaliknya menarik para lulusan universitas bidang filsafat dan ilmu-ilmu sosial dan memberi meeka pelajaran bahasa Arab dan disiplin-disiplin Islam klasik seperti Hadis, dan yiurisprudensi Islam. Hal ini bertujuan untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan secara terpadu baik kepada para lulusan madrasah maupun kepada mereka yang lulusan universitas. Sehingga melalui upaya ini akan lahir pendidik-pendidik yang kreatif dan mempunyai komitmen yang kuat terhadap Islam.
5. Menggiatkan para pendidik untuk melahirkan karya-karya keislaman secara kreatif dan memiliki tujuan. Di samping menlulis karya-karya tentang sejarah, filsafat, seni, juga harus mengkonsentrasikannya kembali kepada pemikiran Islam. Di samping itu para pendidik juga harus bersunggguh-sungguh dalam mengadakan penelitian dan berusaha untu menerbitkan karyanya tersebut. Bagi mereka yang memiliki karya yang bagus harus diberi penghargaan antara lain dengan meningkatkan gajinya ).













BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Masalah tujuan pendidikan islam yang bersifat desentif harus segera dirubah.
2. Adanya dikotomi sistem pendidikan Islam telah menyebabkan rendahnya kualitas anak didik, munculnya pribadi-pribadi yang pecah dan tidak lahirnya anak didik yang amemiliki komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam terhadap Islam harus segera dihilangkan.
3. Tujuan pendidikan Islam hanya berorientasi kepada kehidupan akherat semata dan bersifat defensif terhadap ilmu pengetahuan.

B. SARAN
Tak ada gading yang tak retak, tak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu juga dengan penyajian makalah ini, ternyata masih banyak kekurangan-kekurangan dengan kesalahan-kesalahan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan yang konstruktif guna perbaikan dalam penyajian makalah berikutnya.







DAFTAR PUSTAKA


Azra, Azumardi. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Millennium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 2000

Daradjat, Zakiah dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2006

Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta : Pustaka al-Husna. 1992

Langgulung, Hasan. Manusia Dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: PT ALHUSNA ZIKRA. 1995

Ma’arif, Syafi’I. Peta Bumi Intelektualisme di Indonesia, Bandung : Mizan. 1993.

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, cet.II.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002.

Rahman, Fazlur. Islam. New York : Anchor Book.1968.

Sulaiman, Fathiyah Hasan. Sistem Pendidikan Islam Versi Al-Ghazali,. Bandung :Al-Ma'arif. 1986.

http//one.indoskripsi.com/mode/6102

http://saifulmmuttaqin.blogspot.com/2008/02/pendidikan-islam-di-indonesia-suatu.html

http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/pendidikan/2627-tentang-pendidikan-islam.html

http://groups.google.com/group/syariah-care/browse_thread/thread/bba27e0b2b7ddbdf

http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/8

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/islam-kontemporer/1219-menampilkan-islam-toleran-melalui-kurikulum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar