PROSE ASSIGNMENT
1. Some similarities between Roger and Vicky:
Roger is the same youth as Vicky. They are about fourteen or fifteen years old.
The problem of the story is same. It is about stealing.
Some differences between Roger and Vicky.
Physically; Vicky is a girl but Roger is a boy.
Vicky studies in a school but Roger doesn’t.
Vicky steals because of having kleptomania sickness but Roger steals because he wants a pair of blue suede shoes.
Vicky used to steal in shop but Roger snatch a purse (it is Mrs. Jones’ purse)
Vicky used to steal/take something in the shop without known by anyone but Roger takes/steals something by snatching.
2. Vicky, in my point of view, is quite different than Roger. As we know after reading the story of “Thank you, Ma’m” that Roger felt regret of doing such a thing (snatching Mrs. Jones’ purse), moreover Roger knows how kind-hearted Mrs. Jones is, since stealing or snatching is actually not his job/habit. It is so different from Vicky who used to steal because of having kleptomania sickness. Based on my viewpoint, Vicky won’t do such what Roger did. Roger tells frankly why he snatches the purse. It is because he just wants a pair of blue suede shoes. Nevertheless, Vicky won’t admit what he does and why the reason is, such it happened in “The Quickening” short story that he didn’t tell the truth when Miss Olafson asked whether she takes something in the shop or not.
3. Shoplifting is someone whose work is stealing in shop. however kleptomania is someone who is used to stealing in the shop but it is not his/her job. Kleptomania is also a kind of sickness which psychologically causes/forces him/her to steal when he/she has a chance.
Vicky, in my point of view is kleptomania. It is supported with the sentences in the story when it is said that Vicky feels a certain exhilaration grow inside him, a familiar quickening of the pulse, the heart and the senses.
Minggu, 14 Juni 2009
TUGAS UAS MATA KULIAH ILMU LOGIKA
TUGAS UAS MATA KULIAH ILMU LOGIKA
Yang dibina Oleh Bapak Ari Widodo, M. Fil
1) APA ITU LOGIKA?
Logika berasal dari kata Yunani “Logike” yang berhubungan dengan kata benda “logos” yang berarti “perkataan” atau “kata” sebagai manifestasi dari pikiran mannusia. Secara epistimologis diartikan bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.
2) APA MANFAAT BELAJAR LOGIKA?
Belajar logika berarti kita belajar berpikir atau bernalar yang merupakan kegiatan akal manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indera diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Dengan berpikir kita belajar menilai sesuatu sehingga dapat disimpulkan manfaat belajar logika adalah kita memanifestasikan pikiran sehingga mampu mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menggolong-golongkan, membanding-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari kausalitasnya, membahas secara relitas dan lain-lain.
3) APA PERBEDAAN LOGIKA FORMAL DAN MATERIIL?
Logika Formal: mempelajari asas-asas, akidah-akidah, aturan-aturan atau hukum-hukum berpikir yang harus ditaati, agar supaya kita berpikir dengan tepat dan mencapai kebenaran. Jadi bagaimana kita seharusnya berpikir dengan baik sesuai dengan aturan untuk itu.
Logika materiil: mempersoalkan isi/materi pengetahuan dan bagaimana caranya mempertanggunjawabkan isi pengetahuan itu. Dapat disimpulkan bahwa logika materiil mempelajari tentang:
Sumber-sumber dan asalnya pengetahuan
Alat-alat pengetahuan
Proses terjadinya pengetahuan
Kemungkinan-kemungkinan dan batas-batas penjelajahan pengetahuan
Metode ilmu pengetahuan
Kebenaran dan kekeliruan dan lain-lain.
4) APA PERBEDAAN PROPOSISI KATEGORIS DAN HIPOTESIS? BERI CONTOH KONKRIT!
Proposisi kategoris adalah proposisi yang tidak membutuhkan suatu syarat antara subjek dan objek. Misalnya:
Semua guru berwibawa
Semua manusia rajin
Semua manusia pemaaf
Proposisi hipotesis adalah proposisi yang mempunyai ikatan persyaratan antara subjek dan predikatnya. Misalnya
Jika Amin lulus ujian CPNS dia akan mentraktir teman-temannya.
Jika punya uang saya akan pergi keliling dunia.
JELASKAN DEFINISI KATA-KATA BERIKUT DALAM BAHASA INGGRIS!!
Conclusion is the last decision of two or more statements after having consideration about the relationship of the statements.
Argument is a reason of denying a statement even argue any idea that can decide whether the idea is accepted or rejected.
Statement is expression of an idea whether it is truth or not, it can be positive or negative idea; it also describes a feeling that becomes reference of any opinion.
Proposition is term expressed into any language, it means that proposition si a result of expressing a sentence. It can has relationship with its senctence or not.
Premis is some decisions that become source of the last decision.
Logical truth the truth that has some argumentations so that the truth can be accepted. The logical truth is the truth that can be proved by logical thinking.
A syllogism is taking conclusion from two decisions and the third decision should have the same as two of previous decision.a syllogisme consists of three parts: the major premise, the minor premise, and the conclusion.
5) APA PERBEDAAN DEDUKSI, INDUKSI, DAN KAUSALITAS? BERI CONTOH KONKRTI!
Deduksi adalah penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum membentuk kesimpulan yang bersifat khusus. Contoh; mahluk hidup itu bernafas, tumbuh, bergerak, makan, minum.
Induksi adalah penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat khusu membentuk kesimpulan yang berbentuk khusus. Contoh; itik, ayam, angsa, bebek, semua adalah bangsa burung dan termasuk hewan berdarah panas.
6) MENGAPA SETIAP SILOGISME MEMPUNYAI ATURAN-ATURAN UMUM?
Karena silogisme merupakan bentuk pengambilan kesimpulan, maka silogisme memiliki aturan-aturan umum yang harus dipenuhi dalam sebuah pengambilan kesimpulan sehingga diharapkan hasilnya merupakan jalan pikiran yang baik dan menghindari dari kesesatan berpikir.
BUAT CONTOH SILOGISME KATEGORIK DAN HIPOTETIK!
Contoh silogisme kategorik:
Semua Tanaman membutuhkan air (premis mayor)
……………….M……………..P
Akasia adalah Tanaman (premis minor)
….S……………………..M
Akasia membutuhkan air (konklusi)
….S……………..P
Contoh silogisme Hipotetik
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
MENGAPA KESALAHAN DALAM MEMBUAT SILOGISME BISA BERDAMPAK PADA TERJADINYA KEKELIRUAN BERPIKIR?
Karena silogisme merupakan penarikan kesimpulan dari pernyataan dan silogisme itu sendiri mempunyai kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang harus dipenuhi. Apabila kaidah penarikan kesimpulan sudah terpenuhi bisa menjauhi kesalah/kesesatan berpikir.
Yang dibina Oleh Bapak Ari Widodo, M. Fil
1) APA ITU LOGIKA?
Logika berasal dari kata Yunani “Logike” yang berhubungan dengan kata benda “logos” yang berarti “perkataan” atau “kata” sebagai manifestasi dari pikiran mannusia. Secara epistimologis diartikan bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.
2) APA MANFAAT BELAJAR LOGIKA?
Belajar logika berarti kita belajar berpikir atau bernalar yang merupakan kegiatan akal manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indera diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Dengan berpikir kita belajar menilai sesuatu sehingga dapat disimpulkan manfaat belajar logika adalah kita memanifestasikan pikiran sehingga mampu mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menggolong-golongkan, membanding-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari kausalitasnya, membahas secara relitas dan lain-lain.
3) APA PERBEDAAN LOGIKA FORMAL DAN MATERIIL?
Logika Formal: mempelajari asas-asas, akidah-akidah, aturan-aturan atau hukum-hukum berpikir yang harus ditaati, agar supaya kita berpikir dengan tepat dan mencapai kebenaran. Jadi bagaimana kita seharusnya berpikir dengan baik sesuai dengan aturan untuk itu.
Logika materiil: mempersoalkan isi/materi pengetahuan dan bagaimana caranya mempertanggunjawabkan isi pengetahuan itu. Dapat disimpulkan bahwa logika materiil mempelajari tentang:
Sumber-sumber dan asalnya pengetahuan
Alat-alat pengetahuan
Proses terjadinya pengetahuan
Kemungkinan-kemungkinan dan batas-batas penjelajahan pengetahuan
Metode ilmu pengetahuan
Kebenaran dan kekeliruan dan lain-lain.
4) APA PERBEDAAN PROPOSISI KATEGORIS DAN HIPOTESIS? BERI CONTOH KONKRIT!
Proposisi kategoris adalah proposisi yang tidak membutuhkan suatu syarat antara subjek dan objek. Misalnya:
Semua guru berwibawa
Semua manusia rajin
Semua manusia pemaaf
Proposisi hipotesis adalah proposisi yang mempunyai ikatan persyaratan antara subjek dan predikatnya. Misalnya
Jika Amin lulus ujian CPNS dia akan mentraktir teman-temannya.
Jika punya uang saya akan pergi keliling dunia.
JELASKAN DEFINISI KATA-KATA BERIKUT DALAM BAHASA INGGRIS!!
Conclusion is the last decision of two or more statements after having consideration about the relationship of the statements.
Argument is a reason of denying a statement even argue any idea that can decide whether the idea is accepted or rejected.
Statement is expression of an idea whether it is truth or not, it can be positive or negative idea; it also describes a feeling that becomes reference of any opinion.
Proposition is term expressed into any language, it means that proposition si a result of expressing a sentence. It can has relationship with its senctence or not.
Premis is some decisions that become source of the last decision.
Logical truth the truth that has some argumentations so that the truth can be accepted. The logical truth is the truth that can be proved by logical thinking.
A syllogism is taking conclusion from two decisions and the third decision should have the same as two of previous decision.a syllogisme consists of three parts: the major premise, the minor premise, and the conclusion.
5) APA PERBEDAAN DEDUKSI, INDUKSI, DAN KAUSALITAS? BERI CONTOH KONKRTI!
Deduksi adalah penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum membentuk kesimpulan yang bersifat khusus. Contoh; mahluk hidup itu bernafas, tumbuh, bergerak, makan, minum.
Induksi adalah penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat khusu membentuk kesimpulan yang berbentuk khusus. Contoh; itik, ayam, angsa, bebek, semua adalah bangsa burung dan termasuk hewan berdarah panas.
6) MENGAPA SETIAP SILOGISME MEMPUNYAI ATURAN-ATURAN UMUM?
Karena silogisme merupakan bentuk pengambilan kesimpulan, maka silogisme memiliki aturan-aturan umum yang harus dipenuhi dalam sebuah pengambilan kesimpulan sehingga diharapkan hasilnya merupakan jalan pikiran yang baik dan menghindari dari kesesatan berpikir.
BUAT CONTOH SILOGISME KATEGORIK DAN HIPOTETIK!
Contoh silogisme kategorik:
Semua Tanaman membutuhkan air (premis mayor)
……………….M……………..P
Akasia adalah Tanaman (premis minor)
….S……………………..M
Akasia membutuhkan air (konklusi)
….S……………..P
Contoh silogisme Hipotetik
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
MENGAPA KESALAHAN DALAM MEMBUAT SILOGISME BISA BERDAMPAK PADA TERJADINYA KEKELIRUAN BERPIKIR?
Karena silogisme merupakan penarikan kesimpulan dari pernyataan dan silogisme itu sendiri mempunyai kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang harus dipenuhi. Apabila kaidah penarikan kesimpulan sudah terpenuhi bisa menjauhi kesalah/kesesatan berpikir.
KENAKALAN PELAJAR
MAKALAH
KENAKALAN PELAJAR
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu pendidikan
Yang di bimbing oleh Bapak Drs. Moh. Kosim, M.Ag
Oleh :
IMAM SYAFII
(180 713 199)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PAMEKASAN
JURUSAN TARBIYAH TADRIS BAHASA INGGRIS (TBI)
November 2008
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul KENAKALAN PELAJAR (pengertian kenakalan pelajar, dampak negatif dan upaya menanggulanginya). Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW serta kepada pengikutnya sampai akhir zaman.
Kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih khusus kepada Bapak Moh Qosim, M. Ag. selaku dosen pembina dari mata kuliah Ilmu Pendidikan.
Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Karena itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan dan akan diterima dengan hati terbuka.
Akhirnya kepada-Nya jualah kami mohon taufik dan hidayah-Nya, semoga makalah ini bermanfaat. Amin Ya Rabbal Al-amiin.
Pamekasan, 05 November 2008
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latara Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kenakalan Pelajar 2
B. Dampak Negatif Kenalan Belajar 4
C. Upaya Menanggulangi Kenakalan Pelajar 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan semakin cepatnya perubahan arus globalisasi maka salah satu kelompok yang rentan sekali terbawa arus perubahan zaman adalah pelajar. Hal ini dikarenakan mereka memilik karakteristi tersendiri yang unik, labil, sedang dalam taraf pencarian jati diri. Mereka mengalami masa transisi dari masa remaja menuju status dewasa.
Kenakalan pelajar juga menimbulkan kecemasan tersendiri dalam masyarakat karena akibat dari kenakalan pelajar dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Pelajar diharapkan menjadi kader-kader militan serta calon-calon pemimpin bangsa yang akan melanjutkan perjuangan bangsa di masa yang akan datang. Jangan sampai mereka tergelincir dalam jurang kehinaan yang akan membawa mereka ke jurang kenistaan dan penyesalan. Jangan sampai mereka menjadi kuncup bunga yang gugur sebelum mampu mekar dan menyebarkan bau harum.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kenakalan pelajar bersifat kodrati yang tidak bisa dihilangkan tetapi kita hanya berusaha menangkal atau meminimalisir dengan cara-cara bijak agar tidak berakibat fatal yang dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat banyak.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam permasalahan ini penulis lebih menekankan pemahaman kita tentang apa penyebab kenakalan pelajar serta cara mengatasinya. Pertanyaan yang menjadi analisa dalam penulisan makalah ini adalah:
Apakah pengertian dari kenakalan pelajar?
Apa saja jenis-jenis kenakalan pelajar serta dampak negatifnya? Serta
Bagaiman cara mengatasinya/upaya menanggulangi kenakalan pelajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KENAKALAN PELAJAR
Definisi kenakalan pelajar menurut para ahli
• Santrock
"Kenakalan pelajar merupakan kumpulan dari berbagai perilaku pelajar yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."
• B. simanjuntak
Memberikan pengertian kenakalan pelajar sebagai perbuatan dan tingkah laku, perkosaan terhadapa norma-norma hukum pidana dan pelanggaran terhadap kesusilaan yang dilakukan oleh pelajar .
• Kartono
Kenakalan pelajar merupakan gejala patologis sosial pada pelajar yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
• Paul Muedikdo, SH
Kenakalan adalah semua perbuatan penyelewengan dari norma-norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat dan semua perbuatan dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak yang merupakan kenakalan yang menjadi hukum pidana seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya, begitu juga semua perbuatan yang membutuhkan perlindungan sosial.
Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja/pelajar adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja/pelajar yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
• Singgih D. Gumarso (1988 : 19),
Beliau mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
• Sunarwiyati S (1985)
“Menurut bentuknya beliau membagi kenakalan pelajar kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil/sepeda motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan pelajaran dalam penelitian”.
“Kenakalan pelajar adalah suatu sikap atau perilaku pada seorang pelajar yang hanya ingin mencari perhatian saja dari teman-temannya dan para guru dengan cara berbuat keonaran atau berbuat kerusuhan baik di dalam kelas maupun diluar kelas tanpa menghiraukan akibat dari perbuatannya itu mengganggu orang lain atau tidak”.
Perbuatan-perbuatan menyimpang pelajar yang dilakukannya dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat dapat dikategorikan sebagai sebuah “kenakalan”. Namun seberapa kecilpun kenakalan yang dilakukan pelajar apabila kurang mendapat perhatiaan, teguran maupun penjelasan untuk memperbaikinya, akan menyebabkan seseorang terlanjur melakukan yang lebih parah lagi sehingga dapat dikategorikan tindak kejahatan.
Dari uaraian definisi diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa kenakalan pelajar adalah perilaku yang menyimpang dari norma-norma kesopanan, kesusilaan maupun norma hukum yang dilakukan pelajar. Perilaku-perilaku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang-orang disekitarnya.
B. DAMPAK NEGATIF KENALAN BELAJAR
Setiap perbuatan yang dilakukan seseorang baik individu ataupun kelompok tidak akan lepas dari nampak negatif yang ditimbulkan. Hal itu merupakan sebuah konsekuensi logis dari setiap perbuatan buruk manusia khususnya pelajar. Begitu juga dengan kenakalan yang dilakukan oleh pelajar akan menimbulkan dampak negatif baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat sekitarnya.
Ada beberapa contoh kenakalan pelajar dan dampak negatif kenakalan pelajar diantaranya adalah:
a). Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat mngganggu bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain.
b). Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar cabul atau tidak senonoh, majalah dancerita porno yang dapat merusak moral anak, sampai perdaran obat-obat perangsang nafsu seksual, kontrasepsi penyalahgunaan barang-barang elektronik (missal internet dan handphone) dan sebagainya .
c). Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan terhadap barang-barang atau milik orang lain seperti mencuri, membuat corat-coret yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan sebagainya.
d). Membentuk kelompok atau gang dengan ciri-ciri dan tindakan yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan, blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang tercela yang mengarah pada perbuatan anarkis.
e). Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan, missal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian yang serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di pandang kurang sopan di mata lingkunganya.
f). Mengganggu/mengejek orang-orang yang melintas di depanya, jika menoleh atau marah sedikit saja di anggapnya membuat gara-gara untuk dikerjain dan sebagainya.
Perkelahian antar pelajar (tawuran)
Dampak negatif dari kenakalan yang dilakukan pelajar:
1. Dampak negatif kenakalan pelajar pada dirinya sendiri.
a. Penurunan prestasi belajar sehingga berpengaruh bagi pendidikannya.
b. Apabila kenakalannya berupa ngebut, tidak pakai helm maka rawan terjadinya kecelakaan yang bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan kematian
c. Tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas karena pendidikannya diabaikan
d. Terbengkalainya pendidikan {menghambat pendidikannya} sehingga berakibat akan kehidupanny di masa depan.
e. Apabila kenakalan pelajar tersebut sudah menjurus kedalam bentuk pelanggaran, misalnya mabuk-mabukan, free sex bahkan narkoba selain berakibat bagi kesehatannya juga mengakibatkannya bisa mendekam dalam penjara.
f. Menimbulkan frustasi
g. Dihantui rasa takut akan kesalahan atau pelanggaran yang telah ia perbuat.
2. Dampak negatif kenakalan remaja kepada orang tua
a. Keluarga terpecah belah, sering berantem. Karena kebanyakan mereka yang salah pergaulan susah diatur.
b. Perbuatan-perbuatan melanggar yang dilakukan si pelajar bisa mencemarkan nama baik orang tua.
c. Menjadi bahan pembicaraan orang lain
d. Kekecewa orang tua terhadap anak, karena harapan mereka yang dibebankan di atas pundak putera-puteri ternyata telah diabaikan.
e. Kekhawatiran orang tua terhadap perkembangan anak yang berpengaruh bagi kehidupan masa depannya.
f. Kurangnya interaksi lagi antara anak dan orang tua
3. Dampak negatif kenakalan pelajar pada Lingkungan
a. Tidak akan disukai teman-temannya lagi karena kebanyakan siswa-siswi tidak menyukai anak yang suka berbuat onar.
b. Akan sulit dipercaya oleh temannya dan masyarakat
c. Anak itu akan dikucilkan oleh teman-temannya dan mesyarakat {dianggap rendah martabatnya}
d. Semua orang tidak akan menerima keberadaannya.
C. UPAYA MENANGGULANGI KENAKALAN PELAJAR
Dalam makalah ini kami berusaha mengupas sedikit upaya menanggulangi kenakalan pelajar agar tidak menjerumus ke dalam tindak kriminal yang akan berakibat fatal bagi masa depannya.
Menurut Kartini Kartono untuk menanggulangi kenakalan pelajar adalah:
1. Memberi kesempatan kepada pelajar untuk meremasi dengan cara yang baik dan sehat
2. Banyak mawas diri, melihat kekurangan/kelemahan sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik
3. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevant dengan kebutuhan pelajar zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat/potensi pelajar.
Upaya penanggulangan kenakalan pelajar yang paling pertama ditangani oleh seseorang adalah kemauan/keinginan dalam jiwa pelajar tersebut diantaranya:
a. Pelajar itu sendiri
1. Pandai-pandai bergaul, serta pilih-pilihlah teman bergaul jangan bergaul dengan teman yang sering bikin onar, berandalan, suka mabuk-mabukan, narkoba, perilaku kumpul kebo maupun free sex .
2. Sebagai seorang educated person seharusnya kita mampu mengendalikan emosi kita.
3. Seorang pelajar harus berbicara jujur dan tidak sombong, sikap yang sederhana atau menyesuaikan diri.
4. Isilah waktu luangmu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, misalnya ikut kegiatan ekstrakulikuler, membuat kelompok belajar, ataupun ikut kursus.
5. Sebagai seorang pelajar ia harus memusatkan seluruh perhatiannya kepada pelajaran untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya
6. Malu berbuat jahat, agar remaja tidak salah langkah dalam hidup ini adalah menumbuhkan rasa malu melakukan perbuatan yang tidak benar atau jahat. Memberikan penjelasan akan baik-buruknya sesuatu sejak dini sangat berpengaruh bagi perkembangan anak.
7. Takut akibat perbuatan jahat, setelah kita paham akan baik-buruknya sesuatu langkah berikutnya untuk bisa menjauhi perbuatan yang melanggar adalah dengan menanamkan rasa takut akan akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.
8. Pelajarilah pendidikan agama secara mendalam agar tidak mudah terpengaruh pergaulan buruk lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat).
b. Orang tua
Peranan orang tua dalam hal ini dapat mengambil dua sikap:
1. Upaya menanggulangi kenalan pelajar yang bersifat preventif
Upaya ini dilakukan orang tua bertujuan untuk menjauhkan anak dari perbuatan buruk, misalnya:
a. Berusaha menjaga agar hubungan antar anak dan orang tua tetap harmonis dalam satu ikatan keluarga, apabila ada masalah antar anak dan orang tua cobalah komunikasikan/musyawarahkan bersama.
b. Pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh orang tua, awasilah kemana dan dengan siapa mereka bergaul.
c. Menanamkan rasa disiplin dari orang tua pada anak
d. Memberikan tauladan yang baik bagi anak.
e. Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak
f. Menanamkan pengetahuan agama sejak dini kepada anak.
2. Upaya menanggulangi kenakalan pelajar yang bersifat represif
Orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan pelajar seperti menjadi anggota pada badan kesejahteraan.
Pola penanggulangan kenakalan pelajar yang bersifat represif adalah sebagai berikut:
a. Memahami sepenuhnya akan latar belakang dari pada masalah kenakalan yang menimpa anaknya
b. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya
c. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari
d. Meminta bantuan para ahli {psikolog atau sosial} dalam mengawasi perkembangan anak, apabila dipandang perlu
c. Guru
Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menanggulangi kenalan yang dilakukan pelajar.
Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah :
a. Berikanlah pengertian dan teladan tentang latihan kemoralan.
b. Guru mengharuskan mereka disiplin baik dalam pakaian dan disiplin dalam kelas seperti melarang anak – anak berbicara dalam kelas
c. Berikanlah motivasi kepada anak didiknya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga mempunyai andil yang sangat besar dalam perkembangan anak. Keluarga sebagai kompenen terkecil dimana proses pendidikan anak dimulai pertma kali. Oleh karena itu, pengawasan dari orang tua terhadap perubahan tingkah laku anak sangat diharapkan
Apabila lingkungan keluarga tidak harmonis yaitu mengalami hal yang telah disebut diatas seperti keluarga broken hoome disebabkan perceraian, kebudayaan bisu dan perang dingin serta kesalahan pendidikan akan mempengaruhi kepada anak yang dapat menimbulkan kenakalan belajar.
Namun bukan berarti lingkungan tidak berpengaruh dalam kenakalan pelajar tetapi pengaruh lingkungan sangat bergantung dari matangnya pendidikan anak saat dalam keluarga khususnya pendidikan moral dan agama.
Oleh karenanya kami berusaha menguraikan upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk menanggulangi kenakalan pelajar.
B. SARAN
Agar kita harus mampu menanggulangi kenakalan pelajar kita harus bersama-sama berupaya memahami dampak-dampak yang akan diakibatkan oleh kenakalan pelajar. Kenakalan pelajar tidak hanya akan berakibat bagi pelakunya sendiri tetapi juga orang lain. Maka perlunya peran serta orang tua, guru dan anggota masyarakat untuk bersama-sama mengawasi perkembangan pelajar di sekitar kita
DAFTAR PUSTAKA
Atmasasmita, Ramli. Problema kenakalan Anak/remaja {Juridis, sosio, kriminologi}. Bandung: Armico. 1984
http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/kenakalan-pelajar.html
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm
http://yuda1000.multiply.com/journal/item/6
http://rahmarusydayanti88.blogspot.com/2008/05/kenakalan-peserta-didik.html
http://tomyho.wordpress.com/kenakalan-remaja/
http://h4b13.wordpress.com/2008/01/14/kiat-mengatasi-kenakalan-remaja/
http://www.duniaesai.com/psikologi/psi8.html
Basri, Hasan. Remaja Berkualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004
Alfarabi, Faruq. Dialog Remaja. Jombang: Lintas Media. 2002
Faisal, Sanapiah. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasiaonal. 1997
KENAKALAN PELAJAR
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu pendidikan
Yang di bimbing oleh Bapak Drs. Moh. Kosim, M.Ag
Oleh :
IMAM SYAFII
(180 713 199)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PAMEKASAN
JURUSAN TARBIYAH TADRIS BAHASA INGGRIS (TBI)
November 2008
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul KENAKALAN PELAJAR (pengertian kenakalan pelajar, dampak negatif dan upaya menanggulanginya). Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW serta kepada pengikutnya sampai akhir zaman.
Kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih khusus kepada Bapak Moh Qosim, M. Ag. selaku dosen pembina dari mata kuliah Ilmu Pendidikan.
Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Karena itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan dan akan diterima dengan hati terbuka.
Akhirnya kepada-Nya jualah kami mohon taufik dan hidayah-Nya, semoga makalah ini bermanfaat. Amin Ya Rabbal Al-amiin.
Pamekasan, 05 November 2008
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latara Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kenakalan Pelajar 2
B. Dampak Negatif Kenalan Belajar 4
C. Upaya Menanggulangi Kenakalan Pelajar 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan semakin cepatnya perubahan arus globalisasi maka salah satu kelompok yang rentan sekali terbawa arus perubahan zaman adalah pelajar. Hal ini dikarenakan mereka memilik karakteristi tersendiri yang unik, labil, sedang dalam taraf pencarian jati diri. Mereka mengalami masa transisi dari masa remaja menuju status dewasa.
Kenakalan pelajar juga menimbulkan kecemasan tersendiri dalam masyarakat karena akibat dari kenakalan pelajar dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Pelajar diharapkan menjadi kader-kader militan serta calon-calon pemimpin bangsa yang akan melanjutkan perjuangan bangsa di masa yang akan datang. Jangan sampai mereka tergelincir dalam jurang kehinaan yang akan membawa mereka ke jurang kenistaan dan penyesalan. Jangan sampai mereka menjadi kuncup bunga yang gugur sebelum mampu mekar dan menyebarkan bau harum.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kenakalan pelajar bersifat kodrati yang tidak bisa dihilangkan tetapi kita hanya berusaha menangkal atau meminimalisir dengan cara-cara bijak agar tidak berakibat fatal yang dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat banyak.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam permasalahan ini penulis lebih menekankan pemahaman kita tentang apa penyebab kenakalan pelajar serta cara mengatasinya. Pertanyaan yang menjadi analisa dalam penulisan makalah ini adalah:
Apakah pengertian dari kenakalan pelajar?
Apa saja jenis-jenis kenakalan pelajar serta dampak negatifnya? Serta
Bagaiman cara mengatasinya/upaya menanggulangi kenakalan pelajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KENAKALAN PELAJAR
Definisi kenakalan pelajar menurut para ahli
• Santrock
"Kenakalan pelajar merupakan kumpulan dari berbagai perilaku pelajar yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."
• B. simanjuntak
Memberikan pengertian kenakalan pelajar sebagai perbuatan dan tingkah laku, perkosaan terhadapa norma-norma hukum pidana dan pelanggaran terhadap kesusilaan yang dilakukan oleh pelajar .
• Kartono
Kenakalan pelajar merupakan gejala patologis sosial pada pelajar yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
• Paul Muedikdo, SH
Kenakalan adalah semua perbuatan penyelewengan dari norma-norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat dan semua perbuatan dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak yang merupakan kenakalan yang menjadi hukum pidana seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya, begitu juga semua perbuatan yang membutuhkan perlindungan sosial.
Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja/pelajar adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja/pelajar yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
• Singgih D. Gumarso (1988 : 19),
Beliau mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
• Sunarwiyati S (1985)
“Menurut bentuknya beliau membagi kenakalan pelajar kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil/sepeda motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan pelajaran dalam penelitian”.
“Kenakalan pelajar adalah suatu sikap atau perilaku pada seorang pelajar yang hanya ingin mencari perhatian saja dari teman-temannya dan para guru dengan cara berbuat keonaran atau berbuat kerusuhan baik di dalam kelas maupun diluar kelas tanpa menghiraukan akibat dari perbuatannya itu mengganggu orang lain atau tidak”.
Perbuatan-perbuatan menyimpang pelajar yang dilakukannya dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat dapat dikategorikan sebagai sebuah “kenakalan”. Namun seberapa kecilpun kenakalan yang dilakukan pelajar apabila kurang mendapat perhatiaan, teguran maupun penjelasan untuk memperbaikinya, akan menyebabkan seseorang terlanjur melakukan yang lebih parah lagi sehingga dapat dikategorikan tindak kejahatan.
Dari uaraian definisi diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa kenakalan pelajar adalah perilaku yang menyimpang dari norma-norma kesopanan, kesusilaan maupun norma hukum yang dilakukan pelajar. Perilaku-perilaku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang-orang disekitarnya.
B. DAMPAK NEGATIF KENALAN BELAJAR
Setiap perbuatan yang dilakukan seseorang baik individu ataupun kelompok tidak akan lepas dari nampak negatif yang ditimbulkan. Hal itu merupakan sebuah konsekuensi logis dari setiap perbuatan buruk manusia khususnya pelajar. Begitu juga dengan kenakalan yang dilakukan oleh pelajar akan menimbulkan dampak negatif baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat sekitarnya.
Ada beberapa contoh kenakalan pelajar dan dampak negatif kenakalan pelajar diantaranya adalah:
a). Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat mngganggu bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain.
b). Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar cabul atau tidak senonoh, majalah dancerita porno yang dapat merusak moral anak, sampai perdaran obat-obat perangsang nafsu seksual, kontrasepsi penyalahgunaan barang-barang elektronik (missal internet dan handphone) dan sebagainya .
c). Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan terhadap barang-barang atau milik orang lain seperti mencuri, membuat corat-coret yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan sebagainya.
d). Membentuk kelompok atau gang dengan ciri-ciri dan tindakan yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan, blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang tercela yang mengarah pada perbuatan anarkis.
e). Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan, missal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian yang serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di pandang kurang sopan di mata lingkunganya.
f). Mengganggu/mengejek orang-orang yang melintas di depanya, jika menoleh atau marah sedikit saja di anggapnya membuat gara-gara untuk dikerjain dan sebagainya.
Perkelahian antar pelajar (tawuran)
Dampak negatif dari kenakalan yang dilakukan pelajar:
1. Dampak negatif kenakalan pelajar pada dirinya sendiri.
a. Penurunan prestasi belajar sehingga berpengaruh bagi pendidikannya.
b. Apabila kenakalannya berupa ngebut, tidak pakai helm maka rawan terjadinya kecelakaan yang bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan kematian
c. Tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas karena pendidikannya diabaikan
d. Terbengkalainya pendidikan {menghambat pendidikannya} sehingga berakibat akan kehidupanny di masa depan.
e. Apabila kenakalan pelajar tersebut sudah menjurus kedalam bentuk pelanggaran, misalnya mabuk-mabukan, free sex bahkan narkoba selain berakibat bagi kesehatannya juga mengakibatkannya bisa mendekam dalam penjara.
f. Menimbulkan frustasi
g. Dihantui rasa takut akan kesalahan atau pelanggaran yang telah ia perbuat.
2. Dampak negatif kenakalan remaja kepada orang tua
a. Keluarga terpecah belah, sering berantem. Karena kebanyakan mereka yang salah pergaulan susah diatur.
b. Perbuatan-perbuatan melanggar yang dilakukan si pelajar bisa mencemarkan nama baik orang tua.
c. Menjadi bahan pembicaraan orang lain
d. Kekecewa orang tua terhadap anak, karena harapan mereka yang dibebankan di atas pundak putera-puteri ternyata telah diabaikan.
e. Kekhawatiran orang tua terhadap perkembangan anak yang berpengaruh bagi kehidupan masa depannya.
f. Kurangnya interaksi lagi antara anak dan orang tua
3. Dampak negatif kenakalan pelajar pada Lingkungan
a. Tidak akan disukai teman-temannya lagi karena kebanyakan siswa-siswi tidak menyukai anak yang suka berbuat onar.
b. Akan sulit dipercaya oleh temannya dan masyarakat
c. Anak itu akan dikucilkan oleh teman-temannya dan mesyarakat {dianggap rendah martabatnya}
d. Semua orang tidak akan menerima keberadaannya.
C. UPAYA MENANGGULANGI KENAKALAN PELAJAR
Dalam makalah ini kami berusaha mengupas sedikit upaya menanggulangi kenakalan pelajar agar tidak menjerumus ke dalam tindak kriminal yang akan berakibat fatal bagi masa depannya.
Menurut Kartini Kartono untuk menanggulangi kenakalan pelajar adalah:
1. Memberi kesempatan kepada pelajar untuk meremasi dengan cara yang baik dan sehat
2. Banyak mawas diri, melihat kekurangan/kelemahan sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik
3. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevant dengan kebutuhan pelajar zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat/potensi pelajar.
Upaya penanggulangan kenakalan pelajar yang paling pertama ditangani oleh seseorang adalah kemauan/keinginan dalam jiwa pelajar tersebut diantaranya:
a. Pelajar itu sendiri
1. Pandai-pandai bergaul, serta pilih-pilihlah teman bergaul jangan bergaul dengan teman yang sering bikin onar, berandalan, suka mabuk-mabukan, narkoba, perilaku kumpul kebo maupun free sex .
2. Sebagai seorang educated person seharusnya kita mampu mengendalikan emosi kita.
3. Seorang pelajar harus berbicara jujur dan tidak sombong, sikap yang sederhana atau menyesuaikan diri.
4. Isilah waktu luangmu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, misalnya ikut kegiatan ekstrakulikuler, membuat kelompok belajar, ataupun ikut kursus.
5. Sebagai seorang pelajar ia harus memusatkan seluruh perhatiannya kepada pelajaran untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya
6. Malu berbuat jahat, agar remaja tidak salah langkah dalam hidup ini adalah menumbuhkan rasa malu melakukan perbuatan yang tidak benar atau jahat. Memberikan penjelasan akan baik-buruknya sesuatu sejak dini sangat berpengaruh bagi perkembangan anak.
7. Takut akibat perbuatan jahat, setelah kita paham akan baik-buruknya sesuatu langkah berikutnya untuk bisa menjauhi perbuatan yang melanggar adalah dengan menanamkan rasa takut akan akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.
8. Pelajarilah pendidikan agama secara mendalam agar tidak mudah terpengaruh pergaulan buruk lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat).
b. Orang tua
Peranan orang tua dalam hal ini dapat mengambil dua sikap:
1. Upaya menanggulangi kenalan pelajar yang bersifat preventif
Upaya ini dilakukan orang tua bertujuan untuk menjauhkan anak dari perbuatan buruk, misalnya:
a. Berusaha menjaga agar hubungan antar anak dan orang tua tetap harmonis dalam satu ikatan keluarga, apabila ada masalah antar anak dan orang tua cobalah komunikasikan/musyawarahkan bersama.
b. Pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh orang tua, awasilah kemana dan dengan siapa mereka bergaul.
c. Menanamkan rasa disiplin dari orang tua pada anak
d. Memberikan tauladan yang baik bagi anak.
e. Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak
f. Menanamkan pengetahuan agama sejak dini kepada anak.
2. Upaya menanggulangi kenakalan pelajar yang bersifat represif
Orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan pelajar seperti menjadi anggota pada badan kesejahteraan.
Pola penanggulangan kenakalan pelajar yang bersifat represif adalah sebagai berikut:
a. Memahami sepenuhnya akan latar belakang dari pada masalah kenakalan yang menimpa anaknya
b. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya
c. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari
d. Meminta bantuan para ahli {psikolog atau sosial} dalam mengawasi perkembangan anak, apabila dipandang perlu
c. Guru
Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menanggulangi kenalan yang dilakukan pelajar.
Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah :
a. Berikanlah pengertian dan teladan tentang latihan kemoralan.
b. Guru mengharuskan mereka disiplin baik dalam pakaian dan disiplin dalam kelas seperti melarang anak – anak berbicara dalam kelas
c. Berikanlah motivasi kepada anak didiknya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga mempunyai andil yang sangat besar dalam perkembangan anak. Keluarga sebagai kompenen terkecil dimana proses pendidikan anak dimulai pertma kali. Oleh karena itu, pengawasan dari orang tua terhadap perubahan tingkah laku anak sangat diharapkan
Apabila lingkungan keluarga tidak harmonis yaitu mengalami hal yang telah disebut diatas seperti keluarga broken hoome disebabkan perceraian, kebudayaan bisu dan perang dingin serta kesalahan pendidikan akan mempengaruhi kepada anak yang dapat menimbulkan kenakalan belajar.
Namun bukan berarti lingkungan tidak berpengaruh dalam kenakalan pelajar tetapi pengaruh lingkungan sangat bergantung dari matangnya pendidikan anak saat dalam keluarga khususnya pendidikan moral dan agama.
Oleh karenanya kami berusaha menguraikan upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk menanggulangi kenakalan pelajar.
B. SARAN
Agar kita harus mampu menanggulangi kenakalan pelajar kita harus bersama-sama berupaya memahami dampak-dampak yang akan diakibatkan oleh kenakalan pelajar. Kenakalan pelajar tidak hanya akan berakibat bagi pelakunya sendiri tetapi juga orang lain. Maka perlunya peran serta orang tua, guru dan anggota masyarakat untuk bersama-sama mengawasi perkembangan pelajar di sekitar kita
DAFTAR PUSTAKA
Atmasasmita, Ramli. Problema kenakalan Anak/remaja {Juridis, sosio, kriminologi}. Bandung: Armico. 1984
http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/kenakalan-pelajar.html
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm
http://yuda1000.multiply.com/journal/item/6
http://rahmarusydayanti88.blogspot.com/2008/05/kenakalan-peserta-didik.html
http://tomyho.wordpress.com/kenakalan-remaja/
http://h4b13.wordpress.com/2008/01/14/kiat-mengatasi-kenakalan-remaja/
http://www.duniaesai.com/psikologi/psi8.html
Basri, Hasan. Remaja Berkualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004
Alfarabi, Faruq. Dialog Remaja. Jombang: Lintas Media. 2002
Faisal, Sanapiah. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasiaonal. 1997
MAKALAH
PROBLEM PENDIDIKAN ISLAM DAN UPAYA MENGATASINYA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Maktakuliah Ilmu Pendidikan Islam
Yang Dibina Oleh Bapak Siswanto
Oleh :
JAFTIYATUR ROHANIYAH
Nim. 180 713 208
IMAM SYAFII
Nim. 180 713 19943
MUBAROKAH
Nim. 180 713 277243
HERLINA FAIZAH
Nim. 180 713 182243
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
(STAIN)
JURUSAN TARBIYAH
PRODI TADRIS BAHASA INGGRIS
MEI 2009
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga kita mampu melaksanakan segala aktivitas rutinitas dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Selanjutkan makalah ini kami persembahkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang membahas tentang ”Problem Pendidikan Islam dan Upaya Mengatasinya” dan kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing bapak Mushollin, M. Pd.I yang membina mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
Paper yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis tetap berharap kritikan dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas-tugas yang akan datang. Pada akhirnya semoga paper ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis. Dan menjadi tambahan ilmu bagi semua pihak. Amien.
Pamekasan, 10 Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ………………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………
A. Latang Belakang ………………………………………………
B. Rumusan Masalah ……………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………
A. Problematika Pendidikan Islam ……………..…………………..
B. Upaya-upaya Mengatasi Problem Pendidikan Islam .....………..
BAB III PENUTUP ……………………………………………………
A. Kesimpulan ……………………………………………………
B. Saran …………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketika memasuki abad ke-18 terjadilah desakan yang begitu hebat oleh penetrasi Barat terhadap dunia Islam, yang membuat umat Islam membuka mata dan menyadari betapa mundurnya umat Islam itu jika dihadapkan dengan kemajuan Barat. Untuk mengobati kemunduran umat Islam tersebut, maka pada abad ke-20 mulailah diadakan usaha-usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan.
Meskipun telah dilakukan usaha-usaha pembaharuan Pendidikan Islam, namun dunia pendidikan Islam masih saja dihadapkan pada beberapa problema. Tujuan pendidikan Islam yang ada sekarang ini tidaklah benar-benar diarahkan pada tujuan yang positif. Tujuan pendidikan Islam hanya diorientasikan kepada kehidupan akherat semata dan cenderung bersifat defensif, yaitu untuk menyelamatkan umat Islam dan pencemaran dan pengrusakan yang ditimbulkan oleh dampak gagasan Barat yang dating melalui berbagai disiplin ilmu, terutama gagasan-gagasan yang mengancam standar-standar moralitas tradisional Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah problematika dan tantangan pendidikan islam saat ini??
2. Upaya-upaya apakah yang dapat dilakukan untuk mengatasi problematika pendidikan islam?
BAB I I
PEMBAHASAN
A. PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM
Ketertinggalan pendidikan Islam dari lembaga pendidikan lainnya, menurut Azyumardi Azra, setidaknya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pendidikan Islam sering terlambat merumuskan diri untuk merespon perubahan dan kecenderungan masyarakat sekarang dan akan datang.
2. Sistem pendidikan Islam kebanyakan masih lebih cenderung mengorientasikan diri pada bidang-bidang humaniora dan ilmu-ilmu sosial ketimbang ilmu-ilmu eksakta semacam fisika, kimia, biologi, dan matematika modern.
3. Usaha pembaharuan pendidikan Islam sering bersifat sepotong-potong dan tidak komprehensif, sehingga tidak terjadi perubahan yang esensial.
4. Pendidikan Islam tetap berorientasi pada masa silam ketimbang berorientasi kepada masa depan, atau kurang bersifat future oriented.
5. Sebagian pendidikan Islam belum dikelola secara professional baik dalam penyiapan tenaga pengajar, kurikulum maupun pelaksanaan pendidikannya )..
Berikut akan dijelaskan hal-hal apa saja yang melatarbelakangi kemunduran pendidikan islam, meliputi:
a. Masalah Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Imam Ghazali, tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan paripurna baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Imam Ghazali manusia dapat mencapai kesempurnaan apabila berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan fadilah melalui ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Fadilah ini selanjutnya dapat membawanya dekat kepada Allah SWT. Dan akhirnya membahagiakannya hidup di dunia dan akhirat. Dalam hal ini beliau berkata:
"Apabila saudara memperhatikan ilmu pengetahuan, niscaya saudara akan melihat suatu kelezatan padanya, sehingga merasa perlu mempelajarinya dan niscaya saudara mendapatkan ilmu itu sebagai sarana menuju ke kampung akhirat beserta kebahagiaannya dan sebagai media untuk bertaqarrub kepada Allah Swt yang tidak dapat diraih jika tidak dengan ilmu tersebut. Martabat yang paling tinggi yang menjadi hak bagi manusia adalah kebahagiaan abadi. Dan sesuatu yang paling utama ialah sesuatu yang mengantar pada kebahagiaan itu. Kebahagiaan tidak dapat dicapai kalau tidak melalui ilmu dan amal. Dan amal itu tidak dapat diraih tanpa melaui ilmu dan cara pelaksanaan pengamalannya. Pangkal kebahagiaan di dunia dan di akhirat adalah ilmu pengetahuan. Karena itu, mencari ilmu termasuk amalan utama." )
Apabila kita simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam adalah membentuk manusis seutuhnya. Manusia seutuhnya berarti telah terjadi keseimbangan antara jasmani dan rohani, antara material dan spiritual, antara fisik dan mental, serta intelektual dan moral. Jadi semua aspek kecerdasan, baik kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual dapat dikembangkan secara signifikan.
Dewasa ini pendidikan Islam sedang dihadapkan dengan tantangan yang jauh lebih berat dari masa permulaan penyebaran islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealisme umat manusia yang serba multi interest dan berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang multi komplek pula . Ditambah lagi dengan beban psikologis umat islam dalam menghadapi barat bekas saingan jika bukanya musuh sepanjang sejarah . Kesulitan ini semakin menjadi akut karena faktor psikologis yang lain , yang timbul sebagai komplek pihak yang kalah , berbeda dengan kedudakan umat islam klasik pada waktu itu umat islam adalah pihak yang menang dan berkuasa).
Fenomena itu pada gilirannya mengakibatkan pendidikan islam tidak diarahkan kepada tujuan yang positif. Tujuan pendidikan islam cenderung berorientasi kepada kehidupan akhirat semata dan bersifat desentif.
Dalam kondisi kepanikan spiritual itu,strategi pendidikan Islam yang dikembangkan diseluruh dunia Islam secara universal bersifat mekanis. Akibatnya munculah golongan yang menolak segala apa yang berbau Barat, bahkan adapula yang mengharamkan pengambil alihan ilmu dan teknologinya. Sehingga apabila kondisi ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kemunduran umat Islam.
b. Masalah Sistem Pendidikan Islam
Sistem pendidikan Islam pada dasarnya disandarkan pada satu kenyataan bahwa setiap Muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw. bersabda:
«طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ»
Menuntut ilmu wajib atas setiap Muslim. (HR Ibnu Adi dan Baihaqi).
Allah SWT mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu dan membekali dirinya dengan berbagai macam ilmu yang dibutuhkannya dalam kehidupan. Karena itu, pendidikan Islam merupakan sesuatu yang terstruktur, terprogram, dan sistematis. Tujuannya adalah untuk mendidik manusia agar berkepribadian Islam, menguasai tsaqâfah Islam dan menguasai ilmu kehidupan (sains dan teknologi) yang memadai agar mereka dapat mengatasi problem kehidupannya sesuai dengan syariat Islam.
Masalah yang kini dihadapi dalam sistem pendidikan islam adalah:
1. Adanya Dualisme Dikotomi Sistem Pendidikan.
Persoalan dualisme dikotomi sistem pendidikan telah melanda seluruh negara Muslim atau negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam termasuk Indonesia. Dikotomi sistem pendidikan itu bukan hanya menyangkut perbedaan dalam struktur luarnya saja tapi juga perbedaan yang lahir dari pendekatan mereka terhadap tujuan-tujuan pendidikan.
Hal yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari sejarah munculnya sistem yang dipelopori oleh Belanda. Dalam hal ini mengakibatkan muculnya istilah ilmu agama dan ilmu umum. Seoalah-olah persoalan dunia tidak terkait ke dalam ranah kacamata agama padahal dalam Islam dinyatakan bahwa ajaran islam menyangkut seluruh ranah kehidupan, seperti sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya.
Sedangkan sistem tradisional kuno dalam Islam didasarkan atas seperangkat nilai-nilai yang berasal dari Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa tujuan-tujuan pendidikan yang sesungguhnya adalah menciptakan manusia yang taat kepada Tuhan dan akan selalu berusaha untuk patuh pada perintah-perintah-Nya sebagaimana yang dituliskan dalam kitab suci. Orang semacam ini akan berusaha untuk memahami seluruh fenomena di dalam dan di luar khazanah kekuasaan Tuhan. Di lain pihak sistem modern, yang tidak secara khusus mengesampingkan Tuhan, berusaha untuk tidak melibatkan-Nya dalam penjelasannya mengenai asal-usul alam raya atau fenomena dengan mana manusia selalu berhubungan setiap harinya.
2. Masalah Kurikulum Pendidikan Islam
Salah satu problem terbesar dalam pendidikan islam adalah mengenai kurikulum pendidikan islam. Mengenai definisi kurikulum ada beberapa pendapat. Ada yang menyatakan kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan ). Ada pula yang mendefinisikan kurikulum adalah sejumlah kekuatan, faktor-faktor pada lingkungan pengajaran dan pendidikan yang disediakan oleh sekolah bagi para muridnya di dalam dan di luar sekolah, dan sejumlah pengalaman yang lahir daripada interaksi kekuatan-kekkuatan dan faktor-faktor itu.
Kurikulum pendidikan islam masih memakai cara-cara yang berkesadaran Eropasentris, misalnya:
1. Pola yang bertolak dari konsep pendidikan islam yang berfungsi mewariskan pengetahuan dan nilai yang telah ada baik nilai Ilahi maupun nilai insani.
2. Pola kurikulum yang bertolak dari makna pendidikan islam sebagai usaha menciptakan situasi yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.
3. Pola kurikulum yang menekankan antara isi dan proses serta pengalaman belajar sekaligus.
Indikator kekurangtepatan kurikulum pendidikan islam meliputi:
1. Pendidikan islam lebih ditekankan pada belajar tentang agama.
2. Tidak tertibnya pemilihan dan penyusunan materi pendidikan islam.
3. Kurangnya penjelasan yang lebih mendalam ).
3. Masalah Metodologi Pembelajaran Pendidikan Islam
Beberapa masalah yang muncul dalam metodologi pembelajaran agama islam yaitu:
1. Pendidikan agama kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi makna yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa lewat berbagai cara.
2. Metodologi pendidikan agama tidak kunjung berubah antara pra dan post-era modernisme.
3. Pendidikan agama lebih menitipberatkan pada aspek korespondensi-tekstual yang lebih menekankan pada hafalan teks-teks keagamaan yang sudah ada.
4. Pendidikan agama lebih banyak berkonsentrasi pada persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata.
c. Anak Didik (Peserta Didik)
Anak didik yang dihadapi oleh dunia pendidikan Islam di negara-negara Islam berkaitan erat dengan belum berhasilnya dikotomi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum ditumbangkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Belum berhasilnya penghapusan dikotomi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum mengakibatkan rendahnya kualitas intelektual anak didik dan munculnya pribadi-pribadi yang pecah (split personality) dari kaum Muslim. Misalnya seorang muslim yang saleh dan taat menjalankan ibadah, pada waktu yang sama ia dapat menjadi pemeras, penindas, koruptor, atau melakukan perbuatan tercela lainnya. Bahkan yang lebih ironis lagi dikotomi sistem pendidikan tersebut mengakibatkan tidak lahirnya anak didik yang memiliki komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam terhadap Islam dari lembaga-lembaga pendidikan Islam ). Sebagian dari mereka lebih berperan sebagai pemain-pemain teknis dalam masalah-masalah agama. Sementara ruh agama itu sendiri jarang benar digumulinya secara intens dan akrab.
d. Pendidik (Mu’allim)
Untuk mendapatkan kualitas pendidik seperti itu di lembaga-lembaga pendidikan Islam dewasa ini sangat sulit sekali. Hal ini dibuktikan Rahman, melalui pengamatannya terhadap perkembangan pendidikan Islam di beberapa negara Islam. Ia melihat bahwa pendidik yang berkualitas dan profesional serta memiliki pikiran-pikiran yang kreatif dan terpadu yang mampu menafsirkan hal-hal yang lama dalam bahasa yang baru sejauh menyangkut substansi dan menjadikan hal-hal yang baru sebagai alat yang berguna untuk idealita masih sulit ditemukan pada masa modern. Masalah kelangkaan tenaga pendidik seperti ini telah melanda hampir semua negara Islam termasuk indonesia.
B. UPAYA-UPAYA UNTUK MENGATASI PERSOALAN YANG DIHADAPI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
a. Upaya Mengatasi Masalah Tujuan Pendidikan Islam
1. Tujuan pendidikan Islam yang bersifat desentif dan cenderung berorientasi hanya kepada kehidupan akhirat tersebut harus segera diubah.Tujuan pendidikan islam harus berorientasi kepada klehidupan dunia dan akhirat sekaligus serta bersumber pada AL-Qur’an.Menurutnya bahwa :
Tujuan pendidikan dalam pandangan AL-Qur’an adalah untuk mengembangkan kemampuan inti manusia dengan cara yang sedemikian rupa sehingga ilmu pengetahuan yang diperolehnya akan menyatu dengan kepribadian kreatifnya .
2. Beban psikologis umat Islam dalam menghadapi Barat harus segera dihilangkan. Untuk menghilangkan beban psikologis umat Islam tersebut,Rahman menganjurkan supaya dilakukan kajian Islam yang menyeluruh secara historis dan sistimatis mengenai perkembangan disiplin-disiplin ilmu Islam seperti teologi,hukum,etika,hadis ilmu-ilmu sosial,dan filsafat,dengan berpegang kepada AL-Qur’an sebagai penilai. Sebab disiplin ilmu-ilmu Islam yang telah berkembang dalam sejarah itulah yang memberikan kontiunitas kepada wujud intelektual dan spiritual masyarakat Muslim.Sehingga melalui upaya ini diharapkan dapat menghilangkan beban psikologis umat Islam dalam menghadapi Barat.
3. Sikap negatif umat Islam terhadap ilmu pengetahuan juga harus dirubah. Sebab menurut Rahmah, ilmu pengetahuan tidak ada yang salah, yang salah adalah penggunanya. Ilmu tentang atom misalnya, telah ditemukan saintis Barat, namun sebelum mereka memanfaatkan tenaga listrik dari penemuan itu (yang dimaksud memanfaatkan energi hasil reaksi inti yang dapat ditransformasikan menjadi energi listrik) atau menggunakannya buat hal-hal yang berguna, mereka menciptakan bom atom. Kini pembuatan bom atom masih terus dilakukan bahkan dijadikan sebagai ajang perlombaan. Para saintis kemudian dengan cemas mencari jalan untuk menghentikan pembuatan senjata dahsyat itu.
Di dalam Al-Qur’an kata al-ilm (ilmu pengetahuan) digunakan untuk semua jenis ilmu pengetahuan. Contohnya, ketika Allah mengajarkan bagaimana Daud membuat baju perang, itu juga al-’ilm. Bahkan sihir (sihr), sebagaimana yang pernah diajarkan oleh Harut dan Marut kepada manusia, itu juga merupakan salah satu jenis al-’ilm meskipun jelek dalam arti praktek dan pemakaiannya. Sebab banyak yang menyalahgunakan sihir itu untuk memisahkan suami dari istrinya. Begitu pula hal-hal yang memberi wawasan baru pada akal termasul al-’ilm.
b. Upaya Mengatasi Masalah Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas sebagai berikut:
1. Berkepribadian Islam, yaitu seorang Muslim yang memiliki dua kompetensi dasar yang fundamental, yaitu pola pikir ('aqliyyah) dan pola jiwa (nafsiyyah) yang berpijak pada akidah Islam.
2. Menguasai tsaqâfah Islam. Islam telah mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu. Berdasarkan takaran kewajibannya, menurut al-Ghazali, ilmu dibagi dalam dua kategori, yaitu (a) ilmu yang termasuk fardhu 'ain (kewajiban individual), artinya wajib dipelajari setiap Muslim, yaitu: tsaqâfah Islam yang terdiri dari konsepsi, ide, dan hukum-hukum Islam; bahasa Arab; sirah Nabi saw., Ulumul Quran, Tahfizh al-Quran, ulumul hadits, ushul fikih, dll.; (b) ilmu yang dikategorikan fadhu kifayah (kewajiban kolektif); biasanya ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi serta ilmu terapan-keterampilan, seperti biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik, dll.
3. Menguasai ilmu kehidupan (IPTEK). Menguasai IPTEK diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan baik. Islam menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu ilmu-ilmu yang sangat diperlukan umat, seperti statistika, kedokteran, kimia, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik, dll.
Menurut Fazlur Rahman upaya tersebut meliputi:
Pertama, mengislamkan pendidikan sekuler modern. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerima pendidikan sekuler modern yang telah berkembang pada umumnya di Barat dan mencoba untuk “mengislamkan”nya, yaitu mengisinya dengan konsep-konsep kunci tertentu dari Islam. Ada dua tujuan dari mengislamkan pendidikan sekuler modern ini, yaitu ; (1) membentuk watak pelajar-pelajar atau mahasiswa-mahasiswa dengan nilai-nilai Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat, (2) memungkinkan para ahli yang berpendidikan modern menangani bidang kajian masing-masing dengan nilai-nilai Islam pada perangkat-perangkat yang lebih tinggi, menggunakan perspektif Islam untuk mengubah kandungan maupun orientasi kajian-kajian mereka.
Kedua tujuan tersebut berkaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga apabila pembentukan watak dengan nilai-nilai Islam yang dilakukan pada pendidikan tingkat pertama ketika pelajar-pelajar masih dalam usia muda dan mudah menerima kesan, tanpa sesuatu pun yang dilakukan untuk mewarnai pendidikan tinggi dengan orientasi Islam, maka pandangan pelajar-pelajar yang telah mencapai tingkat yang tinggi dalam pendidikannya akan tersekulerkan dan bahkan kemungkinan besar mereka akan membuang orientasi Islam apapun yang pernah mereka miliki. Hal ini akan terjadi dalam skala yang luas.
Kedua, menyederhanakan silabus-silabus tradisional. Pendekatan ini diarahkan dalam kerangka pendidikan tradisional itu sendiri. Pembaharuan ini cenderung menyederhanakan silabus-silabus pendidikan tradisional yang sarat dengan materi-materi tambahan yang tidak perlu seprti : teologi zaman pertengahan cabang-cabang filsafat tertentu (seperti logika), dan segudang karya tentang hukum Islam> penyederhanaan ini berupa pengesampingan sebagian besar karya-karya dalam berbagai disiplin zaman pertengahan dan menekankan pada bidang hadits, bahasa dan kesusastraan Arab serta prinsip-prinsip tafsir al-Qur’an.
Ketiga, menggabungkan cabang-cabang ilmu pengetahuan baru. Dalam kasus seperti ini, lama waktu belajar diperpanjang dan disesuaikan dengan panjang lingkup kurikulum sekolah-sekolah dan akademi modern. Di Indonesia pada tingkat akademi telah dimulai dilakukan upaya-upaya yang ditujukan untuk menggabungkan ilmu-ilmu pengetahuan modern dengan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional ).
Kurikulum seperti ini diikuti dengan berbagai kebijakan negara yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Salah satu kebijakan penting dalam hal ini adalah tentang biaya pendidikan yang murah dan bahkan gratis. Dalam hal ini, negara wajib menyediakan pendidikan murah atau bebas biaya kepada warga negaranya, baik Muslim maupun non-Muslim, agar mereka bisa menjalankan kewajibannya, yaitu menuntut ilmu. Rasulullah saw. bersabda:
«اَلإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَتِهِ»
Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Sepanjang sejarahnya, Kekhilafahan Islam telah melaksanakan amanat penting Rasulullah ini. Anggaran belanja pendidikan mengambil porsi yang sangat besar dari porsi anggaran pengeluaran total negara Khilafah. Pembiayaan tersebut diperoleh dari harta milik umum, seperti kekayaan alam (bahan tambang, hutan alam, perikanan, dsb). Imam ad-Damsyiqi telah menceritakan sebuah riwayat dari Wadhiyah bin Atha' yang menyatakan, bahwa di kota Madinah pernah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak. Khalifah Umar bin al-Khaththab memberikan gaji kepada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar=4,25 gram emas).
Perhatian para Khalifah tidak hanya tertuju pada gaji yang tinggi bagi pendidik dan pembangunan gedung sekolah, tetapi juga pada pembangunan berbagai sarana pendidikan seperti perpustakaan, auditorium, observatorium, dll. Misalnya, telah dibangun sebuah perpustakaan yang terkenal di Mosul, Irak, oleh Ja'far bin Muhammad (w. 940 M). Perpustakaan ini merupakan terbesar dan terlengkap di zamannya. Di samping itu, para Khalifah juga memberikan penghargaan yang sangat besar terhadap para penulis buku, berupa pemberian imbalan emas seberat buku yang ditulisnya.
c. Upaya Mengatasi Masalah Peserta Didik
Beberapa usaha yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut di atas.
1. Anak didik harus diberikan pelajaran Al-Qur’an melalui metode-metode yang memungkinkan kitab suci bukan hanya dijadikan sebagai sumber inspirasi moral tapi juga dapat dijadikan sebagai rujukan tertinggi untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks dan menantang Dalam kaitan itu Rahman menawarkan metode sistematisnya dalam memahami dan menafsirkan Al Qur’an. Metode itu terdiri dari dua gerakan ganda yaitu dari situasi sekarang ke masa Al Qur’an diturunkan dan kembali lagi ke masa kini. Gerakan pertama mempunyai dua langkah.
1). Orang harus memahami arti atau makna dari suatu pernyataan dengan mengkaji situasi dan problem historis di mana pernyataan AL Qur’an tersebut merupakan jawaban. Sebelum mengkaji ayat-ayat spesifiknya, sutau kajian mengenai mengenai situasi makro dalam batasan-batasan masyarakat, agama, adat-istiadat, lembaga-lembaga dan mengenai kehidupan secara menyeluruh di Arabia pada saat kehadiran Islam, khususnya di sekitar Mekkah harus dilakukan.
2). Menggenerasikan jawaban-jawaban spesifik tersebut dan menyatakannya sebagai pernyataan-pernyataan yang memiliki tujuan moral dan sosial umum yang dapat disaring dari ayat-ayat spesifik dalam sinaran latar belakang sosio-historis yang sering dinyatakan. Selama proses ini, perhatian harus diberikan kepada arah ajaran Al-Qur’an sebagai suatu keseluruhan sehingga setiap arti tertentu yang difahami, setiap hukum yang dinyatakan dan setiap tujuan yang dirumuskan akan koheren dengan yang lainnya. Al Qur’an sebagai suatu keseluruhan memang menanamkan sikap yang pasti terhadap hidup dan memenuhi suatu pandangan dunia yang kongkrit.
Jika dua momen gerakan ganda ini dapat dicapai, perintah-perintah Al-Qur’an akan hidup dan efektif kembali. Metode penafsiran yang ditawarkan Rahman itulah yang disebutnya sebagai prosedur ijtihad. Dalam metode tersebut Rahman telah mengasimilasi dan mengkolaborasi secara sistematis pandangan yuridis Maliki dan Syathibi tentang betapa mendesaknya memahami Al-Qur’an sebagai suatu ajaran yang padu dan kohesif ke dalam gerakan pertama dari metodenya.
2. Memberikan materi disiplin ilmu-ilmu Islam secara historis, kritis dan holistik. Disiplin ilmu-ilmu Islam itu meliputi: Teologi, hukum etika, ilmu-ilmu sosial dan filsafat.
d. Upaya Mengatasi Kelangkaan Tenaga Pendidik
Dalam mengatasi kelangkaan tenaga pendidik seperti itu, Rahman menawarkan beberapa gagasan:
1. Merekrut dan mempersiapkan anak didik yang memiliki bakat-bakat terbaik dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap lapangan agama (Islam). Anak didik seperti ini harus dibina dan diberikan insentif yang memadai untuk membantu memnuhi keperluannya dalam peningkatan karir intelektual mereka. Apabila hal ini tidak segera dilakukan maka upaya untuk menciptakan pendidik yang berkualitas tidak akan terwujud. Sebab hampir sebagian besar pelajar yang memasuki lapangan pendidikan agama adalah mereka yang gagal memasuki karir-karir yang lebih basah.
2. Mengangkat lulusan mdrasah yang relatif cerdas atau menunjuk sarjana-sarjana modern yang telah memperoleh gelar doktor di universitas-universitas Barat dan telah berada di lembaga-lembaga keilmuan tinggi sebagai guru besar-guru besar bidang studi bahasa Arab, bahasa Persi, dan sejarah Islam.
3. Para pendidik harus dilatih di pusat-pusat studi keislaman di luar negeri khususnya ke Barat.
Pengiriman pendidik atau tenaga pengajar IAIN yang potensial untuk melanjutkan studinya ke universitas di negeri Barat yang mempunyai pusat-pusat studi Islam. Awal dari dampak positif pengiriman pengiriman pendidik ke luar negeri itu memang mulai terasa antara lain seperti terlaksananya pembaruan sistem, metode dan teknik di bidang pengajaran dan penyempurnaan struktur kelembagaan serta susunan kurikulum.
4. Mengangkat beberapa lulusan madrasah yang memiliki pengetahuan bahasa Inggris dan mencoba melatih mereka dalam teknik riset modern dan sebaliknya menarik para lulusan universitas bidang filsafat dan ilmu-ilmu sosial dan memberi meeka pelajaran bahasa Arab dan disiplin-disiplin Islam klasik seperti Hadis, dan yiurisprudensi Islam. Hal ini bertujuan untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan secara terpadu baik kepada para lulusan madrasah maupun kepada mereka yang lulusan universitas. Sehingga melalui upaya ini akan lahir pendidik-pendidik yang kreatif dan mempunyai komitmen yang kuat terhadap Islam.
5. Menggiatkan para pendidik untuk melahirkan karya-karya keislaman secara kreatif dan memiliki tujuan. Di samping menlulis karya-karya tentang sejarah, filsafat, seni, juga harus mengkonsentrasikannya kembali kepada pemikiran Islam. Di samping itu para pendidik juga harus bersunggguh-sungguh dalam mengadakan penelitian dan berusaha untu menerbitkan karyanya tersebut. Bagi mereka yang memiliki karya yang bagus harus diberi penghargaan antara lain dengan meningkatkan gajinya ).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Masalah tujuan pendidikan islam yang bersifat desentif harus segera dirubah.
2. Adanya dikotomi sistem pendidikan Islam telah menyebabkan rendahnya kualitas anak didik, munculnya pribadi-pribadi yang pecah dan tidak lahirnya anak didik yang amemiliki komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam terhadap Islam harus segera dihilangkan.
3. Tujuan pendidikan Islam hanya berorientasi kepada kehidupan akherat semata dan bersifat defensif terhadap ilmu pengetahuan.
B. SARAN
Tak ada gading yang tak retak, tak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu juga dengan penyajian makalah ini, ternyata masih banyak kekurangan-kekurangan dengan kesalahan-kesalahan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan yang konstruktif guna perbaikan dalam penyajian makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azumardi. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Millennium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 2000
Daradjat, Zakiah dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2006
Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta : Pustaka al-Husna. 1992
Langgulung, Hasan. Manusia Dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: PT ALHUSNA ZIKRA. 1995
Ma’arif, Syafi’I. Peta Bumi Intelektualisme di Indonesia, Bandung : Mizan. 1993.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, cet.II.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002.
Rahman, Fazlur. Islam. New York : Anchor Book.1968.
Sulaiman, Fathiyah Hasan. Sistem Pendidikan Islam Versi Al-Ghazali,. Bandung :Al-Ma'arif. 1986.
http//one.indoskripsi.com/mode/6102
http://saifulmmuttaqin.blogspot.com/2008/02/pendidikan-islam-di-indonesia-suatu.html
http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/pendidikan/2627-tentang-pendidikan-islam.html
http://groups.google.com/group/syariah-care/browse_thread/thread/bba27e0b2b7ddbdf
http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/8
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/islam-kontemporer/1219-menampilkan-islam-toleran-melalui-kurikulum
PROBLEM PENDIDIKAN ISLAM DAN UPAYA MENGATASINYA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Maktakuliah Ilmu Pendidikan Islam
Yang Dibina Oleh Bapak Siswanto
Oleh :
JAFTIYATUR ROHANIYAH
Nim. 180 713 208
IMAM SYAFII
Nim. 180 713 19943
MUBAROKAH
Nim. 180 713 277243
HERLINA FAIZAH
Nim. 180 713 182243
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
(STAIN)
JURUSAN TARBIYAH
PRODI TADRIS BAHASA INGGRIS
MEI 2009
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga kita mampu melaksanakan segala aktivitas rutinitas dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Selanjutkan makalah ini kami persembahkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang membahas tentang ”Problem Pendidikan Islam dan Upaya Mengatasinya” dan kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing bapak Mushollin, M. Pd.I yang membina mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
Paper yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis tetap berharap kritikan dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas-tugas yang akan datang. Pada akhirnya semoga paper ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis. Dan menjadi tambahan ilmu bagi semua pihak. Amien.
Pamekasan, 10 Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ………………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………
A. Latang Belakang ………………………………………………
B. Rumusan Masalah ……………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………
A. Problematika Pendidikan Islam ……………..…………………..
B. Upaya-upaya Mengatasi Problem Pendidikan Islam .....………..
BAB III PENUTUP ……………………………………………………
A. Kesimpulan ……………………………………………………
B. Saran …………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketika memasuki abad ke-18 terjadilah desakan yang begitu hebat oleh penetrasi Barat terhadap dunia Islam, yang membuat umat Islam membuka mata dan menyadari betapa mundurnya umat Islam itu jika dihadapkan dengan kemajuan Barat. Untuk mengobati kemunduran umat Islam tersebut, maka pada abad ke-20 mulailah diadakan usaha-usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan.
Meskipun telah dilakukan usaha-usaha pembaharuan Pendidikan Islam, namun dunia pendidikan Islam masih saja dihadapkan pada beberapa problema. Tujuan pendidikan Islam yang ada sekarang ini tidaklah benar-benar diarahkan pada tujuan yang positif. Tujuan pendidikan Islam hanya diorientasikan kepada kehidupan akherat semata dan cenderung bersifat defensif, yaitu untuk menyelamatkan umat Islam dan pencemaran dan pengrusakan yang ditimbulkan oleh dampak gagasan Barat yang dating melalui berbagai disiplin ilmu, terutama gagasan-gagasan yang mengancam standar-standar moralitas tradisional Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah problematika dan tantangan pendidikan islam saat ini??
2. Upaya-upaya apakah yang dapat dilakukan untuk mengatasi problematika pendidikan islam?
BAB I I
PEMBAHASAN
A. PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM
Ketertinggalan pendidikan Islam dari lembaga pendidikan lainnya, menurut Azyumardi Azra, setidaknya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pendidikan Islam sering terlambat merumuskan diri untuk merespon perubahan dan kecenderungan masyarakat sekarang dan akan datang.
2. Sistem pendidikan Islam kebanyakan masih lebih cenderung mengorientasikan diri pada bidang-bidang humaniora dan ilmu-ilmu sosial ketimbang ilmu-ilmu eksakta semacam fisika, kimia, biologi, dan matematika modern.
3. Usaha pembaharuan pendidikan Islam sering bersifat sepotong-potong dan tidak komprehensif, sehingga tidak terjadi perubahan yang esensial.
4. Pendidikan Islam tetap berorientasi pada masa silam ketimbang berorientasi kepada masa depan, atau kurang bersifat future oriented.
5. Sebagian pendidikan Islam belum dikelola secara professional baik dalam penyiapan tenaga pengajar, kurikulum maupun pelaksanaan pendidikannya )..
Berikut akan dijelaskan hal-hal apa saja yang melatarbelakangi kemunduran pendidikan islam, meliputi:
a. Masalah Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Imam Ghazali, tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan paripurna baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Imam Ghazali manusia dapat mencapai kesempurnaan apabila berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan fadilah melalui ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Fadilah ini selanjutnya dapat membawanya dekat kepada Allah SWT. Dan akhirnya membahagiakannya hidup di dunia dan akhirat. Dalam hal ini beliau berkata:
"Apabila saudara memperhatikan ilmu pengetahuan, niscaya saudara akan melihat suatu kelezatan padanya, sehingga merasa perlu mempelajarinya dan niscaya saudara mendapatkan ilmu itu sebagai sarana menuju ke kampung akhirat beserta kebahagiaannya dan sebagai media untuk bertaqarrub kepada Allah Swt yang tidak dapat diraih jika tidak dengan ilmu tersebut. Martabat yang paling tinggi yang menjadi hak bagi manusia adalah kebahagiaan abadi. Dan sesuatu yang paling utama ialah sesuatu yang mengantar pada kebahagiaan itu. Kebahagiaan tidak dapat dicapai kalau tidak melalui ilmu dan amal. Dan amal itu tidak dapat diraih tanpa melaui ilmu dan cara pelaksanaan pengamalannya. Pangkal kebahagiaan di dunia dan di akhirat adalah ilmu pengetahuan. Karena itu, mencari ilmu termasuk amalan utama." )
Apabila kita simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam adalah membentuk manusis seutuhnya. Manusia seutuhnya berarti telah terjadi keseimbangan antara jasmani dan rohani, antara material dan spiritual, antara fisik dan mental, serta intelektual dan moral. Jadi semua aspek kecerdasan, baik kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual dapat dikembangkan secara signifikan.
Dewasa ini pendidikan Islam sedang dihadapkan dengan tantangan yang jauh lebih berat dari masa permulaan penyebaran islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealisme umat manusia yang serba multi interest dan berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang multi komplek pula . Ditambah lagi dengan beban psikologis umat islam dalam menghadapi barat bekas saingan jika bukanya musuh sepanjang sejarah . Kesulitan ini semakin menjadi akut karena faktor psikologis yang lain , yang timbul sebagai komplek pihak yang kalah , berbeda dengan kedudakan umat islam klasik pada waktu itu umat islam adalah pihak yang menang dan berkuasa).
Fenomena itu pada gilirannya mengakibatkan pendidikan islam tidak diarahkan kepada tujuan yang positif. Tujuan pendidikan islam cenderung berorientasi kepada kehidupan akhirat semata dan bersifat desentif.
Dalam kondisi kepanikan spiritual itu,strategi pendidikan Islam yang dikembangkan diseluruh dunia Islam secara universal bersifat mekanis. Akibatnya munculah golongan yang menolak segala apa yang berbau Barat, bahkan adapula yang mengharamkan pengambil alihan ilmu dan teknologinya. Sehingga apabila kondisi ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kemunduran umat Islam.
b. Masalah Sistem Pendidikan Islam
Sistem pendidikan Islam pada dasarnya disandarkan pada satu kenyataan bahwa setiap Muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw. bersabda:
«طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ»
Menuntut ilmu wajib atas setiap Muslim. (HR Ibnu Adi dan Baihaqi).
Allah SWT mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu dan membekali dirinya dengan berbagai macam ilmu yang dibutuhkannya dalam kehidupan. Karena itu, pendidikan Islam merupakan sesuatu yang terstruktur, terprogram, dan sistematis. Tujuannya adalah untuk mendidik manusia agar berkepribadian Islam, menguasai tsaqâfah Islam dan menguasai ilmu kehidupan (sains dan teknologi) yang memadai agar mereka dapat mengatasi problem kehidupannya sesuai dengan syariat Islam.
Masalah yang kini dihadapi dalam sistem pendidikan islam adalah:
1. Adanya Dualisme Dikotomi Sistem Pendidikan.
Persoalan dualisme dikotomi sistem pendidikan telah melanda seluruh negara Muslim atau negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam termasuk Indonesia. Dikotomi sistem pendidikan itu bukan hanya menyangkut perbedaan dalam struktur luarnya saja tapi juga perbedaan yang lahir dari pendekatan mereka terhadap tujuan-tujuan pendidikan.
Hal yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari sejarah munculnya sistem yang dipelopori oleh Belanda. Dalam hal ini mengakibatkan muculnya istilah ilmu agama dan ilmu umum. Seoalah-olah persoalan dunia tidak terkait ke dalam ranah kacamata agama padahal dalam Islam dinyatakan bahwa ajaran islam menyangkut seluruh ranah kehidupan, seperti sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya.
Sedangkan sistem tradisional kuno dalam Islam didasarkan atas seperangkat nilai-nilai yang berasal dari Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa tujuan-tujuan pendidikan yang sesungguhnya adalah menciptakan manusia yang taat kepada Tuhan dan akan selalu berusaha untuk patuh pada perintah-perintah-Nya sebagaimana yang dituliskan dalam kitab suci. Orang semacam ini akan berusaha untuk memahami seluruh fenomena di dalam dan di luar khazanah kekuasaan Tuhan. Di lain pihak sistem modern, yang tidak secara khusus mengesampingkan Tuhan, berusaha untuk tidak melibatkan-Nya dalam penjelasannya mengenai asal-usul alam raya atau fenomena dengan mana manusia selalu berhubungan setiap harinya.
2. Masalah Kurikulum Pendidikan Islam
Salah satu problem terbesar dalam pendidikan islam adalah mengenai kurikulum pendidikan islam. Mengenai definisi kurikulum ada beberapa pendapat. Ada yang menyatakan kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan ). Ada pula yang mendefinisikan kurikulum adalah sejumlah kekuatan, faktor-faktor pada lingkungan pengajaran dan pendidikan yang disediakan oleh sekolah bagi para muridnya di dalam dan di luar sekolah, dan sejumlah pengalaman yang lahir daripada interaksi kekuatan-kekkuatan dan faktor-faktor itu.
Kurikulum pendidikan islam masih memakai cara-cara yang berkesadaran Eropasentris, misalnya:
1. Pola yang bertolak dari konsep pendidikan islam yang berfungsi mewariskan pengetahuan dan nilai yang telah ada baik nilai Ilahi maupun nilai insani.
2. Pola kurikulum yang bertolak dari makna pendidikan islam sebagai usaha menciptakan situasi yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.
3. Pola kurikulum yang menekankan antara isi dan proses serta pengalaman belajar sekaligus.
Indikator kekurangtepatan kurikulum pendidikan islam meliputi:
1. Pendidikan islam lebih ditekankan pada belajar tentang agama.
2. Tidak tertibnya pemilihan dan penyusunan materi pendidikan islam.
3. Kurangnya penjelasan yang lebih mendalam ).
3. Masalah Metodologi Pembelajaran Pendidikan Islam
Beberapa masalah yang muncul dalam metodologi pembelajaran agama islam yaitu:
1. Pendidikan agama kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi makna yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa lewat berbagai cara.
2. Metodologi pendidikan agama tidak kunjung berubah antara pra dan post-era modernisme.
3. Pendidikan agama lebih menitipberatkan pada aspek korespondensi-tekstual yang lebih menekankan pada hafalan teks-teks keagamaan yang sudah ada.
4. Pendidikan agama lebih banyak berkonsentrasi pada persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata.
c. Anak Didik (Peserta Didik)
Anak didik yang dihadapi oleh dunia pendidikan Islam di negara-negara Islam berkaitan erat dengan belum berhasilnya dikotomi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum ditumbangkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Belum berhasilnya penghapusan dikotomi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum mengakibatkan rendahnya kualitas intelektual anak didik dan munculnya pribadi-pribadi yang pecah (split personality) dari kaum Muslim. Misalnya seorang muslim yang saleh dan taat menjalankan ibadah, pada waktu yang sama ia dapat menjadi pemeras, penindas, koruptor, atau melakukan perbuatan tercela lainnya. Bahkan yang lebih ironis lagi dikotomi sistem pendidikan tersebut mengakibatkan tidak lahirnya anak didik yang memiliki komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam terhadap Islam dari lembaga-lembaga pendidikan Islam ). Sebagian dari mereka lebih berperan sebagai pemain-pemain teknis dalam masalah-masalah agama. Sementara ruh agama itu sendiri jarang benar digumulinya secara intens dan akrab.
d. Pendidik (Mu’allim)
Untuk mendapatkan kualitas pendidik seperti itu di lembaga-lembaga pendidikan Islam dewasa ini sangat sulit sekali. Hal ini dibuktikan Rahman, melalui pengamatannya terhadap perkembangan pendidikan Islam di beberapa negara Islam. Ia melihat bahwa pendidik yang berkualitas dan profesional serta memiliki pikiran-pikiran yang kreatif dan terpadu yang mampu menafsirkan hal-hal yang lama dalam bahasa yang baru sejauh menyangkut substansi dan menjadikan hal-hal yang baru sebagai alat yang berguna untuk idealita masih sulit ditemukan pada masa modern. Masalah kelangkaan tenaga pendidik seperti ini telah melanda hampir semua negara Islam termasuk indonesia.
B. UPAYA-UPAYA UNTUK MENGATASI PERSOALAN YANG DIHADAPI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
a. Upaya Mengatasi Masalah Tujuan Pendidikan Islam
1. Tujuan pendidikan Islam yang bersifat desentif dan cenderung berorientasi hanya kepada kehidupan akhirat tersebut harus segera diubah.Tujuan pendidikan islam harus berorientasi kepada klehidupan dunia dan akhirat sekaligus serta bersumber pada AL-Qur’an.Menurutnya bahwa :
Tujuan pendidikan dalam pandangan AL-Qur’an adalah untuk mengembangkan kemampuan inti manusia dengan cara yang sedemikian rupa sehingga ilmu pengetahuan yang diperolehnya akan menyatu dengan kepribadian kreatifnya .
2. Beban psikologis umat Islam dalam menghadapi Barat harus segera dihilangkan. Untuk menghilangkan beban psikologis umat Islam tersebut,Rahman menganjurkan supaya dilakukan kajian Islam yang menyeluruh secara historis dan sistimatis mengenai perkembangan disiplin-disiplin ilmu Islam seperti teologi,hukum,etika,hadis ilmu-ilmu sosial,dan filsafat,dengan berpegang kepada AL-Qur’an sebagai penilai. Sebab disiplin ilmu-ilmu Islam yang telah berkembang dalam sejarah itulah yang memberikan kontiunitas kepada wujud intelektual dan spiritual masyarakat Muslim.Sehingga melalui upaya ini diharapkan dapat menghilangkan beban psikologis umat Islam dalam menghadapi Barat.
3. Sikap negatif umat Islam terhadap ilmu pengetahuan juga harus dirubah. Sebab menurut Rahmah, ilmu pengetahuan tidak ada yang salah, yang salah adalah penggunanya. Ilmu tentang atom misalnya, telah ditemukan saintis Barat, namun sebelum mereka memanfaatkan tenaga listrik dari penemuan itu (yang dimaksud memanfaatkan energi hasil reaksi inti yang dapat ditransformasikan menjadi energi listrik) atau menggunakannya buat hal-hal yang berguna, mereka menciptakan bom atom. Kini pembuatan bom atom masih terus dilakukan bahkan dijadikan sebagai ajang perlombaan. Para saintis kemudian dengan cemas mencari jalan untuk menghentikan pembuatan senjata dahsyat itu.
Di dalam Al-Qur’an kata al-ilm (ilmu pengetahuan) digunakan untuk semua jenis ilmu pengetahuan. Contohnya, ketika Allah mengajarkan bagaimana Daud membuat baju perang, itu juga al-’ilm. Bahkan sihir (sihr), sebagaimana yang pernah diajarkan oleh Harut dan Marut kepada manusia, itu juga merupakan salah satu jenis al-’ilm meskipun jelek dalam arti praktek dan pemakaiannya. Sebab banyak yang menyalahgunakan sihir itu untuk memisahkan suami dari istrinya. Begitu pula hal-hal yang memberi wawasan baru pada akal termasul al-’ilm.
b. Upaya Mengatasi Masalah Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas sebagai berikut:
1. Berkepribadian Islam, yaitu seorang Muslim yang memiliki dua kompetensi dasar yang fundamental, yaitu pola pikir ('aqliyyah) dan pola jiwa (nafsiyyah) yang berpijak pada akidah Islam.
2. Menguasai tsaqâfah Islam. Islam telah mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu. Berdasarkan takaran kewajibannya, menurut al-Ghazali, ilmu dibagi dalam dua kategori, yaitu (a) ilmu yang termasuk fardhu 'ain (kewajiban individual), artinya wajib dipelajari setiap Muslim, yaitu: tsaqâfah Islam yang terdiri dari konsepsi, ide, dan hukum-hukum Islam; bahasa Arab; sirah Nabi saw., Ulumul Quran, Tahfizh al-Quran, ulumul hadits, ushul fikih, dll.; (b) ilmu yang dikategorikan fadhu kifayah (kewajiban kolektif); biasanya ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi serta ilmu terapan-keterampilan, seperti biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik, dll.
3. Menguasai ilmu kehidupan (IPTEK). Menguasai IPTEK diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan baik. Islam menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu ilmu-ilmu yang sangat diperlukan umat, seperti statistika, kedokteran, kimia, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik, dll.
Menurut Fazlur Rahman upaya tersebut meliputi:
Pertama, mengislamkan pendidikan sekuler modern. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerima pendidikan sekuler modern yang telah berkembang pada umumnya di Barat dan mencoba untuk “mengislamkan”nya, yaitu mengisinya dengan konsep-konsep kunci tertentu dari Islam. Ada dua tujuan dari mengislamkan pendidikan sekuler modern ini, yaitu ; (1) membentuk watak pelajar-pelajar atau mahasiswa-mahasiswa dengan nilai-nilai Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat, (2) memungkinkan para ahli yang berpendidikan modern menangani bidang kajian masing-masing dengan nilai-nilai Islam pada perangkat-perangkat yang lebih tinggi, menggunakan perspektif Islam untuk mengubah kandungan maupun orientasi kajian-kajian mereka.
Kedua tujuan tersebut berkaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga apabila pembentukan watak dengan nilai-nilai Islam yang dilakukan pada pendidikan tingkat pertama ketika pelajar-pelajar masih dalam usia muda dan mudah menerima kesan, tanpa sesuatu pun yang dilakukan untuk mewarnai pendidikan tinggi dengan orientasi Islam, maka pandangan pelajar-pelajar yang telah mencapai tingkat yang tinggi dalam pendidikannya akan tersekulerkan dan bahkan kemungkinan besar mereka akan membuang orientasi Islam apapun yang pernah mereka miliki. Hal ini akan terjadi dalam skala yang luas.
Kedua, menyederhanakan silabus-silabus tradisional. Pendekatan ini diarahkan dalam kerangka pendidikan tradisional itu sendiri. Pembaharuan ini cenderung menyederhanakan silabus-silabus pendidikan tradisional yang sarat dengan materi-materi tambahan yang tidak perlu seprti : teologi zaman pertengahan cabang-cabang filsafat tertentu (seperti logika), dan segudang karya tentang hukum Islam> penyederhanaan ini berupa pengesampingan sebagian besar karya-karya dalam berbagai disiplin zaman pertengahan dan menekankan pada bidang hadits, bahasa dan kesusastraan Arab serta prinsip-prinsip tafsir al-Qur’an.
Ketiga, menggabungkan cabang-cabang ilmu pengetahuan baru. Dalam kasus seperti ini, lama waktu belajar diperpanjang dan disesuaikan dengan panjang lingkup kurikulum sekolah-sekolah dan akademi modern. Di Indonesia pada tingkat akademi telah dimulai dilakukan upaya-upaya yang ditujukan untuk menggabungkan ilmu-ilmu pengetahuan modern dengan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional ).
Kurikulum seperti ini diikuti dengan berbagai kebijakan negara yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Salah satu kebijakan penting dalam hal ini adalah tentang biaya pendidikan yang murah dan bahkan gratis. Dalam hal ini, negara wajib menyediakan pendidikan murah atau bebas biaya kepada warga negaranya, baik Muslim maupun non-Muslim, agar mereka bisa menjalankan kewajibannya, yaitu menuntut ilmu. Rasulullah saw. bersabda:
«اَلإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَتِهِ»
Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Sepanjang sejarahnya, Kekhilafahan Islam telah melaksanakan amanat penting Rasulullah ini. Anggaran belanja pendidikan mengambil porsi yang sangat besar dari porsi anggaran pengeluaran total negara Khilafah. Pembiayaan tersebut diperoleh dari harta milik umum, seperti kekayaan alam (bahan tambang, hutan alam, perikanan, dsb). Imam ad-Damsyiqi telah menceritakan sebuah riwayat dari Wadhiyah bin Atha' yang menyatakan, bahwa di kota Madinah pernah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak. Khalifah Umar bin al-Khaththab memberikan gaji kepada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar=4,25 gram emas).
Perhatian para Khalifah tidak hanya tertuju pada gaji yang tinggi bagi pendidik dan pembangunan gedung sekolah, tetapi juga pada pembangunan berbagai sarana pendidikan seperti perpustakaan, auditorium, observatorium, dll. Misalnya, telah dibangun sebuah perpustakaan yang terkenal di Mosul, Irak, oleh Ja'far bin Muhammad (w. 940 M). Perpustakaan ini merupakan terbesar dan terlengkap di zamannya. Di samping itu, para Khalifah juga memberikan penghargaan yang sangat besar terhadap para penulis buku, berupa pemberian imbalan emas seberat buku yang ditulisnya.
c. Upaya Mengatasi Masalah Peserta Didik
Beberapa usaha yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut di atas.
1. Anak didik harus diberikan pelajaran Al-Qur’an melalui metode-metode yang memungkinkan kitab suci bukan hanya dijadikan sebagai sumber inspirasi moral tapi juga dapat dijadikan sebagai rujukan tertinggi untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks dan menantang Dalam kaitan itu Rahman menawarkan metode sistematisnya dalam memahami dan menafsirkan Al Qur’an. Metode itu terdiri dari dua gerakan ganda yaitu dari situasi sekarang ke masa Al Qur’an diturunkan dan kembali lagi ke masa kini. Gerakan pertama mempunyai dua langkah.
1). Orang harus memahami arti atau makna dari suatu pernyataan dengan mengkaji situasi dan problem historis di mana pernyataan AL Qur’an tersebut merupakan jawaban. Sebelum mengkaji ayat-ayat spesifiknya, sutau kajian mengenai mengenai situasi makro dalam batasan-batasan masyarakat, agama, adat-istiadat, lembaga-lembaga dan mengenai kehidupan secara menyeluruh di Arabia pada saat kehadiran Islam, khususnya di sekitar Mekkah harus dilakukan.
2). Menggenerasikan jawaban-jawaban spesifik tersebut dan menyatakannya sebagai pernyataan-pernyataan yang memiliki tujuan moral dan sosial umum yang dapat disaring dari ayat-ayat spesifik dalam sinaran latar belakang sosio-historis yang sering dinyatakan. Selama proses ini, perhatian harus diberikan kepada arah ajaran Al-Qur’an sebagai suatu keseluruhan sehingga setiap arti tertentu yang difahami, setiap hukum yang dinyatakan dan setiap tujuan yang dirumuskan akan koheren dengan yang lainnya. Al Qur’an sebagai suatu keseluruhan memang menanamkan sikap yang pasti terhadap hidup dan memenuhi suatu pandangan dunia yang kongkrit.
Jika dua momen gerakan ganda ini dapat dicapai, perintah-perintah Al-Qur’an akan hidup dan efektif kembali. Metode penafsiran yang ditawarkan Rahman itulah yang disebutnya sebagai prosedur ijtihad. Dalam metode tersebut Rahman telah mengasimilasi dan mengkolaborasi secara sistematis pandangan yuridis Maliki dan Syathibi tentang betapa mendesaknya memahami Al-Qur’an sebagai suatu ajaran yang padu dan kohesif ke dalam gerakan pertama dari metodenya.
2. Memberikan materi disiplin ilmu-ilmu Islam secara historis, kritis dan holistik. Disiplin ilmu-ilmu Islam itu meliputi: Teologi, hukum etika, ilmu-ilmu sosial dan filsafat.
d. Upaya Mengatasi Kelangkaan Tenaga Pendidik
Dalam mengatasi kelangkaan tenaga pendidik seperti itu, Rahman menawarkan beberapa gagasan:
1. Merekrut dan mempersiapkan anak didik yang memiliki bakat-bakat terbaik dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap lapangan agama (Islam). Anak didik seperti ini harus dibina dan diberikan insentif yang memadai untuk membantu memnuhi keperluannya dalam peningkatan karir intelektual mereka. Apabila hal ini tidak segera dilakukan maka upaya untuk menciptakan pendidik yang berkualitas tidak akan terwujud. Sebab hampir sebagian besar pelajar yang memasuki lapangan pendidikan agama adalah mereka yang gagal memasuki karir-karir yang lebih basah.
2. Mengangkat lulusan mdrasah yang relatif cerdas atau menunjuk sarjana-sarjana modern yang telah memperoleh gelar doktor di universitas-universitas Barat dan telah berada di lembaga-lembaga keilmuan tinggi sebagai guru besar-guru besar bidang studi bahasa Arab, bahasa Persi, dan sejarah Islam.
3. Para pendidik harus dilatih di pusat-pusat studi keislaman di luar negeri khususnya ke Barat.
Pengiriman pendidik atau tenaga pengajar IAIN yang potensial untuk melanjutkan studinya ke universitas di negeri Barat yang mempunyai pusat-pusat studi Islam. Awal dari dampak positif pengiriman pengiriman pendidik ke luar negeri itu memang mulai terasa antara lain seperti terlaksananya pembaruan sistem, metode dan teknik di bidang pengajaran dan penyempurnaan struktur kelembagaan serta susunan kurikulum.
4. Mengangkat beberapa lulusan madrasah yang memiliki pengetahuan bahasa Inggris dan mencoba melatih mereka dalam teknik riset modern dan sebaliknya menarik para lulusan universitas bidang filsafat dan ilmu-ilmu sosial dan memberi meeka pelajaran bahasa Arab dan disiplin-disiplin Islam klasik seperti Hadis, dan yiurisprudensi Islam. Hal ini bertujuan untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan secara terpadu baik kepada para lulusan madrasah maupun kepada mereka yang lulusan universitas. Sehingga melalui upaya ini akan lahir pendidik-pendidik yang kreatif dan mempunyai komitmen yang kuat terhadap Islam.
5. Menggiatkan para pendidik untuk melahirkan karya-karya keislaman secara kreatif dan memiliki tujuan. Di samping menlulis karya-karya tentang sejarah, filsafat, seni, juga harus mengkonsentrasikannya kembali kepada pemikiran Islam. Di samping itu para pendidik juga harus bersunggguh-sungguh dalam mengadakan penelitian dan berusaha untu menerbitkan karyanya tersebut. Bagi mereka yang memiliki karya yang bagus harus diberi penghargaan antara lain dengan meningkatkan gajinya ).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Masalah tujuan pendidikan islam yang bersifat desentif harus segera dirubah.
2. Adanya dikotomi sistem pendidikan Islam telah menyebabkan rendahnya kualitas anak didik, munculnya pribadi-pribadi yang pecah dan tidak lahirnya anak didik yang amemiliki komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam terhadap Islam harus segera dihilangkan.
3. Tujuan pendidikan Islam hanya berorientasi kepada kehidupan akherat semata dan bersifat defensif terhadap ilmu pengetahuan.
B. SARAN
Tak ada gading yang tak retak, tak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu juga dengan penyajian makalah ini, ternyata masih banyak kekurangan-kekurangan dengan kesalahan-kesalahan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan yang konstruktif guna perbaikan dalam penyajian makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azumardi. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Millennium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 2000
Daradjat, Zakiah dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2006
Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta : Pustaka al-Husna. 1992
Langgulung, Hasan. Manusia Dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: PT ALHUSNA ZIKRA. 1995
Ma’arif, Syafi’I. Peta Bumi Intelektualisme di Indonesia, Bandung : Mizan. 1993.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, cet.II.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002.
Rahman, Fazlur. Islam. New York : Anchor Book.1968.
Sulaiman, Fathiyah Hasan. Sistem Pendidikan Islam Versi Al-Ghazali,. Bandung :Al-Ma'arif. 1986.
http//one.indoskripsi.com/mode/6102
http://saifulmmuttaqin.blogspot.com/2008/02/pendidikan-islam-di-indonesia-suatu.html
http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/pendidikan/2627-tentang-pendidikan-islam.html
http://groups.google.com/group/syariah-care/browse_thread/thread/bba27e0b2b7ddbdf
http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/8
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/islam-kontemporer/1219-menampilkan-islam-toleran-melalui-kurikulum
Minggu, 05 April 2009
MORPHOLOGY
A. The Different Between Morpheme and Allomorphs
Morpheme is the smallest linguistic unit that has semantic meaning. E.g. The word "unbreakable" has three morphemes: "un-" (meaning not x), a bound morpheme; "-break-", a free morpheme; and "-able", a free morpheme. "un-" is also a prefix, "-able" is a suffix. Both are affixes.
Allomorphs are the different representation (VARIANT) of morpheme with the same meaning. E.g the morpheme plural-s has the morph "-s", IPA: [s], in cats ([kæts]), but "-es", [ɪz], in dishes ([dɪʃɪz]), and even the voiced "-s", [z], in dogs ([dɒgz]). These are the allomorphs of "-s"
B. The Types of Morpheme
Free morphemes are the morphemes which can stand alone as single words. E.g. “free” and “close”. These morphemes are divided into two kinds of morphemes. The first is the set of ordinary nouns, adjectives and verb that is called lexical morpheme. The examples are: man, beautiful, sing, and funny. The other one is called functional morphemes that consist of functional words such as conjunctions, pronouns, articles and prepositions and the examples are because, at, on, near, the, a, this. Bound morphemes are the morphemes which normally can’t stand alone but typically attached to another form. E.g re-, -ist, un-, -ed, -s. Bound morphemes are also divided into two types. 1. Derivational morphemes are used to make a new word in language. 2. Inflectional morphemes are not used to make new words of English language.
C. The Difference Between Stem and Root
Stem, being also called inflectional root, is the part of a word that is common to all its inflected variants. The example, the root of the English adjective form unbreakable is break and the stem is un-break-able, which include derivational affixes un- and –able. Root is the primary lexical unit of a word, that cannot be reduced into smaller constituents. It carries the most significant aspects of semantic content. The example, the root of the English verb form sleeping is sleep.
D. The Affixation and Its Types
Affixation is the result of the process of words forming by the combination of bound affixes and free morpheme. The types of affixations are:
Compounding, that is a process of words forming from two or more independent words. The example, notebook, boyfriend. Reduplication is a process that forms new words either by doubling an entire free morpheme (total reduplication) or part of it (partial reduplication). The example is willy-nilly. Morpheme-internal changes is a process of forming new words by morpheme-internal modification. The example are; mice-mouse, thief-thieves, go-went-gone. Suppletion is the process of forming new words irregularly. Those processes are exceptions. The example; run [rΛn]- ran [ræn].
E. Inflectional and Derivational Affixes
Inflectional affixes are affixes that are not used to make new words of English language and they can’t change in meaning. They can be suffixes (-s, -ing, -ed, -er, -est etc). Derivational affixes are affixes that are used to make new words and they can change in meaning. they can suffixes (-en, -able, -ful, -ment, -ion, -ize etc) or prefixes (en-, mis-, de-, un-, dis- etc).
F. Word Formation
Word formation is the ways of new words forming from bound and free morpheme. The combinations of bound and free morpheme are systematic. The example; the suffix –able, meaning “can” attaches only to adjectives, the prefix -nees attaches only to nouns, the suffix mis- attaches only to nouns etc.
Bibliography
Nasr, Raja T, The Essential of Linguistic Science, Longman House, Harlow, London, England, 1984.
Lyons, John, Language a Linguistic and Introduction, Cambridge University, New York, 1984.
Yule, George, The Study of Language an Introduction, Britanian: Cambridge University Press, 1985.
Jannedy, Stefanie cs, Language Files, Columbus: Ohio State University, 1994.
http://en.wikipedia.org/wiki/Morphology_(linguistics)
Morpheme is the smallest linguistic unit that has semantic meaning. E.g. The word "unbreakable" has three morphemes: "un-" (meaning not x), a bound morpheme; "-break-", a free morpheme; and "-able", a free morpheme. "un-" is also a prefix, "-able" is a suffix. Both are affixes.
Allomorphs are the different representation (VARIANT) of morpheme with the same meaning. E.g the morpheme plural-s has the morph "-s", IPA: [s], in cats ([kæts]), but "-es", [ɪz], in dishes ([dɪʃɪz]), and even the voiced "-s", [z], in dogs ([dɒgz]). These are the allomorphs of "-s"
B. The Types of Morpheme
Free morphemes are the morphemes which can stand alone as single words. E.g. “free” and “close”. These morphemes are divided into two kinds of morphemes. The first is the set of ordinary nouns, adjectives and verb that is called lexical morpheme. The examples are: man, beautiful, sing, and funny. The other one is called functional morphemes that consist of functional words such as conjunctions, pronouns, articles and prepositions and the examples are because, at, on, near, the, a, this. Bound morphemes are the morphemes which normally can’t stand alone but typically attached to another form. E.g re-, -ist, un-, -ed, -s. Bound morphemes are also divided into two types. 1. Derivational morphemes are used to make a new word in language. 2. Inflectional morphemes are not used to make new words of English language.
C. The Difference Between Stem and Root
Stem, being also called inflectional root, is the part of a word that is common to all its inflected variants. The example, the root of the English adjective form unbreakable is break and the stem is un-break-able, which include derivational affixes un- and –able. Root is the primary lexical unit of a word, that cannot be reduced into smaller constituents. It carries the most significant aspects of semantic content. The example, the root of the English verb form sleeping is sleep.
D. The Affixation and Its Types
Affixation is the result of the process of words forming by the combination of bound affixes and free morpheme. The types of affixations are:
Compounding, that is a process of words forming from two or more independent words. The example, notebook, boyfriend. Reduplication is a process that forms new words either by doubling an entire free morpheme (total reduplication) or part of it (partial reduplication). The example is willy-nilly. Morpheme-internal changes is a process of forming new words by morpheme-internal modification. The example are; mice-mouse, thief-thieves, go-went-gone. Suppletion is the process of forming new words irregularly. Those processes are exceptions. The example; run [rΛn]- ran [ræn].
E. Inflectional and Derivational Affixes
Inflectional affixes are affixes that are not used to make new words of English language and they can’t change in meaning. They can be suffixes (-s, -ing, -ed, -er, -est etc). Derivational affixes are affixes that are used to make new words and they can change in meaning. they can suffixes (-en, -able, -ful, -ment, -ion, -ize etc) or prefixes (en-, mis-, de-, un-, dis- etc).
F. Word Formation
Word formation is the ways of new words forming from bound and free morpheme. The combinations of bound and free morpheme are systematic. The example; the suffix –able, meaning “can” attaches only to adjectives, the prefix -nees attaches only to nouns, the suffix mis- attaches only to nouns etc.
Bibliography
Nasr, Raja T, The Essential of Linguistic Science, Longman House, Harlow, London, England, 1984.
Lyons, John, Language a Linguistic and Introduction, Cambridge University, New York, 1984.
Yule, George, The Study of Language an Introduction, Britanian: Cambridge University Press, 1985.
Jannedy, Stefanie cs, Language Files, Columbus: Ohio State University, 1994.
http://en.wikipedia.org/wiki/Morphology_(linguistics)
THE DEFINITION AND BRANCHES OF LINGUISTIC
The Definition of Linguistic
Linguistic is a science making language as scientific study. Ronald W. Langacker (1973:5) stated that linguistic is the study of human language. Stork and Widdowson (1985:15) gave explanation that Linguistic is the study of language. Moreover A.S Hornby, E.V Gatenby H Wakefield explained that linguistic is the language and languages. And John Lyons (1975:1) said that linguistic is may be defined as scientific study language. Based on Dictionary linguistic is the study of language.
The Branches of linguistic
1. General linguistic generally describes the concepts and categories of a particular language or among all language. It also provides analyzed theory of the language.
Descriptive linguistic describes or gives the data to confirm or refute the theory of particular language explained generally.
2. Historical linguistic divide into:
Synchronic description is a description about language in particular period in time.
Diachronic description is a description about a change or changes that took place over a period of time, sometimes over centuries.
3. Theoretical linguistics is the branch of linguistics that is most concerned with developing models of linguistic knowledge, such as the study of language structure (grammar) and meaning (semantic).
Applied linguistic is the branch of linguistic that is most concerned with application of the concepts in everyday life, including language-teaching.
4. Micro linguistic is narrower view. It is concerned internal view of language itself (structure of language systems) without related to other sciences and without related how to apply it in daily life. Some fields of micro linguistic:
a. Phonetics, the study of the physical properties of sounds of human language
b. Phonology, the study of sounds as discrete, abstract elements in the speaker's mind that distinguish meaning
c. Morphology, the study of internal structures of words and how they can be modified
d. Syntax, the study of how words combine to form grammatical sentences
e. Semantics, the study of the meaning of words (lexical semantics) and fixed word combinations (phraseology), and how these combine to form the meanings of sentences
f. Pragmatics, the study of how utterances are used (literally, figuratively, or otherwise) in communicative acts
g. Discourse analysis, the analysis of language use in texts (spoken, written, or signed)
Macro linguistic is broadest view of language. It is concerned external view of language itself with related to other sciences and how to apply it in daily life. Some fields of micro linguistic:
a. Stylistics, the study of linguistic factors that place a discourse in context.
b. Developmental linguistics, the study of the development of linguistic ability in an individual, particularly the acquisition of language in childhood.
c. Historical linguistics or Diachronic linguistics, the study of language change.
d. Language geography, the study of the spatial patterns of languages.
e. Evolutionary linguistics, the study of the origin and subsequent development of language.
f. Psycholinguistics, the study of the cognitive processes and representations underlying language use.
g. Sociolinguistics, the study of social patterns and norms of linguistic variability.
h. Clinical linguistics, the application of linguistic theory to the area of Speech-Language Pathology.
i. Neurolinguistics, the study of the brain networks that underlie grammar and communication.
j. Biolinguistics, the study of natural as well as human-taught communication systems in animals compared to human language.
k. Computational linguistics, the study of computational implementations of linguistic structures.
Linguistic is a science making language as scientific study. Ronald W. Langacker (1973:5) stated that linguistic is the study of human language. Stork and Widdowson (1985:15) gave explanation that Linguistic is the study of language. Moreover A.S Hornby, E.V Gatenby H Wakefield explained that linguistic is the language and languages. And John Lyons (1975:1) said that linguistic is may be defined as scientific study language. Based on Dictionary linguistic is the study of language.
The Branches of linguistic
1. General linguistic generally describes the concepts and categories of a particular language or among all language. It also provides analyzed theory of the language.
Descriptive linguistic describes or gives the data to confirm or refute the theory of particular language explained generally.
2. Historical linguistic divide into:
Synchronic description is a description about language in particular period in time.
Diachronic description is a description about a change or changes that took place over a period of time, sometimes over centuries.
3. Theoretical linguistics is the branch of linguistics that is most concerned with developing models of linguistic knowledge, such as the study of language structure (grammar) and meaning (semantic).
Applied linguistic is the branch of linguistic that is most concerned with application of the concepts in everyday life, including language-teaching.
4. Micro linguistic is narrower view. It is concerned internal view of language itself (structure of language systems) without related to other sciences and without related how to apply it in daily life. Some fields of micro linguistic:
a. Phonetics, the study of the physical properties of sounds of human language
b. Phonology, the study of sounds as discrete, abstract elements in the speaker's mind that distinguish meaning
c. Morphology, the study of internal structures of words and how they can be modified
d. Syntax, the study of how words combine to form grammatical sentences
e. Semantics, the study of the meaning of words (lexical semantics) and fixed word combinations (phraseology), and how these combine to form the meanings of sentences
f. Pragmatics, the study of how utterances are used (literally, figuratively, or otherwise) in communicative acts
g. Discourse analysis, the analysis of language use in texts (spoken, written, or signed)
Macro linguistic is broadest view of language. It is concerned external view of language itself with related to other sciences and how to apply it in daily life. Some fields of micro linguistic:
a. Stylistics, the study of linguistic factors that place a discourse in context.
b. Developmental linguistics, the study of the development of linguistic ability in an individual, particularly the acquisition of language in childhood.
c. Historical linguistics or Diachronic linguistics, the study of language change.
d. Language geography, the study of the spatial patterns of languages.
e. Evolutionary linguistics, the study of the origin and subsequent development of language.
f. Psycholinguistics, the study of the cognitive processes and representations underlying language use.
g. Sociolinguistics, the study of social patterns and norms of linguistic variability.
h. Clinical linguistics, the application of linguistic theory to the area of Speech-Language Pathology.
i. Neurolinguistics, the study of the brain networks that underlie grammar and communication.
j. Biolinguistics, the study of natural as well as human-taught communication systems in animals compared to human language.
k. Computational linguistics, the study of computational implementations of linguistic structures.
JOE
In the middle crowded town
The night is so quiet
And you look so down
As if life seems tired
When you sat over see
The wind blows slowly
But your mind is like wave in the sea
That is confused and messy
Joe,,,you are like a prisoner
The explanation:
The writer wants to compare Joe as prisoner whose life has no meaning. in the middle of town, Joe feels so confused what to do where he expects to do something but he has no power. He feels down and tired with his life that is full with problem. He thinks himself by looking at his around but it makes him sadder.
“but your mind is like wave in the sea” means that his mind so confused, he just do what glance in his mind as if he is lonely in width of life. his life goes no purpose.
MY DREAM
My dream is a struggle
Go forward
Step by step
My dream is a struggle
Step on surely
Spending much time and sacrifice
My dream is a struggle
Where sorrow, fear, and confusion I got
The explanation:
The writer tried to compare his dream is like a struggle. the writer steps on everything by plan of course. Because of the dream, the writer has spent much time for his life and sometimes got sorrow, fear and confusion. The writer believes that to catch our dream needs sacrifice, that is why he said, “My dream is a struggle”.
In the middle crowded town
The night is so quiet
And you look so down
As if life seems tired
When you sat over see
The wind blows slowly
But your mind is like wave in the sea
That is confused and messy
Joe,,,you are like a prisoner
The explanation:
The writer wants to compare Joe as prisoner whose life has no meaning. in the middle of town, Joe feels so confused what to do where he expects to do something but he has no power. He feels down and tired with his life that is full with problem. He thinks himself by looking at his around but it makes him sadder.
“but your mind is like wave in the sea” means that his mind so confused, he just do what glance in his mind as if he is lonely in width of life. his life goes no purpose.
MY DREAM
My dream is a struggle
Go forward
Step by step
My dream is a struggle
Step on surely
Spending much time and sacrifice
My dream is a struggle
Where sorrow, fear, and confusion I got
The explanation:
The writer tried to compare his dream is like a struggle. the writer steps on everything by plan of course. Because of the dream, the writer has spent much time for his life and sometimes got sorrow, fear and confusion. The writer believes that to catch our dream needs sacrifice, that is why he said, “My dream is a struggle”.
Kamis, 02 April 2009
ARTICLE
Article in this chapter will focus on the definite article and indefinite article.
A. The Indefinite Article (a/an)
1. The form a is used before a word beginning with a consonant or vowel with consonant sound:
a pen
a university
a European
a house
2. The form an is used before a word beginning with a vowel sound but not vowel letter:
an American
an egg
an hour
or individual letters spoken with a vowel sound:
an LAPD
an SOS
an MP4
1. The use of “a/an”
a) Before a singular countable noun (there is no more than one) but you can’t use a singular countable noun alone (without a/an/the).
Maria sent a letter for her sister in New York.
I want a banana. (NOT I want banana)
There was an accident in front of my campus yesterday. (NOT there was accident in front of my campus yesterday)
b) With a noun complement. it includes the names of professions.
Adly Fairus is an actor
Kaka has ambition to be a doctor
Susilo Bambang Yudoyono is a president
c) In exclamations before singular countable noun:
What a wonderful panorama but (NOT what wonderful panoramas)
What a beautiful girl but (NOT what beautiful girls)
(Plural noun, so it doesn’t need an article)
d) In certain expression of quantity:
Susi Susanti has a lot of rewards as appreciation of his achievements.
The salt in the kitchen is a little
a few person of our classmates will attend the meeting tomorrow
Andrew and Melani is a couple of favorite senior high school students in Surabaya etc.
e) In expressions of price, speed, ratio etc.:
Gabriel runs about two kilometers an hour.
Sam goes to public library four times a week.
Rani buys sugar Rp. 8000,- a kilo.
(Here a/an means per)
f) With certain number:
The audience of the music festival is a thousand people
The collections of Tono’s book are a hundred books.
Before half when half follows whole numbers:
1 = one and a half kilos or a kilo and a half
But kg = half a kilo (no a before half), though a + half + noun is sometimes possible:
I need a half-portion of noodle
With etc. a is usual: a third, a seventh, a quarter etc. but one is also possible one-third, one-seventh, one-quarter etc.
g) A can be placed before Mr/Mrs/Miss + surname:
a Mr Ronaldo a Mrs Ronaldo a Miss Ronaldo
a Mr Ronaldo is ‘a man called Ronaldo’ and implies that he is a stranger for the speaker. Mr Ronaldo without a means that the speaker knows the existence of Mr Ronaldo.
h) Before a singular countable noun which is used as an example of class of thing:
A girl needs attention and love = all girls need attention and love/any girl needs attention and love.
A cat likes a mouse = all cats like a mouse/any cat likes a mouse.
2. Omission of “a/an”
a/an is omitted:
a) Before plural nouns
a/an has no plural forms. We don’t use a/an in plural. The plural of a book is books NOT a books, the plural of an apple is apples NOT an apples.
b) Before names of meals, except when these are preceded by an adjective;
We have breakfast in restaurant (NOT we have a breakfast in restaurant)
We have an exciting breakfast
c) Before uncountable nouns.
Mr. William bought a new flesh disk in Surabaya. (NOT Mr. William bought a water/sugar in the market).
B. The Definite Article (The)
1. Form
“The” is used the same for plural or singular and it is also used for all genders:
the boy the girl the day
the boys the girls the days
2. The use of “the”
The definite article is used:
a) Before a noun that has become definite as a result of being mentioned a second time;
Mr. Ronny’s car is parked in front of a house. The house is green
John saw a bird flying on a tree. You can still see the bird every morning.
b) Before a noun which by reason of locality can represent only one particular thing (to specialize a noun)
The book on the table is expensive.
Tom read a novel in the bedroom (Tom’s bedroom)
c) When the object or group of objects is unique or considered to be unique (the only one in the world)
The sun rises in the east.
The moon looks so beautiful tonight.
I saw the sky bright today.
d) Before a noun made definite by addition of phrase or clause
The girl whom l love is smart
The car that is parked in the garage is mine.
e) Before superlatives and first, second etc. used as adjective or pronoun and only
The first class
The best performance
The only God
3. The + singular noun can represent a class of animals or things
The komodo has become in danger of being extinct.
Some housewives like to use the deep-freeze
But man, used to represent the human race, has no article
If woman likes to get affection, man likes to keep and give attention.
the + adjective represents a class of persons
the youth = young people in general
the poor = the poorman in general
4. The is used before certain proper names of seas, rivers, groups of islands, chains of mountains, plural names of countries, deserts, region;
the Sahara
the Netherlands
the Atlantic
and before certain other names;
the City
the Mall
the Yemen
the is also used before names consisting of noun + of + noun;
the United States of America
the Bay of Biscay
the, however, is used before east, west etc when these are nouns;
the east of Java
the west of Sumatra
the south of Kalimantan
the is used before names consisting of adjective + noun (provided the adjective not east, west etc)
Arabian Music
Indonesian Food
English Book
the is used before adjective east, west etc + noun is certain names
South Pole
west Indies
east End
5. the with names of people has a very limited use. The + plural surname can be used to mean ‘the……family’;
the Davids = Mr and Mrs David (and children)
the + singular name + clause/phrase can be used to distinguish one person from another of the same name;
There are two Mr. Williams working in this company. Which William do you want to meet? I want to meet the William who lives at Corkoatmojo street 22 Pamekasan.
the is used before titles containing of (the story of Banyuwangi) but it is not used before other titles or ranks (Captain Luca Toni), though if someone is referred to by title/rank alone the is used;
The captain ordered……
Letters written to two or more unmarried sisters jointly may be addressed the misses + surname; the misses Marry.
The is used before other proper names consisting of adjective + noun or noun + of + noun;
The Indonesian culture
The impact of technology
It is also used before names of choirs, orchestras, pop group etc.
The Ada Band
The Dewa
The Philadelphia Orchestra
6. Omission of “the”
The definite article is not used:
a. After a noun in the possessive case, or a possessive adjective;
It is my (red) pen = the (red) pen is mine. (NOT it is my the (red) pen)
The girl’s T-shirt = the T-shirt of the girl. (NOT the girl’s the T-shirt)
b. Before names of places except as shown above, or before names of people;
The Surabaya (it is false)
The Tamam (it is false)
c. Before names of meals except it’s provided by adjective;
Tono has Nasi Rames for breakfast (NOT Tono has Nasi Rames for the breakfast) but
Shinta provided the special breakfast for her mother.
d. Before abstract nouns except when they are used in particular sense;
Every policy tends to appear negative impact.
The government should obey the policy of democracy
e. Before names of games
She plays volleyball (NOT she plays the volleyball)
f. Before parts of the body and articles of clothing, as these normally prefer a possessive adjective;
Anybody has question, please rise your right hand! (NOT the right hand)
He took off his coat.
But notice that sentence of the type;
Jennifer sized Jane’s collar
She patted her shoulder
The brick hit James’ face
Could be expressed;
Jennifer sized Jane by the collar
She patted her on the shoulder
The brick hit James in the face
Similarly in the passive
Ballack was cut in the hand.
The can be omitted when speaking of the subject’s or speaker’s own town;
Cristiano Ronaldo went to town sometimes to go shopping.
We were in town Last Sunday.
At this table the writers provided the table of the use of “the”
WITH “THE” WITHOUT “THE”
a. Mountains
the Rocky mountains, the Andes
b. Earth, moon
the earth, the moon
c. Countries with more than one word (except world war)
the United States
d. Ordinal numbers before nouns
the First World War, the second chapter
e. oceans, rivers, seas, gulfs, plural lakes
the Pacific Ocean, the Persian Gulf, the Great Lakes
f. Schools, colleges, universities when phrase begins with school, etc.
University of Florida, the College of arts and sciences
g. Wars (except world war)
The Korean war, the Diponegoro war
h. Ethnic groups
the Indians, the Javanese
i. Historical documents
the Magna Carta, the Piagam Jakarta
a. Mounts
mount Himalaya, mount Semeru
b. Planets, constellations
Mars, Jupiter, Venus
c. Countries with one word
Canada, Indonesia, China, France
d. Cardinal numbers after nouns
World War One, chapter four
e. Singular lake
Lake Erie, Lake Toba
f. Schools, colleges, universities when phrase begins with proper noun
Cambridge University
g. Continents
Africa, America, Australia, Asia
h. Holidays
Christmas, Idul Fitri, Idul Adha
i. Sports
Basketball, volleyball, football
j. General areas of subject matter
Biology, mathematics, chemistry
k. Abstract nouns
Freedom, happiness, independence
BIBLIOGRAPHY
Swan, Michael. Practical English Usage. New York: Oxford University Press. 1995
Frank, Marcella. Modern English. New Jersey: New York University. 1972
Pyle, Michael A & Mary Ellan Munoz. Cliffs TOEFL. Singapore: John Wiley & Sons. 1991
Murphy, Raymond. English Grammar in Use. United Kingdom: Cambridge University Press. 1998
Habibullah, Mosleh. English Grammar Exercise. STAIN Pamekasan Press. 2006
Thomson, A. J & A. V. Martinet. A Practical English Grammar. New York: Oxford University Press. 1986
INTRODUCTION TO SEMANTICS
Semantics is branch of linguistics that referred to the study of meaning. Study semantics concerned to the level of word, phrases and sentence meaning. But do you know what the meaning is? Meaning is a complex phenomenon that expresses the relationship between a language and the minds of its speaker, between language and the world, and between language and practical uses which it is put.
The first description of studying semantic is about meaning. What is meaning?
1. Dictionary definitions; although so many people think that the practical way to know the meaning of words is from dictionary but actually meaning is provided by a community of native speakers. Since the different dictionary would give different explanation of the same word.
2. Mental images; since not all languages have corresponding mental images, and mental images tend to only of typical of the thing they symbolize so the meaning of an expression is not just a mental images. In giving definition of a teacher is sometimes different of every native speaker.
3. Meaning and truth; explaining of the meaning of can be done in part by explaining its truth conditions.
4. Meaning and language use; one of the important aspect of meaning is condition on language use, knowing the meaning of an utterance is also knowing how to use it.
In semantics we will also learn about Meaning Relationship; in this case are:
1. Antonymy are the words in the some sense opposite in meaning. Lucky-unlucky, like-dislike, possible-impossible etc.
2. Synonymy are two different forms with the same meaning like sofa and couch or cease and stop.
3. Homonymy are two different meaning with the same form. Such as sea and see or night and knight.
4. Entailment is the relationship between the general meaning and specific meaning. When it is a cat it must be an animal but when it is an animal it must not be a cat.
Other descriptions of Meaning Relationship are:
1. Semantic Features
The example; the book read the boy. This sentence is syntactically right, but semantically odd. The subject book must denote entities that are capable of ‘reading’ but the noun book doesn’t have this property.
2. Lexical Relations
Lexical relations are the analysis of treating the procedure of semantic description. One of the types of lexical relations is synonym, example bad-good, beautiful-ugly, keep-damage etc.
3. Deictic Expressions
Deictic expressions are the means of ‘pointing’ with language that can be interpreted in terms of location that the speaker intends to indicate such as here, there, this, that, tomorrow etc.
4. Presuppositions
A presupposition is the descriptions that what a speaker assumes is true or is known by the hearer. The example, if you asked why do you cry? There is a presupposition that you do cry.
In the next chapter about semantics explain about Semantic Composition, these are:
1. Structural ambiguity; this explanation has been described in previous chapter that is in syntax. It means that some sentences sometimes have different meaning.
2. Relative intersection; the combination of words is relative, depends on whether that combination is match or not. Example tall cat of course it is not matched.
INTRODUCTION TO PHONOLOGY (PHONEMICS)
A. The Definition of Phonemics
As I’ve ever explained before that phonology has two fields. One of them is phonetics that has explained in latest chapter. The second one of the field is phonemics. Phonemics is the study of the sounds as a system (how they contrast one another and ways they can combine one another in language).
B. The Difference between Phoneme and Allophones.
Phoneme is a contrastive sound unit in a language; it is contrastive because it distinguishes meanings when exchanged for other phonemes in the language. It can also be said that phoneme is the smallest significant unit of language. For example, the contrast between /p/ and /d/ is established in pin-din or /s/ and /∫/ that is established in sin-shin. Allophones are variants of phoneme, and are in complementary distribution. For example in English is /l/ phoneme. /l/ has two variants: a “dark” /l/ occurs all other consonants and finally, for example field, felt, little. While clear /l/ occurs only before vowels and before /j/ for example love, light, million [miljən].
C. The segmental sounds of English
1 The English Consonant
There are about twenty-four in number of English consonants. They are /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, /g/, /f/, /v/, /ø/, /ð/, /s/, /z/, /∫/, /З/, /r/, /h/, /t∫/, /dЗ/, /w/, /j/, /ŋ/, /m/, /n/. I will only describe one of them. The example is /p/ that has two variants; they are [p] (voiceless, inspirited bilabial stop). It occurs in complementary distribution with [ph] (voiceless, aspirated bilabial stop), the letter appearing only before a vowel in the beginning of stressed syllables and released in word final position. The example of [p] “supper” /sΛpər/, and [ph] “pipe” /phaiph/.
2 The English vowels
There are fourteen in number of English vowels. I will describe one of them. They are /i:/, /i/, /ei/, /e/, /З/, /ə/, /æ/, /Λ/, /a/, /u:/, /əu/, /Ο/, /З/. I will give one description. The example is /i:/ and the allophones is [i:] (high close front unrounded). It occurs in all positions. “eat” /i:t/ [i:t] or “bee” /bi:/ [bi:].
3 Consonant clusters
A consonant cluster is s combination of two or more consonant. The examples:
Initial clusters:
/pr/ prove /bl/ blame /dr/ drink /ør/ through
/skw/ square /skr/ scratch /str/ street /spr/ spring
Medial clusters:
/sk/ asking /mpl/ complete /nst/ constant /nstr/ construct
Final clusters:
/kt/ fact /mpts/ attempts /mps/ camps
D. Supra-segmental Sounds of English
1 Stress
Stress is the force of breath with which sounds are produced. Some linguist explained that stress that there are only three phonemic word stress level in English;
Primary stress – symbol: / /,
Secondary stress – symbol: / /
Weak stress – symbol: / /
For example; man, academic, market.
2 Intonation
Intonation means the changes in the pitch of the voice while producing speech. Every utterance is produced with some intonation and pitch.
Bibliography
Nasr, Raja T, The Essential of Linguistic Science, Longman House, Harlow, London, England, 1984.
Lyons, John, Language a Linguistic and Introduction, Cambridge University, New York, 1984.
Boey, Lim Kiat, Introduction to Linguistics for Language Teacher, Singapore University Press, Singapore, 1975.
IMAM SYAFI’I
NIM. 180 713 199
Rabu, 25 Maret 2009
INTRODUCTION TO SYNTAX
Syntax is the study of words organization into phrases, phrases into clauses and clauses into sentences. There are some points learned in syntax:
A. Linear order, hierarchical and ambiguity
Linear order is the most obvious principle of sentence organization. It determines if a sentence grammatical or not and what the sentence means. (e.g. Tono visited Tini or Tini visited Tono or Tono Tini visited) each sentences has different meaning and not all of them are grammatically right.
Hierarchical structure is the words organization into larger groupings that has semantic comprehension to make relationships between constituents in forming constituent structure of the sentence. (e.g. some students go to an interesting place)
Some students go to and go to an interesting place don’t have clear meanings.
Ambiguity is the sentence that has two or more distinction meaning. E.g. Angel likes juice orange and apple can mean Angel like juice orange and juice apple or Angel like juice orange and apple.
B. Lexical categories is words grouping into a relatively small number of word classes based on their morphological and syntactic properties.
Verbs; (a) their members cause tense distinction, such as present and past (feel-felt; go-went). (b) showing a contrast in number and person (she writes, they write). (c) the suffix –ing within verb shows progressive (she is sleeping, they have been reading). (d) they combine with auxiliary verbs such will, may, must (e.g. will come, must be, may go). verbs can occur in the beginning in order or request (e.g. close the door!, turn the lamp off!, (please) be on time!)
Adjectives; (a) comparative and superlative form (e.g. taller, highest, more beautiful, most comfortable). (b) occur before a noun that modify the noun and after determiner (e.g. an expensive book, the wonderful panorama). (c) occur after linking verb such as look, seem, become (e.g. looks beautiful, becomes confused). (d) modified by adverbs (e.g. very important)
Adverbs, it’s used to modify verbs, adjectives, and other adverbs (e.g. run quickly, rather interesting, more beautifully)
C. Closed Lexical Categories; used to relate phrases of various types to other phrases. Some of them are:
Determiner (Det); occur before a noun or adjective + noun (the girl, some black bags).
Auxiliary Verb (AUX), to indicate tense and aspect (e.g. will, should, do, have etc); she will go, do you like me? And have he finished her homework.
Preposition (P); combine with noun phrase to modify nouns or verb (e.g go to school, the boy in front of car)
Conjunction; join words and phrases in the same category such as and, but, or, etc.
D. Phrasal categories are another kind of syntactic category. Phrase is group of words consisting Head and Modifier. There are verb phrase (will come), adjective phrase (very wonderful), prepositional phrase (in the park), adverbial phrase (almost certainly), noun phrase (English book or red chair)
E. Phrase structure rules, part of language user’s knowledge of how constituents are put together and categorized in that language. Sentence (S) consists of Noun Phrase (NP) + Verb Phrase (V); NP consists of Det + N and VP consists of V + NP.
The boy in the library reads an exciting book
S
A. Linear order, hierarchical and ambiguity
Linear order is the most obvious principle of sentence organization. It determines if a sentence grammatical or not and what the sentence means. (e.g. Tono visited Tini or Tini visited Tono or Tono Tini visited) each sentences has different meaning and not all of them are grammatically right.
Hierarchical structure is the words organization into larger groupings that has semantic comprehension to make relationships between constituents in forming constituent structure of the sentence. (e.g. some students go to an interesting place)
Some students go to and go to an interesting place don’t have clear meanings.
Ambiguity is the sentence that has two or more distinction meaning. E.g. Angel likes juice orange and apple can mean Angel like juice orange and juice apple or Angel like juice orange and apple.
B. Lexical categories is words grouping into a relatively small number of word classes based on their morphological and syntactic properties.
Verbs; (a) their members cause tense distinction, such as present and past (feel-felt; go-went). (b) showing a contrast in number and person (she writes, they write). (c) the suffix –ing within verb shows progressive (she is sleeping, they have been reading). (d) they combine with auxiliary verbs such will, may, must (e.g. will come, must be, may go). verbs can occur in the beginning in order or request (e.g. close the door!, turn the lamp off!, (please) be on time!)
Adjectives; (a) comparative and superlative form (e.g. taller, highest, more beautiful, most comfortable). (b) occur before a noun that modify the noun and after determiner (e.g. an expensive book, the wonderful panorama). (c) occur after linking verb such as look, seem, become (e.g. looks beautiful, becomes confused). (d) modified by adverbs (e.g. very important)
Adverbs, it’s used to modify verbs, adjectives, and other adverbs (e.g. run quickly, rather interesting, more beautifully)
C. Closed Lexical Categories; used to relate phrases of various types to other phrases. Some of them are:
Determiner (Det); occur before a noun or adjective + noun (the girl, some black bags).
Auxiliary Verb (AUX), to indicate tense and aspect (e.g. will, should, do, have etc); she will go, do you like me? And have he finished her homework.
Preposition (P); combine with noun phrase to modify nouns or verb (e.g go to school, the boy in front of car)
Conjunction; join words and phrases in the same category such as and, but, or, etc.
D. Phrasal categories are another kind of syntactic category. Phrase is group of words consisting Head and Modifier. There are verb phrase (will come), adjective phrase (very wonderful), prepositional phrase (in the park), adverbial phrase (almost certainly), noun phrase (English book or red chair)
E. Phrase structure rules, part of language user’s knowledge of how constituents are put together and categorized in that language. Sentence (S) consists of Noun Phrase (NP) + Verb Phrase (V); NP consists of Det + N and VP consists of V + NP.
The boy in the library reads an exciting book
S
INTRODUCTION TO SEMANTICS
Semantics is branch of linguistics that referred to the study of meaning. Study semantics concerned to the level of word, phrases and sentence meaning. But do you know what the meaning is? Meaning is a complex phenomenon that expresses the relationship between a language and the minds of its speaker, between language and the world, and between language and practical uses which it is put.
The first description of studying semantic is about meaning. What is meaning?
1. Dictionary definitions; although so many people think that the practical way to know the meaning of words is from dictionary but actually meaning is provided by a community of native speakers. Since the different dictionary would give different explanation of the same word.
2. Mental images; since not all languages have corresponding mental images, and mental images tend to only of typical of the thing they symbolize so the meaning of an expression is not just a mental images. In giving definition of a teacher is sometimes different of every native speaker.
3. Meaning and truth; explaining of the meaning of can be done in part by explaining its truth conditions.
4. Meaning and language use; one of the important aspect of meaning is condition on language use, knowing the meaning of an utterance is also knowing how to use it.
In semantics we will also learn about Meaning Relationship; in this case are:
1. Antonymy are the words in the some sense opposite in meaning. Lucky-unlucky, like-dislike, possible-impossible etc.
2. Synonymy are two different forms with the same meaning like sofa and couch or cease and stop.
3. Homonymy are two different meaning with the same form. Such as sea and see or night and knight.
4. Entailment is the relationship between the general meaning and specific meaning. When it is a cat it must be an animal but when it is an animal it must not be a cat.
Other descriptions of Meaning Relationship are:
1. Semantic Features
The example; the book read the boy. This sentence is syntactically right, but semantically odd. The subject book must denote entities that are capable of ‘reading’ but the noun book doesn’t have this property.
2. Lexical Relations
Lexical relations are the analysis of treating the procedure of semantic description. One of the types of lexical relations is synonym, example bad-good, beautiful-ugly, keep-damage etc.
3. Deictic Expressions
Deictic expressions are the means of ‘pointing’ with language that can be interpreted in terms of location that the speaker intends to indicate such as here, there, this, that, tomorrow etc.
4. Presuppositions
A presupposition is the descriptions that what a speaker assumes is true or is known by the hearer. The example, if you asked why do you cry? There is a presupposition that you do cry.
In the next chapter about semantics explain about Semantic Composition, these are:
1. Structural ambiguity; this explanation has been described in previous chapter that is in syntax. It means that some sentences sometimes have different meaning.
2. Relative intersection; the combination of words is relative, depends on whether that combination is match or not. Example tall cat of course it is not matched.
The first description of studying semantic is about meaning. What is meaning?
1. Dictionary definitions; although so many people think that the practical way to know the meaning of words is from dictionary but actually meaning is provided by a community of native speakers. Since the different dictionary would give different explanation of the same word.
2. Mental images; since not all languages have corresponding mental images, and mental images tend to only of typical of the thing they symbolize so the meaning of an expression is not just a mental images. In giving definition of a teacher is sometimes different of every native speaker.
3. Meaning and truth; explaining of the meaning of can be done in part by explaining its truth conditions.
4. Meaning and language use; one of the important aspect of meaning is condition on language use, knowing the meaning of an utterance is also knowing how to use it.
In semantics we will also learn about Meaning Relationship; in this case are:
1. Antonymy are the words in the some sense opposite in meaning. Lucky-unlucky, like-dislike, possible-impossible etc.
2. Synonymy are two different forms with the same meaning like sofa and couch or cease and stop.
3. Homonymy are two different meaning with the same form. Such as sea and see or night and knight.
4. Entailment is the relationship between the general meaning and specific meaning. When it is a cat it must be an animal but when it is an animal it must not be a cat.
Other descriptions of Meaning Relationship are:
1. Semantic Features
The example; the book read the boy. This sentence is syntactically right, but semantically odd. The subject book must denote entities that are capable of ‘reading’ but the noun book doesn’t have this property.
2. Lexical Relations
Lexical relations are the analysis of treating the procedure of semantic description. One of the types of lexical relations is synonym, example bad-good, beautiful-ugly, keep-damage etc.
3. Deictic Expressions
Deictic expressions are the means of ‘pointing’ with language that can be interpreted in terms of location that the speaker intends to indicate such as here, there, this, that, tomorrow etc.
4. Presuppositions
A presupposition is the descriptions that what a speaker assumes is true or is known by the hearer. The example, if you asked why do you cry? There is a presupposition that you do cry.
In the next chapter about semantics explain about Semantic Composition, these are:
1. Structural ambiguity; this explanation has been described in previous chapter that is in syntax. It means that some sentences sometimes have different meaning.
2. Relative intersection; the combination of words is relative, depends on whether that combination is match or not. Example tall cat of course it is not matched.
INTRODUCTION OF PHONOLOGY (PHONETICS)
1. The Definition of Phonetics
Phonology is the study of sound. Phonology is divided into two fields. One of the fields of the study of phonology is Phonetic. Based on English-English dictionary phonetic is the study of speech sounds. Moreover, according to R. H. Robins phonetic is the scientific study of speech. He also explained the general form of linguistic communication among human being is speech. In my own opinion phonetic is the study of production, transmition and reception of speech sound.
2. The Organs of Speech
a. Oral cavity (mouth). Mouth is the main organ of speech. It consists of some organs of speech: Tongue (tip, front, middle, and back), Teeth (upper and lower teeth). Lips (upper and lower lips), Jaws (upper and lower jaws).
b. Nasal cavity. Nose is the main organ of nasal cavity. All the sounds produced by nose are voiced.
c. Larynx; some organs of larynx: throat, lungs and Vocal cords are a part of larynx that can produce a vibration. By the vibration, we can distinguish between voiced and voiceless sounds.
3. The Production of Sounds
Speech can be studied from three points of view:
1. Articulatory phonetic; the study how humans produce speech sound (explores the methods of sound production).
2. Auditory phonetic; concerned with the hearing, acquisition and comprehension of phonetic sounds of words of a language (explores the methods of reception--the ear to the brain, and those processes).
3. Acoustic phonetic; the study of how speech sounds are transmitted (which deals with acoustic aspects of speech sounds).
a. Voiced and Voiceless sounds:
Voiced sounds are produced when the vocal cords vibrate or open.
Voiceless sounds are produced when the vocal cords do not vibrate or close.
These are two easy ways to feel the vibration of vocal cords:
Put your fingers on your Adam’s apple.
Cover your ears by the palm of your hands.
b. The Points of Sound Articulation
1) Bilabial; when the point of articulation is at the upper and lower lips.
e.g. [b] (voiced); [p] (voiceless); [m] (voiced)
2) Labio-dental; when the point of articulation is at the upper set of teeth and the lower lip. E.g. [f] (voiceless); [v] voiced
3) Alveolar; the point of articulation is at the tongue tip and the alveolar ridge.
e.g. [n] (voiced); [l] (voiceless)
4) Glottal; the point of articulation is at the glottis (in the throat).
e.g. [h] (voiceless)
5) Palatal; the point of articulation is at the tongue middle and palate.
e.g. [j] (voiced)
6) Velar; the point of articulation is at the tongue back and the velum (soft palate). E.g. [k] (voiceless); [g] (voiced)
c. The Types of Sound Articulation
1) Stop or Plosives; produced by stopping the air somewhere in the mouth or vocal passage and releasing it. E.g. [p] (voiceless); [b] (voiced).
2) Fricatives or Sibilants; produced by having the air rub against some surface in the mouth. E.g. [s] (voiceless); [z] (voiced).
3) Nasals; produced by passing the air trough nose or nasal cavity. E.g. [m] (voiced), [n] (voiced).
4) Vibrant; produced by having the tongue vibrates in the mouth. E.g. [r] (voiced).
5) Affricates; made up of two part a stop and a fricative. E.g. [t∫] (voiceless), [dЗ] (viced).
Bibliography
Nasr, Raja T, The Essential of Linguistic Science, Longman House, Harlow, London, England, 1984.
Lyons, John, Language a Linguistic an Introduction, Cambridge University, New York, 1984.
Kenyo, John. S, American Pronunciation, Ann arbor, Micigan, 1968.
Boey, Lim Kiat, Introduction to Linguistics for Language Teacher, Singapore University Press, Singapore, 1975.
http://en.wikipedia.org/wiki/Theoretical_linguistics
http://en.wikipedia.org/wiki/Phonetics
IMAM SYAFI’I
NIM. 180 713 199
Phonology is the study of sound. Phonology is divided into two fields. One of the fields of the study of phonology is Phonetic. Based on English-English dictionary phonetic is the study of speech sounds. Moreover, according to R. H. Robins phonetic is the scientific study of speech. He also explained the general form of linguistic communication among human being is speech. In my own opinion phonetic is the study of production, transmition and reception of speech sound.
2. The Organs of Speech
a. Oral cavity (mouth). Mouth is the main organ of speech. It consists of some organs of speech: Tongue (tip, front, middle, and back), Teeth (upper and lower teeth). Lips (upper and lower lips), Jaws (upper and lower jaws).
b. Nasal cavity. Nose is the main organ of nasal cavity. All the sounds produced by nose are voiced.
c. Larynx; some organs of larynx: throat, lungs and Vocal cords are a part of larynx that can produce a vibration. By the vibration, we can distinguish between voiced and voiceless sounds.
3. The Production of Sounds
Speech can be studied from three points of view:
1. Articulatory phonetic; the study how humans produce speech sound (explores the methods of sound production).
2. Auditory phonetic; concerned with the hearing, acquisition and comprehension of phonetic sounds of words of a language (explores the methods of reception--the ear to the brain, and those processes).
3. Acoustic phonetic; the study of how speech sounds are transmitted (which deals with acoustic aspects of speech sounds).
a. Voiced and Voiceless sounds:
Voiced sounds are produced when the vocal cords vibrate or open.
Voiceless sounds are produced when the vocal cords do not vibrate or close.
These are two easy ways to feel the vibration of vocal cords:
Put your fingers on your Adam’s apple.
Cover your ears by the palm of your hands.
b. The Points of Sound Articulation
1) Bilabial; when the point of articulation is at the upper and lower lips.
e.g. [b] (voiced); [p] (voiceless); [m] (voiced)
2) Labio-dental; when the point of articulation is at the upper set of teeth and the lower lip. E.g. [f] (voiceless); [v] voiced
3) Alveolar; the point of articulation is at the tongue tip and the alveolar ridge.
e.g. [n] (voiced); [l] (voiceless)
4) Glottal; the point of articulation is at the glottis (in the throat).
e.g. [h] (voiceless)
5) Palatal; the point of articulation is at the tongue middle and palate.
e.g. [j] (voiced)
6) Velar; the point of articulation is at the tongue back and the velum (soft palate). E.g. [k] (voiceless); [g] (voiced)
c. The Types of Sound Articulation
1) Stop or Plosives; produced by stopping the air somewhere in the mouth or vocal passage and releasing it. E.g. [p] (voiceless); [b] (voiced).
2) Fricatives or Sibilants; produced by having the air rub against some surface in the mouth. E.g. [s] (voiceless); [z] (voiced).
3) Nasals; produced by passing the air trough nose or nasal cavity. E.g. [m] (voiced), [n] (voiced).
4) Vibrant; produced by having the tongue vibrates in the mouth. E.g. [r] (voiced).
5) Affricates; made up of two part a stop and a fricative. E.g. [t∫] (voiceless), [dЗ] (viced).
Bibliography
Nasr, Raja T, The Essential of Linguistic Science, Longman House, Harlow, London, England, 1984.
Lyons, John, Language a Linguistic an Introduction, Cambridge University, New York, 1984.
Kenyo, John. S, American Pronunciation, Ann arbor, Micigan, 1968.
Boey, Lim Kiat, Introduction to Linguistics for Language Teacher, Singapore University Press, Singapore, 1975.
http://en.wikipedia.org/wiki/Theoretical_linguistics
http://en.wikipedia.org/wiki/Phonetics
IMAM SYAFI’I
NIM. 180 713 199
LANGUAGE AND ITS DEFINITION
A. The Definition of Language
Language is commonly heard in our daily life but we may not exactly know about it. Do you know what language is? Some linguists have different concepts in giving definition of language. Language is part of culture; it is a part of human behavior. Therefore it can be said that language is an acquired habit of systematic vocal activity representing meaning coming from human experiences. Another definition associated with linguists state that language is a system of arbitrary vocal symbols used for human communication. According to Sapir (1921: 8) “Language is a purely human and non-instinctive methods of communication ideas, emotions and desires”. Based on Dictionary, “Language is system of sounds, words etc used by human to communicate thoughts and feelings”. (Oxford Learner’s Pocket Dictionary : 1995).
B. Some Characteristics of Language
Linguists have some descriptions in providing the characteristic of language. The connection comes from the relation between arbitrary and conventional. So it presents a basic description of characteristic of language. The first is that language is sound, the second that language is systematic and the third is that language is meaningful.
1. Language is sound
The most common experience all men have of language is speaking and listening. Therefore, statement that language is sound appears natural. Because linguists consider that language as sound comes before writing and other methods in representing of language. The fact that so many people can speak but they cannot write and read.
2. Language as symbol
Language is symbolic system connected with ideas, objects and actions. We can express our thoughts, experiences, feelings with the characteristic had by language that is as symbols.
3. Language as arbitrary
The definition of language as arbitrary doesn’t mean that everything about language is unpredictable. If language is completely unpredictable in that system we cannot talk about consonant, noun, pronoun or others. But it actually means that we cannot exactly predict which specific features we will find in a particular language if we are unfamiliar with that language. We cannot easily what a word means just from hearing it.
4. Language as system
Each language basically has two systems, a system of sounds and a system of meanings. Language must be systematic in order that it can be learned and consistently. Only in certain combination of sounds that are possible. Language can be used to make over combinatin to form units of meaning. The speakes can say “I eat an apple”. It is a correct combination to make a complete meaning. It will be impossible if we say “I an apple eat” or “an apple eat I”.
5. Language as communication
One of the important role of language is mens of communication. Language allows speakers to say things or to express their thoughts, feelings and other communicative needs. Language allows people to live, work, and play together, to tell the truth or to tell a lie. It also allows someone to make greeting or leave-taking.
6. Language as human
The term of human doesn’t mean that language is like human but it means that the comparation between human language and other creature languages. The differences may be described to the process of evolution. No system of animal communiction can make a system of sounds and meaning as good as the system of human communication.
7. Languages are unique
Every language has special characteristic making difference than other languages. Because language is arbitrary. For example the different system of sound.
8. Languages are similar
Although each language has difference than others but there are still many similiarities can be found among different languages. Such as the similiarity of the system of sound or grammatically. That’s why language can be learned.
Bibliography
Nasr, Raja T, The Essential of Linguistic Science, Longman House, Harlow, London, England, 1984.
Lyons, John, Language a Linguistic an Introduction, Cambridge University, New York, 1984.
Adriana, Iswah, Pengantar Linguistik, STAIN, Pamekasan, 2006.
Pamekasan, March 09, 2008
Written by
IMAM SYAFI’I
NIM. 180 713 199
Language is commonly heard in our daily life but we may not exactly know about it. Do you know what language is? Some linguists have different concepts in giving definition of language. Language is part of culture; it is a part of human behavior. Therefore it can be said that language is an acquired habit of systematic vocal activity representing meaning coming from human experiences. Another definition associated with linguists state that language is a system of arbitrary vocal symbols used for human communication. According to Sapir (1921: 8) “Language is a purely human and non-instinctive methods of communication ideas, emotions and desires”. Based on Dictionary, “Language is system of sounds, words etc used by human to communicate thoughts and feelings”. (Oxford Learner’s Pocket Dictionary : 1995).
B. Some Characteristics of Language
Linguists have some descriptions in providing the characteristic of language. The connection comes from the relation between arbitrary and conventional. So it presents a basic description of characteristic of language. The first is that language is sound, the second that language is systematic and the third is that language is meaningful.
1. Language is sound
The most common experience all men have of language is speaking and listening. Therefore, statement that language is sound appears natural. Because linguists consider that language as sound comes before writing and other methods in representing of language. The fact that so many people can speak but they cannot write and read.
2. Language as symbol
Language is symbolic system connected with ideas, objects and actions. We can express our thoughts, experiences, feelings with the characteristic had by language that is as symbols.
3. Language as arbitrary
The definition of language as arbitrary doesn’t mean that everything about language is unpredictable. If language is completely unpredictable in that system we cannot talk about consonant, noun, pronoun or others. But it actually means that we cannot exactly predict which specific features we will find in a particular language if we are unfamiliar with that language. We cannot easily what a word means just from hearing it.
4. Language as system
Each language basically has two systems, a system of sounds and a system of meanings. Language must be systematic in order that it can be learned and consistently. Only in certain combination of sounds that are possible. Language can be used to make over combinatin to form units of meaning. The speakes can say “I eat an apple”. It is a correct combination to make a complete meaning. It will be impossible if we say “I an apple eat” or “an apple eat I”.
5. Language as communication
One of the important role of language is mens of communication. Language allows speakers to say things or to express their thoughts, feelings and other communicative needs. Language allows people to live, work, and play together, to tell the truth or to tell a lie. It also allows someone to make greeting or leave-taking.
6. Language as human
The term of human doesn’t mean that language is like human but it means that the comparation between human language and other creature languages. The differences may be described to the process of evolution. No system of animal communiction can make a system of sounds and meaning as good as the system of human communication.
7. Languages are unique
Every language has special characteristic making difference than other languages. Because language is arbitrary. For example the different system of sound.
8. Languages are similar
Although each language has difference than others but there are still many similiarities can be found among different languages. Such as the similiarity of the system of sound or grammatically. That’s why language can be learned.
Bibliography
Nasr, Raja T, The Essential of Linguistic Science, Longman House, Harlow, London, England, 1984.
Lyons, John, Language a Linguistic an Introduction, Cambridge University, New York, 1984.
Adriana, Iswah, Pengantar Linguistik, STAIN, Pamekasan, 2006.
Pamekasan, March 09, 2008
Written by
IMAM SYAFI’I
NIM. 180 713 199
Senin, 23 Maret 2009
ILMU PENDIDIKAN
MAKALAH
KENAKALAN PELAJAR
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu pendidikan
Yang di bimbing oleh Bapak Drs. Moh. Kosim, M.Ag
Oleh :
IMAM SYAFII
(180 713 199)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PAMEKASAN
JURUSAN TARBIYAH TADRIS BAHASA INGGRIS (TBI)
November 2008
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul KENAKALAN PELAJAR (pengertian kenakalan pelajar, dampak negatif dan upaya menanggulanginya). Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW serta kepada pengikutnya sampai akhir zaman.
Kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih khusus kepada Bapak Moh Qosim, M. Ag. selaku dosen pembina dari mata kuliah Ilmu Pendidikan.
Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Karena itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan dan akan diterima dengan hati terbuka.
Akhirnya kepada-Nya jualah kami mohon taufik dan hidayah-Nya, semoga makalah ini bermanfaat. Amin Ya Rabbal Al-amiin.
Pamekasan, 05 November 2008
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latara Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kenakalan Pelajar 2
B. Dampak Negatif Kenalan Belajar 4
C. Upaya Menanggulangi Kenakalan Pelajar 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan semakin cepatnya perubahan arus globalisasi maka salah satu kelompok yang rentan sekali terbawa arus perubahan zaman adalah pelajar. Hal ini dikarenakan mereka memilik karakteristi tersendiri yang unik, labil, sedang dalam taraf pencarian jati diri. Mereka mengalami masa transisi dari masa remaja menuju status dewasa.
Kenakalan pelajar juga menimbulkan kecemasan tersendiri dalam masyarakat karena akibat dari kenakalan pelajar dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Pelajar diharapkan menjadi kader-kader militan serta calon-calon pemimpin bangsa yang akan melanjutkan perjuangan bangsa di masa yang akan datang. Jangan sampai mereka tergelincir dalam jurang kehinaan yang akan membawa mereka ke jurang kenistaan dan penyesalan. Jangan sampai mereka menjadi kuncup bunga yang gugur sebelum mampu mekar dan menyebarkan bau harum.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kenakalan pelajar bersifat kodrati yang tidak bisa dihilangkan tetapi kita hanya berusaha menangkal atau meminimalisir dengan cara-cara bijak agar tidak berakibat fatal yang dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat banyak.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam permasalahan ini penulis lebih menekankan pemahaman kita tentang apa penyebab kenakalan pelajar serta cara mengatasinya. Pertanyaan yang menjadi analisa dalam penulisan makalah ini adalah:
Apakah pengertian dari kenakalan pelajar?
Apa saja jenis-jenis kenakalan pelajar serta dampak negatifnya? Serta
Bagaiman cara mengatasinya/upaya menanggulangi kenakalan pelajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KENAKALAN PELAJAR
Definisi kenakalan pelajar menurut para ahli
• Santrock
"Kenakalan pelajar merupakan kumpulan dari berbagai perilaku pelajar yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."
• B. simanjuntak
Memberikan pengertian kenakalan pelajar sebagai perbuatan dan tingkah laku, perkosaan terhadapa norma-norma hukum pidana dan pelanggaran terhadap kesusilaan yang dilakukan oleh pelajar .
• Kartono
Kenakalan pelajar merupakan gejala patologis sosial pada pelajar yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
• Paul Muedikdo, SH
Kenakalan adalah semua perbuatan penyelewengan dari norma-norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat dan semua perbuatan dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak yang merupakan kenakalan yang menjadi hukum pidana seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya, begitu juga semua perbuatan yang membutuhkan perlindungan sosial.
Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja/pelajar adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja/pelajar yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
• Singgih D. Gumarso (1988 : 19),
Beliau mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
• Sunarwiyati S (1985)
“Menurut bentuknya beliau membagi kenakalan pelajar kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil/sepeda motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan pelajaran dalam penelitian”.
“Kenakalan pelajar adalah suatu sikap atau perilaku pada seorang pelajar yang hanya ingin mencari perhatian saja dari teman-temannya dan para guru dengan cara berbuat keonaran atau berbuat kerusuhan baik di dalam kelas maupun diluar kelas tanpa menghiraukan akibat dari perbuatannya itu mengganggu orang lain atau tidak”.
Perbuatan-perbuatan menyimpang pelajar yang dilakukannya dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat dapat dikategorikan sebagai sebuah “kenakalan”. Namun seberapa kecilpun kenakalan yang dilakukan pelajar apabila kurang mendapat perhatiaan, teguran maupun penjelasan untuk memperbaikinya, akan menyebabkan seseorang terlanjur melakukan yang lebih parah lagi sehingga dapat dikategorikan tindak kejahatan.
Dari uaraian definisi diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa kenakalan pelajar adalah perilaku yang menyimpang dari norma-norma kesopanan, kesusilaan maupun norma hukum yang dilakukan pelajar. Perilaku-perilaku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang-orang disekitarnya.
B. DAMPAK NEGATIF KENALAN BELAJAR
Setiap perbuatan yang dilakukan seseorang baik individu ataupun kelompok tidak akan lepas dari nampak negatif yang ditimbulkan. Hal itu merupakan sebuah konsekuensi logis dari setiap perbuatan buruk manusia khususnya pelajar. Begitu juga dengan kenakalan yang dilakukan oleh pelajar akan menimbulkan dampak negatif baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat sekitarnya.
Ada beberapa contoh kenakalan pelajar dan dampak negatif kenakalan pelajar diantaranya adalah:
a). Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat mngganggu bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain.
b). Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar cabul atau tidak senonoh, majalah dancerita porno yang dapat merusak moral anak, sampai perdaran obat-obat perangsang nafsu seksual, kontrasepsi penyalahgunaan barang-barang elektronik (missal internet dan handphone) dan sebagainya .
c). Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan terhadap barang-barang atau milik orang lain seperti mencuri, membuat corat-coret yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan sebagainya.
d). Membentuk kelompok atau gang dengan ciri-ciri dan tindakan yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan, blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang tercela yang mengarah pada perbuatan anarkis.
e). Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan, missal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian yang serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di pandang kurang sopan di mata lingkunganya.
f). Mengganggu/mengejek orang-orang yang melintas di depanya, jika menoleh atau marah sedikit saja di anggapnya membuat gara-gara untuk dikerjain dan sebagainya.
Perkelahian antar pelajar (tawuran)
Dampak negatif dari kenakalan yang dilakukan pelajar:
1. Dampak negatif kenakalan pelajar pada dirinya sendiri.
a. Penurunan prestasi belajar sehingga berpengaruh bagi pendidikannya.
b. Apabila kenakalannya berupa ngebut, tidak pakai helm maka rawan terjadinya kecelakaan yang bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan kematian
c. Tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas karena pendidikannya diabaikan
d. Terbengkalainya pendidikan {menghambat pendidikannya} sehingga berakibat akan kehidupanny di masa depan.
e. Apabila kenakalan pelajar tersebut sudah menjurus kedalam bentuk pelanggaran, misalnya mabuk-mabukan, free sex bahkan narkoba selain berakibat bagi kesehatannya juga mengakibatkannya bisa mendekam dalam penjara.
f. Menimbulkan frustasi
g. Dihantui rasa takut akan kesalahan atau pelanggaran yang telah ia perbuat.
2. Dampak negatif kenakalan remaja kepada orang tua
a. Keluarga terpecah belah, sering berantem. Karena kebanyakan mereka yang salah pergaulan susah diatur.
b. Perbuatan-perbuatan melanggar yang dilakukan si pelajar bisa mencemarkan nama baik orang tua.
c. Menjadi bahan pembicaraan orang lain
d. Kekecewa orang tua terhadap anak, karena harapan mereka yang dibebankan di atas pundak putera-puteri ternyata telah diabaikan.
e. Kekhawatiran orang tua terhadap perkembangan anak yang berpengaruh bagi kehidupan masa depannya.
f. Kurangnya interaksi lagi antara anak dan orang tua
3. Dampak negatif kenakalan pelajar pada Lingkungan
a. Tidak akan disukai teman-temannya lagi karena kebanyakan siswa-siswi tidak menyukai anak yang suka berbuat onar.
b. Akan sulit dipercaya oleh temannya dan masyarakat
c. Anak itu akan dikucilkan oleh teman-temannya dan mesyarakat {dianggap rendah martabatnya}
d. Semua orang tidak akan menerima keberadaannya.
C. UPAYA MENANGGULANGI KENAKALAN PELAJAR
Dalam makalah ini kami berusaha mengupas sedikit upaya menanggulangi kenakalan pelajar agar tidak menjerumus ke dalam tindak kriminal yang akan berakibat fatal bagi masa depannya.
Menurut Kartini Kartono untuk menanggulangi kenakalan pelajar adalah:
1. Memberi kesempatan kepada pelajar untuk meremasi dengan cara yang baik dan sehat
2. Banyak mawas diri, melihat kekurangan/kelemahan sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik
3. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevant dengan kebutuhan pelajar zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat/potensi pelajar.
Upaya penanggulangan kenakalan pelajar yang paling pertama ditangani oleh seseorang adalah kemauan/keinginan dalam jiwa pelajar tersebut diantaranya:
a. Pelajar itu sendiri
1. Pandai-pandai bergaul, serta pilih-pilihlah teman bergaul jangan bergaul dengan teman yang sering bikin onar, berandalan, suka mabuk-mabukan, narkoba, perilaku kumpul kebo maupun free sex .
2. Sebagai seorang educated person seharusnya kita mampu mengendalikan emosi kita.
3. Seorang pelajar harus berbicara jujur dan tidak sombong, sikap yang sederhana atau menyesuaikan diri.
4. Isilah waktu luangmu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, misalnya ikut kegiatan ekstrakulikuler, membuat kelompok belajar, ataupun ikut kursus.
5. Sebagai seorang pelajar ia harus memusatkan seluruh perhatiannya kepada pelajaran untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya
6. Malu berbuat jahat, agar remaja tidak salah langkah dalam hidup ini adalah menumbuhkan rasa malu melakukan perbuatan yang tidak benar atau jahat. Memberikan penjelasan akan baik-buruknya sesuatu sejak dini sangat berpengaruh bagi perkembangan anak.
7. Takut akibat perbuatan jahat, setelah kita paham akan baik-buruknya sesuatu langkah berikutnya untuk bisa menjauhi perbuatan yang melanggar adalah dengan menanamkan rasa takut akan akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.
8. Pelajarilah pendidikan agama secara mendalam agar tidak mudah terpengaruh pergaulan buruk lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat).
b. Orang tua
Peranan orang tua dalam hal ini dapat mengambil dua sikap:
1. Upaya menanggulangi kenalan pelajar yang bersifat preventif
Upaya ini dilakukan orang tua bertujuan untuk menjauhkan anak dari perbuatan buruk, misalnya:
a. Berusaha menjaga agar hubungan antar anak dan orang tua tetap harmonis dalam satu ikatan keluarga, apabila ada masalah antar anak dan orang tua cobalah komunikasikan/musyawarahkan bersama.
b. Pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh orang tua, awasilah kemana dan dengan siapa mereka bergaul.
c. Menanamkan rasa disiplin dari orang tua pada anak
d. Memberikan tauladan yang baik bagi anak.
e. Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak
f. Menanamkan pengetahuan agama sejak dini kepada anak.
2. Upaya menanggulangi kenakalan pelajar yang bersifat represif
Orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan pelajar seperti menjadi anggota pada badan kesejahteraan.
Pola penanggulangan kenakalan pelajar yang bersifat represif adalah sebagai berikut:
a. Memahami sepenuhnya akan latar belakang dari pada masalah kenakalan yang menimpa anaknya
b. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya
c. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari
d. Meminta bantuan para ahli {psikolog atau sosial} dalam mengawasi perkembangan anak, apabila dipandang perlu
c. Guru
Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menanggulangi kenalan yang dilakukan pelajar.
Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah :
a. Berikanlah pengertian dan teladan tentang latihan kemoralan.
b. Guru mengharuskan mereka disiplin baik dalam pakaian dan disiplin dalam kelas seperti melarang anak – anak berbicara dalam kelas
c. Berikanlah motivasi kepada anak didiknya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga mempunyai andil yang sangat besar dalam perkembangan anak. Keluarga sebagai kompenen terkecil dimana proses pendidikan anak dimulai pertma kali. Oleh karena itu, pengawasan dari orang tua terhadap perubahan tingkah laku anak sangat diharapkan
Apabila lingkungan keluarga tidak harmonis yaitu mengalami hal yang telah disebut diatas seperti keluarga broken hoome disebabkan perceraian, kebudayaan bisu dan perang dingin serta kesalahan pendidikan akan mempengaruhi kepada anak yang dapat menimbulkan kenakalan belajar.
Namun bukan berarti lingkungan tidak berpengaruh dalam kenakalan pelajar tetapi pengaruh lingkungan sangat bergantung dari matangnya pendidikan anak saat dalam keluarga khususnya pendidikan moral dan agama.
Oleh karenanya kami berusaha menguraikan upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk menanggulangi kenakalan pelajar.
B. SARAN
Agar kita harus mampu menanggulangi kenakalan pelajar kita harus bersama-sama berupaya memahami dampak-dampak yang akan diakibatkan oleh kenakalan pelajar. Kenakalan pelajar tidak hanya akan berakibat bagi pelakunya sendiri tetapi juga orang lain. Maka perlunya peran serta orang tua, guru dan anggota masyarakat untuk bersama-sama mengawasi perkembangan pelajar di sekitar kita
DAFTAR PUSTAKA
Atmasasmita, Ramli. Problema kenakalan Anak/remaja {Juridis, sosio, kriminologi}. Bandung: Armico. 1984
http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/kenakalan-pelajar.html
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm
http://yuda1000.multiply.com/journal/item/6
http://rahmarusydayanti88.blogspot.com/2008/05/kenakalan-peserta-didik.html
http://tomyho.wordpress.com/kenakalan-remaja/
http://h4b13.wordpress.com/2008/01/14/kiat-mengatasi-kenakalan-remaja/
http://www.duniaesai.com/psikologi/psi8.html
Basri, Hasan. Remaja Berkualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004
Alfarabi, Faruq. Dialog Remaja. Jombang: Lintas Media. 2002
Faisal, Sanapiah. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasiaonal. 1997
KENAKALAN PELAJAR
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu pendidikan
Yang di bimbing oleh Bapak Drs. Moh. Kosim, M.Ag
Oleh :
IMAM SYAFII
(180 713 199)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PAMEKASAN
JURUSAN TARBIYAH TADRIS BAHASA INGGRIS (TBI)
November 2008
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul KENAKALAN PELAJAR (pengertian kenakalan pelajar, dampak negatif dan upaya menanggulanginya). Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW serta kepada pengikutnya sampai akhir zaman.
Kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih khusus kepada Bapak Moh Qosim, M. Ag. selaku dosen pembina dari mata kuliah Ilmu Pendidikan.
Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Karena itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan dan akan diterima dengan hati terbuka.
Akhirnya kepada-Nya jualah kami mohon taufik dan hidayah-Nya, semoga makalah ini bermanfaat. Amin Ya Rabbal Al-amiin.
Pamekasan, 05 November 2008
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latara Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kenakalan Pelajar 2
B. Dampak Negatif Kenalan Belajar 4
C. Upaya Menanggulangi Kenakalan Pelajar 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan semakin cepatnya perubahan arus globalisasi maka salah satu kelompok yang rentan sekali terbawa arus perubahan zaman adalah pelajar. Hal ini dikarenakan mereka memilik karakteristi tersendiri yang unik, labil, sedang dalam taraf pencarian jati diri. Mereka mengalami masa transisi dari masa remaja menuju status dewasa.
Kenakalan pelajar juga menimbulkan kecemasan tersendiri dalam masyarakat karena akibat dari kenakalan pelajar dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Pelajar diharapkan menjadi kader-kader militan serta calon-calon pemimpin bangsa yang akan melanjutkan perjuangan bangsa di masa yang akan datang. Jangan sampai mereka tergelincir dalam jurang kehinaan yang akan membawa mereka ke jurang kenistaan dan penyesalan. Jangan sampai mereka menjadi kuncup bunga yang gugur sebelum mampu mekar dan menyebarkan bau harum.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kenakalan pelajar bersifat kodrati yang tidak bisa dihilangkan tetapi kita hanya berusaha menangkal atau meminimalisir dengan cara-cara bijak agar tidak berakibat fatal yang dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat banyak.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam permasalahan ini penulis lebih menekankan pemahaman kita tentang apa penyebab kenakalan pelajar serta cara mengatasinya. Pertanyaan yang menjadi analisa dalam penulisan makalah ini adalah:
Apakah pengertian dari kenakalan pelajar?
Apa saja jenis-jenis kenakalan pelajar serta dampak negatifnya? Serta
Bagaiman cara mengatasinya/upaya menanggulangi kenakalan pelajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KENAKALAN PELAJAR
Definisi kenakalan pelajar menurut para ahli
• Santrock
"Kenakalan pelajar merupakan kumpulan dari berbagai perilaku pelajar yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."
• B. simanjuntak
Memberikan pengertian kenakalan pelajar sebagai perbuatan dan tingkah laku, perkosaan terhadapa norma-norma hukum pidana dan pelanggaran terhadap kesusilaan yang dilakukan oleh pelajar .
• Kartono
Kenakalan pelajar merupakan gejala patologis sosial pada pelajar yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
• Paul Muedikdo, SH
Kenakalan adalah semua perbuatan penyelewengan dari norma-norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat dan semua perbuatan dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak yang merupakan kenakalan yang menjadi hukum pidana seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya, begitu juga semua perbuatan yang membutuhkan perlindungan sosial.
Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja/pelajar adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja/pelajar yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
• Singgih D. Gumarso (1988 : 19),
Beliau mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
• Sunarwiyati S (1985)
“Menurut bentuknya beliau membagi kenakalan pelajar kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil/sepeda motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan pelajaran dalam penelitian”.
“Kenakalan pelajar adalah suatu sikap atau perilaku pada seorang pelajar yang hanya ingin mencari perhatian saja dari teman-temannya dan para guru dengan cara berbuat keonaran atau berbuat kerusuhan baik di dalam kelas maupun diluar kelas tanpa menghiraukan akibat dari perbuatannya itu mengganggu orang lain atau tidak”.
Perbuatan-perbuatan menyimpang pelajar yang dilakukannya dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat dapat dikategorikan sebagai sebuah “kenakalan”. Namun seberapa kecilpun kenakalan yang dilakukan pelajar apabila kurang mendapat perhatiaan, teguran maupun penjelasan untuk memperbaikinya, akan menyebabkan seseorang terlanjur melakukan yang lebih parah lagi sehingga dapat dikategorikan tindak kejahatan.
Dari uaraian definisi diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa kenakalan pelajar adalah perilaku yang menyimpang dari norma-norma kesopanan, kesusilaan maupun norma hukum yang dilakukan pelajar. Perilaku-perilaku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang-orang disekitarnya.
B. DAMPAK NEGATIF KENALAN BELAJAR
Setiap perbuatan yang dilakukan seseorang baik individu ataupun kelompok tidak akan lepas dari nampak negatif yang ditimbulkan. Hal itu merupakan sebuah konsekuensi logis dari setiap perbuatan buruk manusia khususnya pelajar. Begitu juga dengan kenakalan yang dilakukan oleh pelajar akan menimbulkan dampak negatif baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat sekitarnya.
Ada beberapa contoh kenakalan pelajar dan dampak negatif kenakalan pelajar diantaranya adalah:
a). Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat mngganggu bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain.
b). Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar cabul atau tidak senonoh, majalah dancerita porno yang dapat merusak moral anak, sampai perdaran obat-obat perangsang nafsu seksual, kontrasepsi penyalahgunaan barang-barang elektronik (missal internet dan handphone) dan sebagainya .
c). Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan terhadap barang-barang atau milik orang lain seperti mencuri, membuat corat-coret yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan sebagainya.
d). Membentuk kelompok atau gang dengan ciri-ciri dan tindakan yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan, blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang tercela yang mengarah pada perbuatan anarkis.
e). Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan, missal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian yang serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di pandang kurang sopan di mata lingkunganya.
f). Mengganggu/mengejek orang-orang yang melintas di depanya, jika menoleh atau marah sedikit saja di anggapnya membuat gara-gara untuk dikerjain dan sebagainya.
Perkelahian antar pelajar (tawuran)
Dampak negatif dari kenakalan yang dilakukan pelajar:
1. Dampak negatif kenakalan pelajar pada dirinya sendiri.
a. Penurunan prestasi belajar sehingga berpengaruh bagi pendidikannya.
b. Apabila kenakalannya berupa ngebut, tidak pakai helm maka rawan terjadinya kecelakaan yang bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan kematian
c. Tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas karena pendidikannya diabaikan
d. Terbengkalainya pendidikan {menghambat pendidikannya} sehingga berakibat akan kehidupanny di masa depan.
e. Apabila kenakalan pelajar tersebut sudah menjurus kedalam bentuk pelanggaran, misalnya mabuk-mabukan, free sex bahkan narkoba selain berakibat bagi kesehatannya juga mengakibatkannya bisa mendekam dalam penjara.
f. Menimbulkan frustasi
g. Dihantui rasa takut akan kesalahan atau pelanggaran yang telah ia perbuat.
2. Dampak negatif kenakalan remaja kepada orang tua
a. Keluarga terpecah belah, sering berantem. Karena kebanyakan mereka yang salah pergaulan susah diatur.
b. Perbuatan-perbuatan melanggar yang dilakukan si pelajar bisa mencemarkan nama baik orang tua.
c. Menjadi bahan pembicaraan orang lain
d. Kekecewa orang tua terhadap anak, karena harapan mereka yang dibebankan di atas pundak putera-puteri ternyata telah diabaikan.
e. Kekhawatiran orang tua terhadap perkembangan anak yang berpengaruh bagi kehidupan masa depannya.
f. Kurangnya interaksi lagi antara anak dan orang tua
3. Dampak negatif kenakalan pelajar pada Lingkungan
a. Tidak akan disukai teman-temannya lagi karena kebanyakan siswa-siswi tidak menyukai anak yang suka berbuat onar.
b. Akan sulit dipercaya oleh temannya dan masyarakat
c. Anak itu akan dikucilkan oleh teman-temannya dan mesyarakat {dianggap rendah martabatnya}
d. Semua orang tidak akan menerima keberadaannya.
C. UPAYA MENANGGULANGI KENAKALAN PELAJAR
Dalam makalah ini kami berusaha mengupas sedikit upaya menanggulangi kenakalan pelajar agar tidak menjerumus ke dalam tindak kriminal yang akan berakibat fatal bagi masa depannya.
Menurut Kartini Kartono untuk menanggulangi kenakalan pelajar adalah:
1. Memberi kesempatan kepada pelajar untuk meremasi dengan cara yang baik dan sehat
2. Banyak mawas diri, melihat kekurangan/kelemahan sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik
3. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevant dengan kebutuhan pelajar zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat/potensi pelajar.
Upaya penanggulangan kenakalan pelajar yang paling pertama ditangani oleh seseorang adalah kemauan/keinginan dalam jiwa pelajar tersebut diantaranya:
a. Pelajar itu sendiri
1. Pandai-pandai bergaul, serta pilih-pilihlah teman bergaul jangan bergaul dengan teman yang sering bikin onar, berandalan, suka mabuk-mabukan, narkoba, perilaku kumpul kebo maupun free sex .
2. Sebagai seorang educated person seharusnya kita mampu mengendalikan emosi kita.
3. Seorang pelajar harus berbicara jujur dan tidak sombong, sikap yang sederhana atau menyesuaikan diri.
4. Isilah waktu luangmu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, misalnya ikut kegiatan ekstrakulikuler, membuat kelompok belajar, ataupun ikut kursus.
5. Sebagai seorang pelajar ia harus memusatkan seluruh perhatiannya kepada pelajaran untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya
6. Malu berbuat jahat, agar remaja tidak salah langkah dalam hidup ini adalah menumbuhkan rasa malu melakukan perbuatan yang tidak benar atau jahat. Memberikan penjelasan akan baik-buruknya sesuatu sejak dini sangat berpengaruh bagi perkembangan anak.
7. Takut akibat perbuatan jahat, setelah kita paham akan baik-buruknya sesuatu langkah berikutnya untuk bisa menjauhi perbuatan yang melanggar adalah dengan menanamkan rasa takut akan akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.
8. Pelajarilah pendidikan agama secara mendalam agar tidak mudah terpengaruh pergaulan buruk lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat).
b. Orang tua
Peranan orang tua dalam hal ini dapat mengambil dua sikap:
1. Upaya menanggulangi kenalan pelajar yang bersifat preventif
Upaya ini dilakukan orang tua bertujuan untuk menjauhkan anak dari perbuatan buruk, misalnya:
a. Berusaha menjaga agar hubungan antar anak dan orang tua tetap harmonis dalam satu ikatan keluarga, apabila ada masalah antar anak dan orang tua cobalah komunikasikan/musyawarahkan bersama.
b. Pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh orang tua, awasilah kemana dan dengan siapa mereka bergaul.
c. Menanamkan rasa disiplin dari orang tua pada anak
d. Memberikan tauladan yang baik bagi anak.
e. Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak
f. Menanamkan pengetahuan agama sejak dini kepada anak.
2. Upaya menanggulangi kenakalan pelajar yang bersifat represif
Orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan pelajar seperti menjadi anggota pada badan kesejahteraan.
Pola penanggulangan kenakalan pelajar yang bersifat represif adalah sebagai berikut:
a. Memahami sepenuhnya akan latar belakang dari pada masalah kenakalan yang menimpa anaknya
b. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya
c. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari
d. Meminta bantuan para ahli {psikolog atau sosial} dalam mengawasi perkembangan anak, apabila dipandang perlu
c. Guru
Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menanggulangi kenalan yang dilakukan pelajar.
Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah :
a. Berikanlah pengertian dan teladan tentang latihan kemoralan.
b. Guru mengharuskan mereka disiplin baik dalam pakaian dan disiplin dalam kelas seperti melarang anak – anak berbicara dalam kelas
c. Berikanlah motivasi kepada anak didiknya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga mempunyai andil yang sangat besar dalam perkembangan anak. Keluarga sebagai kompenen terkecil dimana proses pendidikan anak dimulai pertma kali. Oleh karena itu, pengawasan dari orang tua terhadap perubahan tingkah laku anak sangat diharapkan
Apabila lingkungan keluarga tidak harmonis yaitu mengalami hal yang telah disebut diatas seperti keluarga broken hoome disebabkan perceraian, kebudayaan bisu dan perang dingin serta kesalahan pendidikan akan mempengaruhi kepada anak yang dapat menimbulkan kenakalan belajar.
Namun bukan berarti lingkungan tidak berpengaruh dalam kenakalan pelajar tetapi pengaruh lingkungan sangat bergantung dari matangnya pendidikan anak saat dalam keluarga khususnya pendidikan moral dan agama.
Oleh karenanya kami berusaha menguraikan upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk menanggulangi kenakalan pelajar.
B. SARAN
Agar kita harus mampu menanggulangi kenakalan pelajar kita harus bersama-sama berupaya memahami dampak-dampak yang akan diakibatkan oleh kenakalan pelajar. Kenakalan pelajar tidak hanya akan berakibat bagi pelakunya sendiri tetapi juga orang lain. Maka perlunya peran serta orang tua, guru dan anggota masyarakat untuk bersama-sama mengawasi perkembangan pelajar di sekitar kita
DAFTAR PUSTAKA
Atmasasmita, Ramli. Problema kenakalan Anak/remaja {Juridis, sosio, kriminologi}. Bandung: Armico. 1984
http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/kenakalan-pelajar.html
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm
http://yuda1000.multiply.com/journal/item/6
http://rahmarusydayanti88.blogspot.com/2008/05/kenakalan-peserta-didik.html
http://tomyho.wordpress.com/kenakalan-remaja/
http://h4b13.wordpress.com/2008/01/14/kiat-mengatasi-kenakalan-remaja/
http://www.duniaesai.com/psikologi/psi8.html
Basri, Hasan. Remaja Berkualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004
Alfarabi, Faruq. Dialog Remaja. Jombang: Lintas Media. 2002
Faisal, Sanapiah. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasiaonal. 1997
Langganan:
Postingan (Atom)