Minggu, 14 Juni 2009

SILOGISME

SILOGISME
A. Pengertian silogisme
Silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan, dari dua macam keputusan (yang mengandung unsur yang sama, dan salah satunya harus universal) suatu keputusan yang ketiga, yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya.
Contoh: Semua manusia pasti akan meninggal
Tono adalah manusia
Jadi : Tono pasti akan meninggal
Putusan-putusan yang menjadi sumber putusan terakhir disebut premisse. Priemisse yang wilayahnya umum disebut premisse mayor, sedangkan yang wilayahnya tidak/kurang umum disebut presmisse minor. Adapun putusan yang ditarik dari premisse ini desebut konklusi atau kesimpulan. Kedua premisse itu sering disebut juga antesedens. Sedangkan konklusi lalu dinamai konsekwens.
B. Hukum-hukum silogisme
Supaya silogisme dapat merupakan jalan pikiran yang baik ada beberapa hukum dalam silogisme. Hukum tersebtu bukanlah buatan para ahli-pikir, tapi hanya dirumuskan oleh para ahli itu. Di bawah ini hukum-hukum yang menyangkut term-term antara lain :
1. Hukum pertama. Silogisme tidak boleh lebih atau kurang dari tiga term. Kurang dari tiga term berarti bukan silogisme. Jika sekiranya ada empat term, apakah yang akan menjadi pokok perbandingan, tidak mungkinlah orang membandingkan dua hal denga dua hal pula, dan lenyaplah dasar perbandingan.
2. Hukum kedua. Term antara atau tengah (medium) tidak boleh masuk (terdapat) dalam kesimpulan. Term medium hanya dimaksudkan untuk mengadakan perbandingan dengan term-term. Perbadingan ini terjadi dalam premis-premis. Karena itu term medium hanya berguna dalam premis-premis saja.
3. Hukum ketiga. Wilayah term dalam konklusi tidak boleh lebih luas dari wilayah term itu dalam premis. Hukum ini merupakan peringatan, supaya dalam konklusi orang tidak melebih-lebihkan wilayah yang telah diajukan dalam premis. Sering dalam praktek orang tahu juga, bahwa konklusi tidak benar, oleh karena tidak logis (tidak menurut aturan logika), tetapi tidak selalu mudah menunjuk, apa salahnya itu.
4. Term antara (medium) harus sekurang-kurangnya satu kali universal. Jika term antara paticular, baik dalam premis mayor maupun dalam premis minor, mungkin saja term antara itu menunjukkan bagian-bagian yang berlainan dari seluruh luasnya. Kalau demikian term antara, tidak lagi berfungsi sebagai term antara, dan tidak lagi menghubungkan atau memisahkan subyek dengan predikat.
Contoh : Beberapa pengusaha pembohong
Amir adalah pengusaha
Amir adalah pembohong.
Sedangkan hukum-hukum yang menyangkut premis-premis (keputusan-keputusan) antara lain :
a. Jika kedua premis (mayor dan minor) positif, maka kesimpulannya harus positif juga.
b. Kedua premis tidak boleh negatif, sebab term antara (medium) tidak lagi berfungsi sebagai penghubung atau pemisah subyek dengan predikat. Dalam silogisme sekurang-kurangnya subyek atau predikat harus dipersamakan oleh term antara (medium)
Contoh : Batu adalah bukan binatang
Anjing adalah bukan batu
Anjing adalah bukan binatang.
c. Kedua premis tidak boleh particular. Sekurang-kurangnya satu premis harus universal. Kalau tidak, berarti melanggar hukum c, d bagian hukum-hukum term.
Contoh : Ada orang kaya tidak tentram hatinya
Ada orang jujur bukan orang kaya
Orang jujur tidak tentram hatinya.
d. Kesimpulan harus sesuai dengan premis yang paling lemah. Keputusan particular adalah keputusan yang lemah dibandingkan dengan keputusan universal. Keputusan negatif adalah keputusan yang lemah dibandingkan dengan keputusan positif karena itu jika ada satu premis particular, maka kesimpulan harus particular. Jika salah satu premis negatif, maka kesimpulannya harus negatif. Jika salah satu premis negatif dan particular, maka kesimpulannya harus negatif dan particular juga. Kalau tidak akan terjadi ketidak beresan lagi dalam kesimpulan.
C. Bentuk silogisme
Mengingat menurut bentuknya, bahwa ada putusan negatif, maka ada juga gambaran S = M, M ≠ P, jadi S ≠ P . dengan demikian silogisme dibagi ke dalam empat bentuk. Perbedaan pada masing-masing bentuk terlihat pada perobahan letak medium dalam premis mayor maupun dalam premis minor. Empat macam bentuk silogisme adalah :
1. M – P
S – M
S – P
2. P – M
S – M
S – P
D. Kekeliruan Berfikir
1. Kesesatan-Kesesatan dalam Penalaran
Menalar adalah berpikir dengan tepat. Oleh karena hanya manusia saja yang mampu berpikir, maka menalar itu obyeknya juga manusia. Manusia itu didalam kegiatannya berusaha mengolah apa yang dapat diketahui dengan indera untuk sampai pada suatu kebenaran. Dengan demikian sasaran dari penyelidikan penalaran itu adalah manusia.
Untuk sampai pada suatu ketepatan bernalar, terdapat rambu-rambu yang sangat perlu diperhatikan, agar tidak terjadi kesesatan.
Kesesatan penalaran dapat terjadi pada siapa saja, bukan karena kesesatan dalam fakta-fakta, tetapi dari bentuk penarikan kesimpulan yang sesat, karena tidak dari premis-premis yang menjadi acuannya.
2. Kemungkinan Kesesatan Berpikir Deduktif
A. Kesesatan Yang Bersifat Semantik atau Ambiguitas (Ambiguity)
a.1. Kesesatan-kesesatn Ambiguitas
1. Kesesatan Ekuivoka. Suatu kesesatan karena anggapan bahwa kata-kata selalu dapat dipakai dalam pengertian yang sama sedangkan sebenarnya terdapat ambiguitas.
2. Kesesatan Amfiboli. Amfiboli itu merupakan kesalahan dalam susunan kalimat atau proposisi. Seluruh argument terkena penafsiran ganda. Penafsiran ganda seperti itu menyebabkan ketidak jelasan karena susunan kalimatnya begitu sulit dipahami. Untuk keraguan, sering kali ditempuh jalan dengan membuat pertanyaan terhadap kalimat yang disusun itu.
3. Kesesatan Komposisi. Kesesatan itu mungkin sekali terjadi, bila kata atu sekumpulan kata yang disebut. Term di dalam satu bagian dipandang "secar distributive", dan pada bagian lain term sebagai akibatnya adalah bahwa uraian penjelas yang disusun itu berangkat dari pola piker "masing-masing" atau particular, dipergunakan secar distributive itu berfungsi sebagai proposisi individual. Proposisi individual adalah suatu proposisi yang menyatakan masing-masing anggota suatu golongan dan secara individual.
4. Kesesatan dalam Pembagian. Kesesatan ini berkebalikan dari kesesatan komposisi, yang telah dibicarakan di atas. Kesesatan ini karena orang menganggap apa yang benar bagi keseluruhan, juga benar bagi setiap orang secara individual. Suatu kebenaran yang berlaku bagi keseluruhan terjadi juga akan benar bagi bagian-bagiannya. Sebaliknya terjadi pula apa yang tidak benar bagi keseluruhan juga dianggap tidak benar bagi bagian-bagiannya.
5. Kesesatan Aksentuasi
Semula berarti bahwa kata-kata yang ambiguitas yaitu pengertiannya akan berbeda, bila aksen ataupun tekanan dalam bicaranya berbeda pula. Sehingga aksen itu yang menyebabkan ambiguitas.
B. Kesesatan Yang Bersifat Materiil
1. Kesesatan Aksidensia
Aksidensia adalah hal-hal yang ditambahkan ke dalam hal ang substansial (hakikat). Aristoteles dengan teori 10 kategorialnya, mengajarkan tentang 1 substansi dan 9 aksidensia bagi semua yang "ada". Kesesatan ini biasa terjadi karena orang mengira bahwa apa yang dianggap benar dalam substansi itu, juga benar dalam aksidensinya atau sifat-sifastnya, maupun keadaan-keadaan yang eksistensinya secara kebetulan (aksidensi). Sedangkan setiap subyek tertenu itu mempunyai cirri-ciri khusus yang telah menjadi kodratnya sejak adanya eksistensi diri dan yang membedakannya dengan subyek lain.
2. Kesesatan sebaliknya tentang aksidensia. Kesesatan terjadi oleh karena kebenaran yang hanya kebetulan (aksidensia), dianggapnya sebagai hal yang kebenarannya substansial.
3. Kesesatan tentang Hal-hal yang Tidak Relevan. Kesesatan tentang hal-hal yang tidak relevan sering kali disengaja guna membangkitkan emosi atau mengalihkan perhatian seseorang ataupun sekelompok orang dari masalah yang dipersoalkan. Hal seperti ini sering dipergunakan untuk memperdayakan lawan bicara. Cara penyajiannya yang sering meyakinkan, tertapi faktanya justru sangat kabur ataupun bukan yang sedang dibahas. Keterpedayaan seseorang atau sekelompok orang itu karena memang sudah tidak tahu lagi bagaimana akan membantah suatu pernyataan.
C. Kesesatan Berdasarkan Anggapan yang Tidak Benar
c.1. Kesesatan Karena Menganggap Bahwa Kebenarnnya telah terbukti
Sering pula disebut sebagi "petition principii" atau "fallacy of begging the question".
Kesesesatan ini terjadi oleh karena tidak memberi bukti yang seharusnya diterangkan dalam proses penalarannya. Pembicara hanya mengulang-ulangi pernyataannya itu dengan kata-kata lain yang sama artinya. Sangatlah disayangkan bahwa dengan demikian itu, ia yakin telah menciptakan kemajuan-kemajuan dalam penalaran.
c.2. Kesesatan karena sebab yang salah
Tidak jarang kesesatan ini sulit dibedakan dengan kesesatan dalam induksi, yang menyatakan "post hoc propter ohc". Post hoc propter artinya adalah sesuatu memang terjadi setelahnya, tetapi bukanlah sebagai akibatnya.
Kesesatan ini dapat terjadi, karena adanya anggapan, bahwa lebih dari satu peristiwa yang terjadi secara berturut-turut, lalau dianggap mempunyai hubungan sebab akibat.
c.3. Kesesatan atas dasar konsekuensi ataupun atas dasar nonsequitur
Dalam pengertian yang luas, nonesequitur itu bisa diartikan suatu argumen non-selogisme. Suatu kesimpulan yang ditarik, tidak berdasarkan premis-premis, ataupun seandainya dari premis, namun premisnya tidak relevan. Meskipun tidak tertutup kemungkinan bahwa kesimpulan itu benar.
c.4. Kesesatan berdasarkan pertanyaan yang kompleks
Pengajuan pertanyaan yang kompleks dan bersifat pancingan, sehingga jawabnnya dapat mengandung salah satu pengakuan, atau juga mungkin dua-duanya sebagai pengakuan, yang sebenarnya hal itu tidak dikehendaki oleh yang ditanyai. Hal semacam itu sering kali dilakukan untuk merugikan dirinya dalam suatu pemeriksaan.
3. Kemungkinan Kesesatan Perpikir Induktif
A. Kesesatan Dalam Pengamatan
1. Pengamatan yang tidak lengkap. Bahwa pengamatan yang telah dilakukan itu tidak lengkap memang besar sekali peluangnya, hal itu sering kali disebabkan karena terbatasnya waktu dan dana. Atau memang sengaja hanya memperhatikan hal-hal tertentu yang relevan saja.
2. Pengamatan yang tidak teliti. Sering kali para ilmuwan menghadapi jalan buntu dalam membenarkan cara kerja induktif yang akan diterapkan dalam ilmu pengetahuan itu.
Ketatnya logika deduktif dipakai oleh Popper untuk memperlihatkan cara kerja ilmu alam yang bentuk perjalanannya secara induktif. Dasarnya sederhana, yang dapat dicontohkan sebagai berikut:
B. Kesesatan Dalam Penggolongan
1. Penggolongan yang tidak lengkap
2. Penggolongan yang tumpang tindih
3. Penggolongan yang campur aduk
C. Kesesatan Dalam Penentuan Hipotesis
1. Hipotesis yang meragukan. Sebenarnya ada suatu keinginan bahwa di dalam menyusun hipotesis itu, kita memperoleh kebebasan sebesar-sebesarnya, namun bila tidak memperhatikan pedoman yang telah ditentukan, dapat mengakibatkan kekeliruan.
2. Hipotesis yang bertentangan dengan fakta. Hipotesis disusun sesuai dengan apa yang benar-benar terjadi dan bukan spekulasi
D. Kesesatan-kesesatan Dalam Penentuan Sebab
Bila ada 2 peristiwa atau lebih terjadi secara berturut-turut maka tidak selamanya merupakan "sebab akibat" dan tidak selamanya mesti "memiliki hubungan".
1. Analisis yang tidak cukup Antedennya. Untuk mendukung suatu analisis agar mudah mendapat pengukuhan, haruslah dilakukan dengan menyebutkan anteseden-anteseden secara lengkap dan mereduksi factor-faktor yang tidak relevan. Bila tidak demikian maka kesimpulan yang diambil tidak akan merupakan akibat atau tidak ditarik dari antesedennya.
2. Analisis tanpa perbedaan-perbedaan. Bila membuat analisis tentan perbedaan-perbedaan tetapi justru tidak mengemukakan perbedaan-perbedaannya maka analisisnya tidak sah. Terutama bila menggunakan metode ataupun perbandingan.
3. Keseiringan untuk sementara yang kebetulan. Hal-hal yang terjadi secara seiring kali menimbulkan kesesatan dalam menafsirkan atau dalam usaha untuk memahaminya. Kesesatan ini oleh karena tergoda oleh metode berpikir sebab akibat.
4. Generalisasi yang tergesa-gesa. Kesesatan ini sebenarnya sederhana. Oleh karena hanya merupakan penyimpulan yang berkelebihan dari yang dapat dijamin oleh bukti yang diajukan. Mungkin catatan peristiwa atau faktanya belum tuntas tetapi telah menyusun kesimpulan secara final.
E. Kesesatan Analogi
Kesesatan dalam analogi itu banyak dilakukan oleh suku-suku primitive pada masa-masa silam. Mereka belum mampu membedakan secara tajam barang-barang yang satu dengan yang lainnya. Menurut logikanya, barang-barang yang serupa itu tidak ada satu sama lain.Kesesatan itu akan tampak bila diterapkan penyusunan analogi tentang sifat-sifat manusia.
F. Kesesatan Dalam Statistik
1. Sampling yang tidak mewakili populasi. Bentuk generalisasi yang sangat tergesa-gesa dalam statistic adalah bentuk kesesatan utama. Kesesatan ini terjadi karena sampling yang diambil tidak mewakili populasi, sehingga generalisasinya juga tidak benar.
2. Penerapan gejala individual yang tidak bersifat umum. Kesesatan ini berwujud salah tafsir statistic yang lazimnya berlaku bagi orang awam.
3. Kepercayaan kepada statistic. Hasil perhitungan statistic merupakan suatu ketelitian dan kecermatan serta mengikuti metode analisis yang telah terbukti dan pasti. Stastik mempergunakan juga istilah-istilah tertentu seperti : mean, penyimpangan, korelasi yang dapat dipercaya dan pasti. Namun demikian statistic itu tidak dapat melepaskan diri dari probalitas dan kadar sebenarnya menunjukkan suatu derajat kemungkinan tertentu.
4. Kesesatan korelasi secara kebetulan. Kesesatan ini dapat terjadi, karena ada gejala korelasi sementara yang penyebabnya persamaan waktu ataupun persamaan kepentingan namun dipercaya sebagi sesuatu yang dianggap mempunyai korelasi riil.

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN


Tugas perkembangan menurut Robert J. Havighurs adalah sebagian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu, yang merupakan keberhasilan yang dapat memberikan kebahgian serta memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya.

Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan pengharapan atas apa yang akan diakukan oleh seseorang pada masa perkembangannya. Tugas-tugas ini bersifat normatif, on time, dan diharapkan serta diantisipasi oleh individu.

Havighurst (Kimmel, 1995: 15) menawarkan suatu konsep tugas perkembangan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap atau fungsi yang diharapkan dapat dicapai oleh individu pada setiap tahap perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan ini harus dicapai sebelum seorang individu melangkah ke tahapan perkembangan selanjutnya. Apabila seorang individu gagal dalam memenuhi tugas perkembangannya, maka ia akan sulit untuk memenuhi tugas perkembangan fase selanjutnya. Atau, apabila ia gagal melaksanakan tugas perkembangannya pada waktu yang tepat, maka ia akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya di waktu yang lain, atau melaksanakan tugas perkembangan pada tahapan yang lebih lanjut.



Berikut akan dipaparkan tugas-tugas perkembangan dari masing-masing fase:
A. Tugas perkembangan masa kanak-kanak
Menurut psikologi perkembangan, setiap individu sejak kelahirannya sampai memasuki masa tua selalu disertai dengan tugas-tugas perkembangan. Keberhasilan setiap individu dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan akan melahirkan individu yang memiliki kepribadian yang sehat dan dewasa. Namun apabila tugas-tugas perkembangan tersebut gagal dilaksanakan/ dipenuhi maka akan lahir individu-individu yang memiliki gangguan kepribadian bahkan gagguan jiwa. Akan lebih bijaksana bila orang tua mengetahui tugas-tugas perkembangan anak-anak mereka, sehingga orang tua dapat membantu dan memberikan sikap yang benar terhadap anak-anak mereka menuju individu/pribadi yang sehat dan dewasa.

Tugas perkembangan fase bayi dan kanak-kanak Secara kronologis (menurut urutan waktu), masa bayi (infancy atau babyhood) berlangsung sejak individu manusia dilahirkan dari rahim ibunya sampai berusia sekitar setahun.
Sedangkan masa kanak-kanak (early childhood) adalah masa perkembangan berikutnya yakni usia setahun hingga usia antara lima atau enam tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan keluarganya. Oleh karena itu, fungsionalisasi lingkungan kelauarga pada fase ini penting sekali untuk mempersiapkan anak terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas terutama lingkungan sekolah.

1. Tugas-tugas perkembangan pada fase ini meliputi kegiatan-kegiatan belajar
sebagai berikut :
a. Belajar memakan makanan keras, Misalnya mulai dengan bubur susu, bubur beras, nasi dan seterusnya.
b. Belajar berdiri dan berjalan, Misalnya mulai dengan berpegang pada tembok atau sandaran kursi.
c. Belajar berbicara, Misalnya mulai menyebut kata ibu, ayah dan nama-nama benda sederhana yang ada disekelilingnya.
d. Belajar mengendalikan pengeluaran benda-benda buangan dari tubuhnya, Misalnya mulai dengan meludah, membuang ingus dan seterusnya.
e. Belajar membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dan bersopan santun seksual.
f. Mencapai kematangan untuk belajar membaca dalam arti mulai siap mengenal huruf, suku kata dan kata-kata tertulis,
g. Belajar mengadakan hubungan emosional selain dengan ibunya, dengan ayah, saudara kandung, dan orang-orang disekelilingnya.
h. Belajar membedakan antara hal-hal yang baik dengan yang buruk, juga antara hal-hal yang benar dan salah, serta mengembangkan atau membentuk kata hati (hati nurani).

2. Tugas perkembangan fase anak-anak Masa anak-anak (late childhood) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun dengan ciri-ciri utama sebagai berikut :
 Memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya (peer group)
 Keadaan fisik yang memungkinkan/mendorong anak memasuki dunia permainan dan pekerjaanyang membutuhkan ketrampilan jasmani
 Memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbol dan komunikasi yang luas.

Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa perkembangan kedua ini meliputi kegiatan belajar dan mengembangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, Seperti lompat jauh, lompat tinggi, mengejar, menghindari kejaran dan seterusnya.
b. Membina sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu yang sedang berkembang, Seperti kesadaran tentang harga diri (self-esteem) dan kemampuan diri (self efficacy).
c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakatnya.
d. Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan sebagai seorang wanita (jika ia seorang wanita).
e. Mengembangkan dasar-dasar ketrampilan membaca, menulis dan berhitung (matematika atau aritmetika).
f. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari.
g. Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan yang berlaku dimasyarakatnya.
h. Mengembangkan sikap objektif/lugas baik positif maupun negatif terhadap kelompok dan lembaga kemasyarakatan.
i. Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi dirinya sendiri yang independen (mandiri) dan bertanggung jawab.

B. Tugas perkembangan masa remaja
Dengan memahami tugas-tugas perkembangan remaja, maka kita sebagai seorang pendidik atau seorang dewasa yang terlibat dalam penanganan masalah remaja dapat memotivasi remaja dan menolong remaja memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Walaupun demikian, janganlah kita sebagai pendidik menempatkan posisi tugas perkembangan ini sebagai suatu paksaan kepada remaja.

Segalanya kembali kepada individu tersebut, pada apakah ia telah menyelesaikan tugas-tugas perkembangan tahap sebelumnya dengan baik, dan pada hambatan-hambatan yang dialaminya saat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya yang sekarang. Apabila kita menganggap tugas-tugas perkembangan itu seperti PR yang harus diselesaikan tepat waktu, dan penuh tekanan. Biarlah sang remaja menyelesaikan sendiri tugas-tugas perkembangannya menurut caranya, sementara kita orang dewasa membantunya bila ia menemui kesulitan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya.

1. Tugas-tugas perkembangan seorang remaja menurut Havighurst adalah sebagai berikut :
a. Mencapai suatu hubungan yang baru dan lebih matang antara lawan jenis yan seusia.
b. Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminin.
c. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif.
d. Mengharapakan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan karir ekonomi.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan utnuk berperilkau dan mengembangkan ideologi.

Seorang remaja dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya dapat dipisahkan ke dalam tiga tahap secara berurutan (Kimmel, 1995: 16). Tahap yang pertama adalah remaja awal, di mana tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikannya sebagai remaja adalah pada penerimaan terhadap keadaan fisik dirinya dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Hal ini karena remaja pada usia tersebut mengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat drastis, seperti pertumbuhan tubuh yang meliputi tinggi badan, berat badan, panjang organ-organ tubuh, dan perubahan bentuk fisik seperti tumbuhnya rambut, payudara, panggul, dan sebagainya.

Tahapan yang kedua adalah remaja madya, di mana tugas perkembangan yang utama adalah mencapai kemandirian dan otonomi dari orang tua, terlibat dalam perluasan hubungan dengan kelompok baya dan mencapai kapasitas keintiman hubungan pertemanan; dan belajar menangani hubungan heteroseksual, pacaran dan masalah seksualitas.

Tahapan yang ketiga adalah remaja akhir, di mana tugas perkembangan utama bagi individu adalah mencapai kemandirian seperti yang dicapai pada remaja madya, namun berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab, mempersiapkan karir ekonomi, dan membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem etik.

Demikianlah, penjelasan mengenai tugas-tugas perkembangan remaja sebagai satu bagian dalam memahami remaja sebagai suatu masa transisi. Diharapkan, pada saat ini kita telah sampai pada pemahaman bahwa sesungguhnya masa remaja adalah masa transisi yang menjembatani masa kanak-kanak yang tidak matang ke masa dewasa yang matang. Macam transisi yang berbeda akan membawa pengaruh yang berbeda pula bagi individu yang mengalaminya.

Demikian pula dengan bagaimana cara kita melihat transisi tersebut akan mempengaruhi bagaimana kita dapat memahami apa yang dialami dan dirasakan oleh remaja. Selanjutnya, kita akan melihat perubahan dan perkembangan apa yang dialami oleh individu selama masa remajanya.

2. Psikologi perkembangan remaja dapat di pisahkan dengan pengkategorian melalui kesulitan kesulitan yang sering dialami oleh remaja,tuntutan psikologi untuk remaja serta periode pada saat kita remaja. Sejumlah kesulitan yang dialami kaum remaja merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini. Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain :
a. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya periang dan berseri-seri dan yakin.
b. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat.
c. Membolos
d. Perilaku anti social, seperti suka menganggu, berbohong, kejam, dan agresif
e. Penyalahgunaan obat bius
f. Psikosis
C. Tugas perkembangan masa dewasa awal
a. Memilih pasangan hidup
b. Belajar hidup dengan suami atau istri
c. Memulai kehidupan berkeluarga
d. Membimbing dan merawat anak
e. Mengolah rumah tangga
f. Memulai suatu jabatan
g. Menerima tanggung jawab sebagai warga negara
h. Menemukan kelompok sosial yang cocok dan menarik.

D. Tugas Perkembangan masa setengah baya
a. Memperoleh tanggung jawab sosial dan warga negara
b. Membangun dan memperthankan standar ekonomi
c. Membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia
d. Membina kegiatan pengisi waktu senggang orang dewasa
e. Membina hubungan dengan pasanga hidup sebagai pribadi
f. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sendiri
g. Menyesuaikan diri dengan pertambahan umur
E. Tugas perkembangan orang tua
a. Menyesuaikan diri dengan menurunya kesehatan dan kekuatan fisik
b. Menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan menurunya pendapatan
c. Menyesuaikan diri yterhadap meninggalnya suami/istri
d. Menjalin hubuingan dengan perkumpulan manusia usia lanjut
e. Memenuhi kewajiban sosial dan sebagai warga negara
f. Membangun kehidupan fisik yang memuaskan

Menurut Havighurst setiap tahap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek-aspek lainya, yaitu fisik, psikis serta emosional, moral dan sosial.


















DAFTAR REFERENSI

Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum . Edisi III. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM. 1981
Irwanto dkk. Psikologi Umum. J akarta: Gramedia. 1994.
Widayatun, Tri Rusmi. Ilmu Perilaku, Infomedia. 1999.
Hamalik, Omar. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2007.
Dahlan, Djawad & Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rieneka Cipta. 2004
http://www.geocities.com/sebaya01/perkembangan.htm
http://www.geocities.com/guntoroutamadi/artikel-remaja-tugas-perkembangan.html
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/tugas-tugas-perkembangan-anak/
http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/tugas-tugas-perkembangan-remaja.html
http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/03/tugas-tugas-perkembangan.html
http://www.mail-archive.com/syiar-islam@yahoogroups.com/msg06824.html

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PADA MASA BAYI

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PADA MASA BAYI

Sebelum membahas mengenai perkembangan pada masa bayi kita harus paham apa itu psikologi perkembangan (Developmental Psychology).
Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari perkembangan dan perubahan aspek kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai dengan mati. Satu cabang dari psikologi yang ditujukan untuk memahami semua perubahan yang terkait dengan pertambahan usia yang dialami oleh manusia sepanjang rentang kehidupannya. Dikatakan "Cabang dari ilmu psikologi", karena psikologi memiliki berbagai cabang lain yang mempelajari tentang manusia. Satu bidang dari psikologi yang fokus pada perkembangan sepanjang rentang kehidupan.
Development (Perkembangan) adalah perubahan di dalam perilaku yang berhubungan dengan pertambahan usia, dan perubahan yang terjadi kurang lebih dapat diprediksi
Ex: Seorang anak yang sejak kecil diperlakukan sebagai "mama's boy", maka dapat diprediksi ketika telah menikah akan memperlakukan istrinya sebagai pengganti sang "mama".
Kali ini penulis akan membahas mengenai perkembangan yang dialami manusia pada masa bayi. Namun sebelum membahas itu kami akan menjelaskan hal-hal yang terjadi pada bayi.

Refleks
Bayi memiliki sifat refleks untuk mengatur gerakan-gerakan bayi yang baru lahir. Sifat refleks ini adalah otomatis dan berada diluar kendali bayi yang baru lahir tersebut. Sifat-sifat refleks itu meliputi:
Refleks mengisap; terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis mengisap benda yang ditempatkan di mulut mereka.
Refleks mencari; terjadi ketika bayi itu disentuh pipinya maka ia akan memalingkan kepala ke arah benda yang menyentuhnya.
Refleks moro; adalah suatu respon tiba-tiba pada bayi yang baru lahir akibat suara atau gerakan yang mengejutkannya. Bayi tersebut akan melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya ke belakang dan merentangkan lengan dan kakinya.
Refleks menggenggam; yang terjadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan bayi. Bayi merespon dengan cara menggenggam kuat .
BB (Berat Badan)
Ketika lahir, berat normal bayi berkisar antara 2,5 kg-4 kg. Berat lahir ini dipengaruhi kesehatan ibu dan janin. Waktu usia kehamilan 6 bulan, sebetulnya tubuh bayi sudah lengkap secara keseluruhan, tapi beratnya masih sekitar 1 kg. Antara usia kehamilan 6-9 bulan bobotnya bertambah bertambah 1-3 kg, hingga begitu lahir beratnya sudah bertambah sebanyak pertambahan pada tiga bulan terakhir kehamilan itu.
Jadi, 3 bulan terakhir masa kehamilan tersebut menentukan berat lahir bayi. Maka itu, saran Eva, pada 3 bulan terakhir kehamilan, ibu harus memperhatikan konsumsi makanannya. Apalagi pada 3 bulan terakhir tersebut, nafsu makan ibu juga cenderung meningkat. Sebab, jika ibu mengkonsumsi makanan yang berlebihan, bayi yang dilahirkannya pun akan besar. Tentunya ini akan menyulitkan ibu untuk persalinan normal. “Sebaiknya, bila usia kehamilan sudah 6 bulan ke atas, ibu mengatur makanannya sesuai dengan gizi seimbang termasuk banyak makan sayur dan buah-buahan segar.”
Eva juga mewanti-wanti agar kaum ibu jangan salah kaprah menafsirkan bahwa karena hamil ia harus makan untuk dua orang alias dua porsi. Hal ini tak benar. “Kebutuhan wanita dewasa sehari-harinya itu, kan, 2.000 kalori. Jadi, bukan berarti saat hamil harus digandakan. Yang benar, ibu hamil perlu tambahan kalori sebanyak 300 kalori. Jadi, yang dibutuhkan sebetulnya hanya 2.300 kalori.”
Berat lahir akan mempengaruhi BB anak selanjutnya. Jadi, kalau bayinya kecil, nantinya pun akan kecil, dan sebaliknya. Umumnya, kenaikan BB di bulan pertama kira-kira 1-1,5 kg. Bulan kedua kenaikannya antara 3/4-1 kg. Bulan ketiga naik antara 1/2-3/4 kg. Makin bertambah usianya, kenaikan BB tak terlalu besar. “Biasanya berat bayi setelah usia 4-5 bulan akan jadi dua kali berat lahir. Usia setahun jadi 3 kali berat lahir. Jadi, kalau berat bayi lahir 4 kg, usia 4-5 bulan mencapai 8 kg, dan usia setahun jadi 12 kg.” Walaupun perkiraan itu bukan harga mati, karena tak semua bayi dengan berat lahir 4 kg akan berukuran 12 kg saat usia setahun. “Tapi masih disebut normal bila plus-minusnya 2 kg. Misal, beratnya hanya 10 kg,” jelas Eva. Untuk kenaikan berat badan ini, tambahnya, ada kurva normal yang menentukan berat anak apakah termasuk kurang, normal atau berlebih.
Faktor yang mempengaruhi BB anak antara lain asupan makanan yang baik, terutama dari ASI selama 6 bulan pertama. Bukan itu saja. Faktor penyakit bisa menyebabkan pertumbuhan BB anak tak maksimal. Penyakit yang bisa dijumpai pada usia bayi adalah penyakit jantung bawaan. “Jantung itu penting sekali untuk mengalirkan darah yang membawa zat-zat makanan. Kalau jantungnya bocor, darah bersih dan kotor akan bercampur, dengan demikian tubuh pun akan kekurangan oksigen yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.” Penyakit jantung bawaan pun berpengaruh pada daya isap bayi yang tak baik, dengan demikian asupan makannya pun berkurang. Selain itu, penyakit diare juga dapat mengganggu pertumbuhan. Kalau dalam seharinya bisa 15 kali BAB, tentu makanan yang masuk hanya sekadar lewat, tak ada yang diserap tubuh. Demikian pula penyakit batuk-batuk atau kelainan paru-paru bawaan juga bisa menyebabkan pertumbuhan anak tak maksimal. Bukankah penyakit ini akan menimbulkan sesak nafas hingga menyebabkan daya isap bayi juga tak kuat? Berarti pemasukan makannya pun kurang. Hal ini akan berpengaruh pada metabolismenya, membuat BB anak pun jadi tak optimal atau kurus.
TB (Tinggi Badan)
Menurut Eva, pertumbuhan TB bayi juga dipengaruhi asupan makanan. Bila asupannya kurang, anak pun akan jadi kurus dan pendek. Selain juga akan menganggu perkembangan otaknya. Berbeda dengan orang dewasa, yang bila asupan makanannya kurang, mungkin hanya mempengaruhi BB-nya, sementara tingginya tidak jadi berkurang atau pendek, karena pertumbuhannya sudah selesai.
Umumnya bayi baru lahir memiliki tinggi antara 45 cm-52 cm. Pertumbuhan TB anak cepat sekali. Usia setahun, misal, tingginya akan 1 1/2 kali panjang lahir, dan usia 4 tahun 2 kali panjang lahir. Jadi, semisal panjang lahirnya 50 cm, saat usia setahun tingginya 75 cm dan usia 4 tahun 100 cm. Jika makanannya kurang, TB-nya pun tak mencapai 75 cm di usia setahun. Selain faktor makanan, TB juga dipengaruhi faktor genetik. Jadi, kalau TB-nya kurang, perlu dilihat pula bagaimana genetiknya atau tinggi badan orang tuanya. Apakah ayah atau ibunya tinggi atau pendek.
Ketika badan meninggi, tulang-tulang ikut bertambah panjang, terutama tulang-tulang panjang, seperti tulang tangan atas-bawah dan tungkai atas-bawah. Dengan bertambah usia, tulang yang masih rawan atau yang berada di ujung-ujung tulang panjang itulah yang akan terus bertumbuh. Faktor yang berperan pada percepatan pertumbuhan tulang ini adalah makanan yang mengandung kalsium. Jika kalsiumnya cukup, tentu pertumbuhan tulangnya juga bagus, kecuali anak-anak dengan kelainan bawaan, seperti penyakit ricket (rachitis) atau kurang vitamin D, hingga tulang-tulangnya akan tetap pendek.
Lingkar Kepala
Lingkar kepala berkaitan dengan pertumbuhan otak. Pada bayi baru lahir, ukuran kepalanya umumnya kecil karenasutura-sutura-nya (sambungan tulang kepalanya) belum menyatu atau belum terikat. Nah, dengan bertambah usia, tulang-tulang rawan yang masih belum terikat itu akan meregang karena pertumbuhan otak, hingga ukuran lingkar kepala bayi pun bertambah besar. Sampai usia 5 tahun, tulang-tulang rawan itu akan jadi tulang tetap. Jika tulang kepala tak berkembang, otak yang berada di dalamnya tak punya ruang untuk berkembang. Akibatnya, otak akan terjepit dan membuat ia mengalami kejang-kejang. Kepala yang kecil inilah yang dinamakan mikrosefalus.
“Umumnya lingkar kepala bayi baru lahir berkisar antara 35 cm dengan standar deviasi atau plus minus 2 cm. Bila ukurannya kecil, bisa diduga ada kelainan, hingga harus dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui apakah pertumbuhan otaknya tak sempurna atau tak normal.” Tapi jangan pula terpaku pada anggapan kalau anak memiliki kepala yang lebih besar akan pintar dan kalau kepala lebih kecil akan bodoh. Sebab, yang harus dilihat bukan hanya lingkar kepala saja, tapi juga kedalaman korteks otak. Ada juga yang otaknya kecil, tapi sulkus-nya (lekukannya) dalam-dalam. Jadi, kalau korteks-nya diukur sebetulnya luas. “Otak manusia dibagi dua bagian. Bagian dalam dinamakan medula, dan bagian luarnya dinamakan korteks. Pada manusia, korteks lebih tebal dibanding medula. Nah, pada binatang justru sebaliknya. Karena itu memori manusia lebih besar dari binatang. Manusia bisa bicara, menulis, membaca, dan sebagainya.”
Kerasnya Otot
Asupan makanan yang masuk juga menentukan tonus otot bayi. Ada, kan, bayi yang otot-ototnya tampak lembek, tapi ada juga yang agak keras atau padat. Biasanya bayi yang diberi ASI, tonus ototnya lebih baik dibanding yang mendapat susu botol. Selain itu, kalau diukur otot lingkar lengan atasnya akan lebih besar. Dengan otot lingkar lengan atasnya lebih besar berarti ada ketebalan lemak di bawah kulitnya, kan? Pengukuran lingkar lengan atas ini dilakukan untuk melihat status gizi anak dan biasanya dikerjakan oleh ahli gizi. Memang, pengukuran lingkar lengan atas ini jarang sekali dilakukan untuk pemeriksaan, kecuali untuk tujuan penelitian.
Di usia bayi, kekerasan dan kekuatan ototnya tergantung pula pada latihan. Biasanya otot-otot yang terlatih adalah otot mulut karena dia mengisap ASI, selain juga otot leher, tangan, dan kaki. Kalau ototnya kuat atau keras, maka perkembangan motorik kasarnya pun akan lebih cepat.
Di usia 2 bulan biasanya bayi bisa mengangkat lehernya. Pada usia 3-4 bulan mengangkat tegak lehernya 90 derajat. Sekitar usia 4-5 bulan sudah bisa tengkurap dan membalik-balikan badannya. Kemudian, sekitar usia 6-7 bulan sudah duduk sendiri. Usia 8-9 bulan berdiri, dan 9-12 bulan berjalan.
Begitupun dengan perkembangan motorik halusnya. Bayi usia 0-12 bulan perkembangan motorik halusnya antara lain; dapat menjangkau, menggenggam dan memasukkan benda ke dalam mulut. Mengenai benda dengan menggunakan jempol dan satu jari. Memindahkan benda dari tangannya. Menjatuhkan benda mainan dan memunggutnya kembali.
Semua perkembangan di atas tergantung kekuatan ototnya. Bila ototnya lemah maka akan mengganggu perkembangan motorik kasar dan halusnya tersebut.
Perkembangan motorik
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot m,emungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua:
1. Keterampilan motorik kasar meliputi kegiatan otot-otot besar seperti menggerakkan lengan dan berjalan.
2. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi meliputi gerakan-gerakan menyesuaikan secara lebih halus, seperti ketangakasan jari .

Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.

Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak dan juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak.
Namun secara ringkas perkembangan bayi dapat digolongkan dalam dua fase.
Masa Bayi Baru Lahir (New Born).
Masa ini dimulai dari sejak bayi lahir sampai bayi berumur kira-kira 10 atau 15 hari. Dalam perkembangan manusia masa ini merupakan fase pemberhentian (Plateau stage) artinya masa tidak terjadi pertumbuhan/perkembangan.
Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini ialah:
 Periode ini merupakan masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh periode perkembangan.
 Periode ini merupakan saat penyesuaian diri untuk kelangsungan hidup/ perkembangan janin.
 Periode ini ditandai dengan terhentinya perkembangan.
 Di akhir periode ini bila si bayi selamat maka merupakan awal perkembangan lebih lanjut.

Masa Bayi (Babyhood)
Masa ini dimulai dari umur 2 minggu sampai umur 4 tahun.
Masa bayi ini dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan periode di mana dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.
Perkembangan Kepandaian Bayi 1 Tahun Pertama
Berikut adalah perkembangan bayi pada umumnya, namun perkembangan tiap bayi tentunya berbeda-beda satu sama lain.
1 bulan : Secara refleks dapat memegang benda yang menyentuh telapak tangannya.
2 bulan : Dapat menatap, dapat tersenyum, bersuara a, e, h
3 bulan : Menggerakkan benda yang dipegangnya, memandang gerakan benda dengan bola mata sampai ke sudut matanya
4 bulan : Bermain dengan kedua tangan dan memasukkan tangan ke mulut, tertawa, bergurau, tengkurap
5 bulan: Menggulingkan badan, menyentuh mainan, membedakan suara
6 bulan :Bertopang pada kedua tangan, memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan lainnya, menoleh
7 bulan : Membalikkan badan, bermain dengan tangan dan kaki, mulai mengoceh
8 bulan : Belajar duduk, memperhatikan gerak gerik orang, tertarik pada bayangan sendiri dalam cermin
9 bulan : Merayap, dapat berdiri tegak bila dipegang, main cilukba/petak umpet
10 bulan : Berayun pada tangan dan lutut, belajar berdiri sambil berpegangan, menjepit benda dengan kedua jari tangan
11 bulan : Merangkak, belajar berjalan ke samping atau rambatanBerjalan bila kedua tangan dipegang
12 bulan : Berjalan sendiri, bermain kejar-kejaran, dapat mengerjakan tugas-tugas sederhana
PROSE ASSIGNMENT

1. Some similarities between Roger and Vicky:
 Roger is the same youth as Vicky. They are about fourteen or fifteen years old.
 The problem of the story is same. It is about stealing.
Some differences between Roger and Vicky.
 Physically; Vicky is a girl but Roger is a boy.
 Vicky studies in a school but Roger doesn’t.
 Vicky steals because of having kleptomania sickness but Roger steals because he wants a pair of blue suede shoes.
 Vicky used to steal in shop but Roger snatch a purse (it is Mrs. Jones’ purse)
 Vicky used to steal/take something in the shop without known by anyone but Roger takes/steals something by snatching.
2. Vicky, in my point of view, is quite different than Roger. As we know after reading the story of “Thank you, Ma’m” that Roger felt regret of doing such a thing (snatching Mrs. Jones’ purse), moreover Roger knows how kind-hearted Mrs. Jones is, since stealing or snatching is actually not his job/habit. It is so different from Vicky who used to steal because of having kleptomania sickness. Based on my viewpoint, Vicky won’t do such what Roger did. Roger tells frankly why he snatches the purse. It is because he just wants a pair of blue suede shoes. Nevertheless, Vicky won’t admit what he does and why the reason is, such it happened in “The Quickening” short story that he didn’t tell the truth when Miss Olafson asked whether she takes something in the shop or not.
3. Shoplifting is someone whose work is stealing in shop. however kleptomania is someone who is used to stealing in the shop but it is not his/her job. Kleptomania is also a kind of sickness which psychologically causes/forces him/her to steal when he/she has a chance.
Vicky, in my point of view is kleptomania. It is supported with the sentences in the story when it is said that Vicky feels a certain exhilaration grow inside him, a familiar quickening of the pulse, the heart and the senses.

TUGAS UAS MATA KULIAH ILMU LOGIKA

TUGAS UAS MATA KULIAH ILMU LOGIKA
Yang dibina Oleh Bapak Ari Widodo, M. Fil

1) APA ITU LOGIKA?
Logika berasal dari kata Yunani “Logike” yang berhubungan dengan kata benda “logos” yang berarti “perkataan” atau “kata” sebagai manifestasi dari pikiran mannusia. Secara epistimologis diartikan bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.
2) APA MANFAAT BELAJAR LOGIKA?
Belajar logika berarti kita belajar berpikir atau bernalar yang merupakan kegiatan akal manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indera diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Dengan berpikir kita belajar menilai sesuatu sehingga dapat disimpulkan manfaat belajar logika adalah kita memanifestasikan pikiran sehingga mampu mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menggolong-golongkan, membanding-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari kausalitasnya, membahas secara relitas dan lain-lain.
3) APA PERBEDAAN LOGIKA FORMAL DAN MATERIIL?
Logika Formal: mempelajari asas-asas, akidah-akidah, aturan-aturan atau hukum-hukum berpikir yang harus ditaati, agar supaya kita berpikir dengan tepat dan mencapai kebenaran. Jadi bagaimana kita seharusnya berpikir dengan baik sesuai dengan aturan untuk itu.
Logika materiil: mempersoalkan isi/materi pengetahuan dan bagaimana caranya mempertanggunjawabkan isi pengetahuan itu. Dapat disimpulkan bahwa logika materiil mempelajari tentang:
Sumber-sumber dan asalnya pengetahuan
Alat-alat pengetahuan
Proses terjadinya pengetahuan
Kemungkinan-kemungkinan dan batas-batas penjelajahan pengetahuan
Metode ilmu pengetahuan
Kebenaran dan kekeliruan dan lain-lain.
4) APA PERBEDAAN PROPOSISI KATEGORIS DAN HIPOTESIS? BERI CONTOH KONKRIT!
Proposisi kategoris adalah proposisi yang tidak membutuhkan suatu syarat antara subjek dan objek. Misalnya:
Semua guru berwibawa
Semua manusia rajin
Semua manusia pemaaf
Proposisi hipotesis adalah proposisi yang mempunyai ikatan persyaratan antara subjek dan predikatnya. Misalnya
Jika Amin lulus ujian CPNS dia akan mentraktir teman-temannya.
Jika punya uang saya akan pergi keliling dunia.
JELASKAN DEFINISI KATA-KATA BERIKUT DALAM BAHASA INGGRIS!!
Conclusion is the last decision of two or more statements after having consideration about the relationship of the statements.
Argument is a reason of denying a statement even argue any idea that can decide whether the idea is accepted or rejected.
Statement is expression of an idea whether it is truth or not, it can be positive or negative idea; it also describes a feeling that becomes reference of any opinion.
Proposition is term expressed into any language, it means that proposition si a result of expressing a sentence. It can has relationship with its senctence or not.
Premis is some decisions that become source of the last decision.
Logical truth the truth that has some argumentations so that the truth can be accepted. The logical truth is the truth that can be proved by logical thinking.
A syllogism is taking conclusion from two decisions and the third decision should have the same as two of previous decision.a syllogisme consists of three parts: the major premise, the minor premise, and the conclusion.
5) APA PERBEDAAN DEDUKSI, INDUKSI, DAN KAUSALITAS? BERI CONTOH KONKRTI!
Deduksi adalah penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum membentuk kesimpulan yang bersifat khusus. Contoh; mahluk hidup itu bernafas, tumbuh, bergerak, makan, minum.
Induksi adalah penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat khusu membentuk kesimpulan yang berbentuk khusus. Contoh; itik, ayam, angsa, bebek, semua adalah bangsa burung dan termasuk hewan berdarah panas.
6) MENGAPA SETIAP SILOGISME MEMPUNYAI ATURAN-ATURAN UMUM?
Karena silogisme merupakan bentuk pengambilan kesimpulan, maka silogisme memiliki aturan-aturan umum yang harus dipenuhi dalam sebuah pengambilan kesimpulan sehingga diharapkan hasilnya merupakan jalan pikiran yang baik dan menghindari dari kesesatan berpikir.
BUAT CONTOH SILOGISME KATEGORIK DAN HIPOTETIK!
Contoh silogisme kategorik:
Semua Tanaman membutuhkan air (premis mayor)
……………….M……………..P
Akasia adalah Tanaman (premis minor)
….S……………………..M
Akasia membutuhkan air (konklusi)
….S……………..P

Contoh silogisme Hipotetik
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
MENGAPA KESALAHAN DALAM MEMBUAT SILOGISME BISA BERDAMPAK PADA TERJADINYA KEKELIRUAN BERPIKIR?
Karena silogisme merupakan penarikan kesimpulan dari pernyataan dan silogisme itu sendiri mempunyai kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang harus dipenuhi. Apabila kaidah penarikan kesimpulan sudah terpenuhi bisa menjauhi kesalah/kesesatan berpikir.

KENAKALAN PELAJAR

MAKALAH
KENAKALAN PELAJAR
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu pendidikan
Yang di bimbing oleh Bapak Drs. Moh. Kosim, M.Ag












Oleh :
IMAM SYAFII
(180 713 199)





SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PAMEKASAN
JURUSAN TARBIYAH TADRIS BAHASA INGGRIS (TBI)
November 2008
KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul KENAKALAN PELAJAR (pengertian kenakalan pelajar, dampak negatif dan upaya menanggulanginya). Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW serta kepada pengikutnya sampai akhir zaman.
Kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih khusus kepada Bapak Moh Qosim, M. Ag. selaku dosen pembina dari mata kuliah Ilmu Pendidikan.
Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Karena itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan dan akan diterima dengan hati terbuka.
Akhirnya kepada-Nya jualah kami mohon taufik dan hidayah-Nya, semoga makalah ini bermanfaat. Amin Ya Rabbal Al-amiin.



Pamekasan, 05 November 2008

Penulis









DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latara Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kenakalan Pelajar 2
B. Dampak Negatif Kenalan Belajar 4
C. Upaya Menanggulangi Kenakalan Pelajar 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA












BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan semakin cepatnya perubahan arus globalisasi maka salah satu kelompok yang rentan sekali terbawa arus perubahan zaman adalah pelajar. Hal ini dikarenakan mereka memilik karakteristi tersendiri yang unik, labil, sedang dalam taraf pencarian jati diri. Mereka mengalami masa transisi dari masa remaja menuju status dewasa.
Kenakalan pelajar juga menimbulkan kecemasan tersendiri dalam masyarakat karena akibat dari kenakalan pelajar dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Pelajar diharapkan menjadi kader-kader militan serta calon-calon pemimpin bangsa yang akan melanjutkan perjuangan bangsa di masa yang akan datang. Jangan sampai mereka tergelincir dalam jurang kehinaan yang akan membawa mereka ke jurang kenistaan dan penyesalan. Jangan sampai mereka menjadi kuncup bunga yang gugur sebelum mampu mekar dan menyebarkan bau harum.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kenakalan pelajar bersifat kodrati yang tidak bisa dihilangkan tetapi kita hanya berusaha menangkal atau meminimalisir dengan cara-cara bijak agar tidak berakibat fatal yang dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat banyak.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam permasalahan ini penulis lebih menekankan pemahaman kita tentang apa penyebab kenakalan pelajar serta cara mengatasinya. Pertanyaan yang menjadi analisa dalam penulisan makalah ini adalah:
Apakah pengertian dari kenakalan pelajar?
Apa saja jenis-jenis kenakalan pelajar serta dampak negatifnya? Serta
Bagaiman cara mengatasinya/upaya menanggulangi kenakalan pelajar?
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI KENAKALAN PELAJAR
Definisi kenakalan pelajar menurut para ahli
• Santrock
"Kenakalan pelajar merupakan kumpulan dari berbagai perilaku pelajar yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."
• B. simanjuntak
Memberikan pengertian kenakalan pelajar sebagai perbuatan dan tingkah laku, perkosaan terhadapa norma-norma hukum pidana dan pelanggaran terhadap kesusilaan yang dilakukan oleh pelajar .
• Kartono
Kenakalan pelajar merupakan gejala patologis sosial pada pelajar yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
• Paul Muedikdo, SH
Kenakalan adalah semua perbuatan penyelewengan dari norma-norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat dan semua perbuatan dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak yang merupakan kenakalan yang menjadi hukum pidana seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya, begitu juga semua perbuatan yang membutuhkan perlindungan sosial.
Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja/pelajar adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja/pelajar yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
• Singgih D. Gumarso (1988 : 19),
Beliau mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
• Sunarwiyati S (1985)
“Menurut bentuknya beliau membagi kenakalan pelajar kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil/sepeda motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan pelajaran dalam penelitian”.
“Kenakalan pelajar adalah suatu sikap atau perilaku pada seorang pelajar yang hanya ingin mencari perhatian saja dari teman-temannya dan para guru dengan cara berbuat keonaran atau berbuat kerusuhan baik di dalam kelas maupun diluar kelas tanpa menghiraukan akibat dari perbuatannya itu mengganggu orang lain atau tidak”.
Perbuatan-perbuatan menyimpang pelajar yang dilakukannya dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat dapat dikategorikan sebagai sebuah “kenakalan”. Namun seberapa kecilpun kenakalan yang dilakukan pelajar apabila kurang mendapat perhatiaan, teguran maupun penjelasan untuk memperbaikinya, akan menyebabkan seseorang terlanjur melakukan yang lebih parah lagi sehingga dapat dikategorikan tindak kejahatan.
Dari uaraian definisi diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa kenakalan pelajar adalah perilaku yang menyimpang dari norma-norma kesopanan, kesusilaan maupun norma hukum yang dilakukan pelajar. Perilaku-perilaku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang-orang disekitarnya.
B. DAMPAK NEGATIF KENALAN BELAJAR

Setiap perbuatan yang dilakukan seseorang baik individu ataupun kelompok tidak akan lepas dari nampak negatif yang ditimbulkan. Hal itu merupakan sebuah konsekuensi logis dari setiap perbuatan buruk manusia khususnya pelajar. Begitu juga dengan kenakalan yang dilakukan oleh pelajar akan menimbulkan dampak negatif baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat sekitarnya.
Ada beberapa contoh kenakalan pelajar dan dampak negatif kenakalan pelajar diantaranya adalah:
a). Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat mngganggu bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain.
b). Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar cabul atau tidak senonoh, majalah dancerita porno yang dapat merusak moral anak, sampai perdaran obat-obat perangsang nafsu seksual, kontrasepsi penyalahgunaan barang-barang elektronik (missal internet dan handphone) dan sebagainya .
c). Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan terhadap barang-barang atau milik orang lain seperti mencuri, membuat corat-coret yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan sebagainya.
d). Membentuk kelompok atau gang dengan ciri-ciri dan tindakan yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan, blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang tercela yang mengarah pada perbuatan anarkis.
e). Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan, missal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian yang serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di pandang kurang sopan di mata lingkunganya.
f). Mengganggu/mengejek orang-orang yang melintas di depanya, jika menoleh atau marah sedikit saja di anggapnya membuat gara-gara untuk dikerjain dan sebagainya.
Perkelahian antar pelajar (tawuran)
Dampak negatif dari kenakalan yang dilakukan pelajar:
1. Dampak negatif kenakalan pelajar pada dirinya sendiri.
a. Penurunan prestasi belajar sehingga berpengaruh bagi pendidikannya.
b. Apabila kenakalannya berupa ngebut, tidak pakai helm maka rawan terjadinya kecelakaan yang bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan kematian
c. Tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas karena pendidikannya diabaikan
d. Terbengkalainya pendidikan {menghambat pendidikannya} sehingga berakibat akan kehidupanny di masa depan.
e. Apabila kenakalan pelajar tersebut sudah menjurus kedalam bentuk pelanggaran, misalnya mabuk-mabukan, free sex bahkan narkoba selain berakibat bagi kesehatannya juga mengakibatkannya bisa mendekam dalam penjara.
f. Menimbulkan frustasi
g. Dihantui rasa takut akan kesalahan atau pelanggaran yang telah ia perbuat.
2. Dampak negatif kenakalan remaja kepada orang tua
a. Keluarga terpecah belah, sering berantem. Karena kebanyakan mereka yang salah pergaulan susah diatur.
b. Perbuatan-perbuatan melanggar yang dilakukan si pelajar bisa mencemarkan nama baik orang tua.
c. Menjadi bahan pembicaraan orang lain
d. Kekecewa orang tua terhadap anak, karena harapan mereka yang dibebankan di atas pundak putera-puteri ternyata telah diabaikan.
e. Kekhawatiran orang tua terhadap perkembangan anak yang berpengaruh bagi kehidupan masa depannya.
f. Kurangnya interaksi lagi antara anak dan orang tua
3. Dampak negatif kenakalan pelajar pada Lingkungan
a. Tidak akan disukai teman-temannya lagi karena kebanyakan siswa-siswi tidak menyukai anak yang suka berbuat onar.
b. Akan sulit dipercaya oleh temannya dan masyarakat
c. Anak itu akan dikucilkan oleh teman-temannya dan mesyarakat {dianggap rendah martabatnya}
d. Semua orang tidak akan menerima keberadaannya.

C. UPAYA MENANGGULANGI KENAKALAN PELAJAR

Dalam makalah ini kami berusaha mengupas sedikit upaya menanggulangi kenakalan pelajar agar tidak menjerumus ke dalam tindak kriminal yang akan berakibat fatal bagi masa depannya.
Menurut Kartini Kartono untuk menanggulangi kenakalan pelajar adalah:
1. Memberi kesempatan kepada pelajar untuk meremasi dengan cara yang baik dan sehat
2. Banyak mawas diri, melihat kekurangan/kelemahan sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik
3. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevant dengan kebutuhan pelajar zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat/potensi pelajar.
Upaya penanggulangan kenakalan pelajar yang paling pertama ditangani oleh seseorang adalah kemauan/keinginan dalam jiwa pelajar tersebut diantaranya:
a. Pelajar itu sendiri
1. Pandai-pandai bergaul, serta pilih-pilihlah teman bergaul jangan bergaul dengan teman yang sering bikin onar, berandalan, suka mabuk-mabukan, narkoba, perilaku kumpul kebo maupun free sex .
2. Sebagai seorang educated person seharusnya kita mampu mengendalikan emosi kita.
3. Seorang pelajar harus berbicara jujur dan tidak sombong, sikap yang sederhana atau menyesuaikan diri.
4. Isilah waktu luangmu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, misalnya ikut kegiatan ekstrakulikuler, membuat kelompok belajar, ataupun ikut kursus.
5. Sebagai seorang pelajar ia harus memusatkan seluruh perhatiannya kepada pelajaran untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya
6. Malu berbuat jahat, agar remaja tidak salah langkah dalam hidup ini adalah menumbuhkan rasa malu melakukan perbuatan yang tidak benar atau jahat. Memberikan penjelasan akan baik-buruknya sesuatu sejak dini sangat berpengaruh bagi perkembangan anak.
7. Takut akibat perbuatan jahat, setelah kita paham akan baik-buruknya sesuatu langkah berikutnya untuk bisa menjauhi perbuatan yang melanggar adalah dengan menanamkan rasa takut akan akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.
8. Pelajarilah pendidikan agama secara mendalam agar tidak mudah terpengaruh pergaulan buruk lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat).
b. Orang tua
Peranan orang tua dalam hal ini dapat mengambil dua sikap:
1. Upaya menanggulangi kenalan pelajar yang bersifat preventif
Upaya ini dilakukan orang tua bertujuan untuk menjauhkan anak dari perbuatan buruk, misalnya:
a. Berusaha menjaga agar hubungan antar anak dan orang tua tetap harmonis dalam satu ikatan keluarga, apabila ada masalah antar anak dan orang tua cobalah komunikasikan/musyawarahkan bersama.
b. Pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh orang tua, awasilah kemana dan dengan siapa mereka bergaul.
c. Menanamkan rasa disiplin dari orang tua pada anak
d. Memberikan tauladan yang baik bagi anak.
e. Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak
f. Menanamkan pengetahuan agama sejak dini kepada anak.
2. Upaya menanggulangi kenakalan pelajar yang bersifat represif
Orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan pelajar seperti menjadi anggota pada badan kesejahteraan.
Pola penanggulangan kenakalan pelajar yang bersifat represif adalah sebagai berikut:
a. Memahami sepenuhnya akan latar belakang dari pada masalah kenakalan yang menimpa anaknya
b. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya
c. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari
d. Meminta bantuan para ahli {psikolog atau sosial} dalam mengawasi perkembangan anak, apabila dipandang perlu

c. Guru
Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menanggulangi kenalan yang dilakukan pelajar.
Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah :
a. Berikanlah pengertian dan teladan tentang latihan kemoralan.
b. Guru mengharuskan mereka disiplin baik dalam pakaian dan disiplin dalam kelas seperti melarang anak – anak berbicara dalam kelas
c. Berikanlah motivasi kepada anak didiknya.











BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keluarga mempunyai andil yang sangat besar dalam perkembangan anak. Keluarga sebagai kompenen terkecil dimana proses pendidikan anak dimulai pertma kali. Oleh karena itu, pengawasan dari orang tua terhadap perubahan tingkah laku anak sangat diharapkan
Apabila lingkungan keluarga tidak harmonis yaitu mengalami hal yang telah disebut diatas seperti keluarga broken hoome disebabkan perceraian, kebudayaan bisu dan perang dingin serta kesalahan pendidikan akan mempengaruhi kepada anak yang dapat menimbulkan kenakalan belajar.
Namun bukan berarti lingkungan tidak berpengaruh dalam kenakalan pelajar tetapi pengaruh lingkungan sangat bergantung dari matangnya pendidikan anak saat dalam keluarga khususnya pendidikan moral dan agama.
Oleh karenanya kami berusaha menguraikan upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk menanggulangi kenakalan pelajar.

B. SARAN
Agar kita harus mampu menanggulangi kenakalan pelajar kita harus bersama-sama berupaya memahami dampak-dampak yang akan diakibatkan oleh kenakalan pelajar. Kenakalan pelajar tidak hanya akan berakibat bagi pelakunya sendiri tetapi juga orang lain. Maka perlunya peran serta orang tua, guru dan anggota masyarakat untuk bersama-sama mengawasi perkembangan pelajar di sekitar kita







DAFTAR PUSTAKA

Atmasasmita, Ramli. Problema kenakalan Anak/remaja {Juridis, sosio, kriminologi}. Bandung: Armico. 1984
http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/kenakalan-pelajar.html
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm
http://yuda1000.multiply.com/journal/item/6
http://rahmarusydayanti88.blogspot.com/2008/05/kenakalan-peserta-didik.html
http://tomyho.wordpress.com/kenakalan-remaja/
http://h4b13.wordpress.com/2008/01/14/kiat-mengatasi-kenakalan-remaja/
http://www.duniaesai.com/psikologi/psi8.html
Basri, Hasan. Remaja Berkualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004
Alfarabi, Faruq. Dialog Remaja. Jombang: Lintas Media. 2002
Faisal, Sanapiah. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasiaonal. 1997
MAKALAH

PROBLEM PENDIDIKAN ISLAM DAN UPAYA MENGATASINYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Maktakuliah Ilmu Pendidikan Islam
Yang Dibina Oleh Bapak Siswanto



Oleh :

JAFTIYATUR ROHANIYAH
Nim. 180 713 208
IMAM SYAFII
Nim. 180 713 19943
MUBAROKAH
Nim. 180 713 277243
HERLINA FAIZAH
Nim. 180 713 182243












SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
(STAIN)
JURUSAN TARBIYAH
PRODI TADRIS BAHASA INGGRIS
MEI 2009


KATA PENGANTAR


Kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga kita mampu melaksanakan segala aktivitas rutinitas dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Selanjutkan makalah ini kami persembahkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang membahas tentang ”Problem Pendidikan Islam dan Upaya Mengatasinya” dan kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing bapak Mushollin, M. Pd.I yang membina mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
Paper yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis tetap berharap kritikan dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas-tugas yang akan datang. Pada akhirnya semoga paper ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis. Dan menjadi tambahan ilmu bagi semua pihak. Amien.

Pamekasan, 10 Mei 2009

Penulis










DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL ………………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………
A. Latang Belakang ………………………………………………
B. Rumusan Masalah ……………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………
A. Problematika Pendidikan Islam ……………..…………………..
B. Upaya-upaya Mengatasi Problem Pendidikan Islam .....………..
BAB III PENUTUP ……………………………………………………
A. Kesimpulan ……………………………………………………
B. Saran …………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………














BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ketika memasuki abad ke-18 terjadilah desakan yang begitu hebat oleh penetrasi Barat terhadap dunia Islam, yang membuat umat Islam membuka mata dan menyadari betapa mundurnya umat Islam itu jika dihadapkan dengan kemajuan Barat. Untuk mengobati kemunduran umat Islam tersebut, maka pada abad ke-20 mulailah diadakan usaha-usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan.

Meskipun telah dilakukan usaha-usaha pembaharuan Pendidikan Islam, namun dunia pendidikan Islam masih saja dihadapkan pada beberapa problema. Tujuan pendidikan Islam yang ada sekarang ini tidaklah benar-benar diarahkan pada tujuan yang positif. Tujuan pendidikan Islam hanya diorientasikan kepada kehidupan akherat semata dan cenderung bersifat defensif, yaitu untuk menyelamatkan umat Islam dan pencemaran dan pengrusakan yang ditimbulkan oleh dampak gagasan Barat yang dating melalui berbagai disiplin ilmu, terutama gagasan-gagasan yang mengancam standar-standar moralitas tradisional Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah problematika dan tantangan pendidikan islam saat ini??
2. Upaya-upaya apakah yang dapat dilakukan untuk mengatasi problematika pendidikan islam?




BAB I I
PEMBAHASAN

A. PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM

Ketertinggalan pendidikan Islam dari lembaga pendidikan lainnya, menurut Azyumardi Azra, setidaknya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pendidikan Islam sering terlambat merumuskan diri untuk merespon perubahan dan kecenderungan masyarakat sekarang dan akan datang.
2. Sistem pendidikan Islam kebanyakan masih lebih cenderung mengorientasikan diri pada bidang-bidang humaniora dan ilmu-ilmu sosial ketimbang ilmu-ilmu eksakta semacam fisika, kimia, biologi, dan matematika modern.
3. Usaha pembaharuan pendidikan Islam sering bersifat sepotong-potong dan tidak komprehensif, sehingga tidak terjadi perubahan yang esensial.
4. Pendidikan Islam tetap berorientasi pada masa silam ketimbang berorientasi kepada masa depan, atau kurang bersifat future oriented.
5. Sebagian pendidikan Islam belum dikelola secara professional baik dalam penyiapan tenaga pengajar, kurikulum maupun pelaksanaan pendidikannya )..

Berikut akan dijelaskan hal-hal apa saja yang melatarbelakangi kemunduran pendidikan islam, meliputi:

a. Masalah Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Imam Ghazali, tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan paripurna baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Imam Ghazali manusia dapat mencapai kesempurnaan apabila berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan fadilah melalui ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Fadilah ini selanjutnya dapat membawanya dekat kepada Allah SWT. Dan akhirnya membahagiakannya hidup di dunia dan akhirat. Dalam hal ini beliau berkata:
"Apabila saudara memperhatikan ilmu pengetahuan, niscaya saudara akan melihat suatu kelezatan padanya, sehingga merasa perlu mempelajarinya dan niscaya saudara mendapatkan ilmu itu sebagai sarana menuju ke kampung akhirat beserta kebahagiaannya dan sebagai media untuk bertaqarrub kepada Allah Swt yang tidak dapat diraih jika tidak dengan ilmu tersebut. Martabat yang paling tinggi yang menjadi hak bagi manusia adalah kebahagiaan abadi. Dan sesuatu yang paling utama ialah sesuatu yang mengantar pada kebahagiaan itu. Kebahagiaan tidak dapat dicapai kalau tidak melalui ilmu dan amal. Dan amal itu tidak dapat diraih tanpa melaui ilmu dan cara pelaksanaan pengamalannya. Pangkal kebahagiaan di dunia dan di akhirat adalah ilmu pengetahuan. Karena itu, mencari ilmu termasuk amalan utama." )

Apabila kita simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam adalah membentuk manusis seutuhnya. Manusia seutuhnya berarti telah terjadi keseimbangan antara jasmani dan rohani, antara material dan spiritual, antara fisik dan mental, serta intelektual dan moral. Jadi semua aspek kecerdasan, baik kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual dapat dikembangkan secara signifikan.

Dewasa ini pendidikan Islam sedang dihadapkan dengan tantangan yang jauh lebih berat dari masa permulaan penyebaran islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealisme umat manusia yang serba multi interest dan berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang multi komplek pula . Ditambah lagi dengan beban psikologis umat islam dalam menghadapi barat bekas saingan jika bukanya musuh sepanjang sejarah . Kesulitan ini semakin menjadi akut karena faktor psikologis yang lain , yang timbul sebagai komplek pihak yang kalah , berbeda dengan kedudakan umat islam klasik pada waktu itu umat islam adalah pihak yang menang dan berkuasa).

Fenomena itu pada gilirannya mengakibatkan pendidikan islam tidak diarahkan kepada tujuan yang positif. Tujuan pendidikan islam cenderung berorientasi kepada kehidupan akhirat semata dan bersifat desentif.
Dalam kondisi kepanikan spiritual itu,strategi pendidikan Islam yang dikembangkan diseluruh dunia Islam secara universal bersifat mekanis. Akibatnya munculah golongan yang menolak segala apa yang berbau Barat, bahkan adapula yang mengharamkan pengambil alihan ilmu dan teknologinya. Sehingga apabila kondisi ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kemunduran umat Islam.

b. Masalah Sistem Pendidikan Islam
Sistem pendidikan Islam pada dasarnya disandarkan pada satu kenyataan bahwa setiap Muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw. bersabda:
«طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ»
Menuntut ilmu wajib atas setiap Muslim. (HR Ibnu Adi dan Baihaqi).
Allah SWT mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu dan membekali dirinya dengan berbagai macam ilmu yang dibutuhkannya dalam kehidupan. Karena itu, pendidikan Islam merupakan sesuatu yang terstruktur, terprogram, dan sistematis. Tujuannya adalah untuk mendidik manusia agar berkepribadian Islam, menguasai tsaqâfah Islam dan menguasai ilmu kehidupan (sains dan teknologi) yang memadai agar mereka dapat mengatasi problem kehidupannya sesuai dengan syariat Islam.

Masalah yang kini dihadapi dalam sistem pendidikan islam adalah:
1. Adanya Dualisme Dikotomi Sistem Pendidikan.
Persoalan dualisme dikotomi sistem pendidikan telah melanda seluruh negara Muslim atau negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam termasuk Indonesia. Dikotomi sistem pendidikan itu bukan hanya menyangkut perbedaan dalam struktur luarnya saja tapi juga perbedaan yang lahir dari pendekatan mereka terhadap tujuan-tujuan pendidikan.

Hal yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari sejarah munculnya sistem yang dipelopori oleh Belanda. Dalam hal ini mengakibatkan muculnya istilah ilmu agama dan ilmu umum. Seoalah-olah persoalan dunia tidak terkait ke dalam ranah kacamata agama padahal dalam Islam dinyatakan bahwa ajaran islam menyangkut seluruh ranah kehidupan, seperti sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya.

Sedangkan sistem tradisional kuno dalam Islam didasarkan atas seperangkat nilai-nilai yang berasal dari Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa tujuan-tujuan pendidikan yang sesungguhnya adalah menciptakan manusia yang taat kepada Tuhan dan akan selalu berusaha untuk patuh pada perintah-perintah-Nya sebagaimana yang dituliskan dalam kitab suci. Orang semacam ini akan berusaha untuk memahami seluruh fenomena di dalam dan di luar khazanah kekuasaan Tuhan. Di lain pihak sistem modern, yang tidak secara khusus mengesampingkan Tuhan, berusaha untuk tidak melibatkan-Nya dalam penjelasannya mengenai asal-usul alam raya atau fenomena dengan mana manusia selalu berhubungan setiap harinya.

2. Masalah Kurikulum Pendidikan Islam
Salah satu problem terbesar dalam pendidikan islam adalah mengenai kurikulum pendidikan islam. Mengenai definisi kurikulum ada beberapa pendapat. Ada yang menyatakan kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan ). Ada pula yang mendefinisikan kurikulum adalah sejumlah kekuatan, faktor-faktor pada lingkungan pengajaran dan pendidikan yang disediakan oleh sekolah bagi para muridnya di dalam dan di luar sekolah, dan sejumlah pengalaman yang lahir daripada interaksi kekuatan-kekkuatan dan faktor-faktor itu.

Kurikulum pendidikan islam masih memakai cara-cara yang berkesadaran Eropasentris, misalnya:
1. Pola yang bertolak dari konsep pendidikan islam yang berfungsi mewariskan pengetahuan dan nilai yang telah ada baik nilai Ilahi maupun nilai insani.
2. Pola kurikulum yang bertolak dari makna pendidikan islam sebagai usaha menciptakan situasi yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.
3. Pola kurikulum yang menekankan antara isi dan proses serta pengalaman belajar sekaligus.

Indikator kekurangtepatan kurikulum pendidikan islam meliputi:
1. Pendidikan islam lebih ditekankan pada belajar tentang agama.
2. Tidak tertibnya pemilihan dan penyusunan materi pendidikan islam.
3. Kurangnya penjelasan yang lebih mendalam ).

3. Masalah Metodologi Pembelajaran Pendidikan Islam
Beberapa masalah yang muncul dalam metodologi pembelajaran agama islam yaitu:
1. Pendidikan agama kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi makna yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa lewat berbagai cara.
2. Metodologi pendidikan agama tidak kunjung berubah antara pra dan post-era modernisme.
3. Pendidikan agama lebih menitipberatkan pada aspek korespondensi-tekstual yang lebih menekankan pada hafalan teks-teks keagamaan yang sudah ada.
4. Pendidikan agama lebih banyak berkonsentrasi pada persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata.



c. Anak Didik (Peserta Didik)

Anak didik yang dihadapi oleh dunia pendidikan Islam di negara-negara Islam berkaitan erat dengan belum berhasilnya dikotomi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum ditumbangkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Belum berhasilnya penghapusan dikotomi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum mengakibatkan rendahnya kualitas intelektual anak didik dan munculnya pribadi-pribadi yang pecah (split personality) dari kaum Muslim. Misalnya seorang muslim yang saleh dan taat menjalankan ibadah, pada waktu yang sama ia dapat menjadi pemeras, penindas, koruptor, atau melakukan perbuatan tercela lainnya. Bahkan yang lebih ironis lagi dikotomi sistem pendidikan tersebut mengakibatkan tidak lahirnya anak didik yang memiliki komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam terhadap Islam dari lembaga-lembaga pendidikan Islam ). Sebagian dari mereka lebih berperan sebagai pemain-pemain teknis dalam masalah-masalah agama. Sementara ruh agama itu sendiri jarang benar digumulinya secara intens dan akrab.

d. Pendidik (Mu’allim)

Untuk mendapatkan kualitas pendidik seperti itu di lembaga-lembaga pendidikan Islam dewasa ini sangat sulit sekali. Hal ini dibuktikan Rahman, melalui pengamatannya terhadap perkembangan pendidikan Islam di beberapa negara Islam. Ia melihat bahwa pendidik yang berkualitas dan profesional serta memiliki pikiran-pikiran yang kreatif dan terpadu yang mampu menafsirkan hal-hal yang lama dalam bahasa yang baru sejauh menyangkut substansi dan menjadikan hal-hal yang baru sebagai alat yang berguna untuk idealita masih sulit ditemukan pada masa modern. Masalah kelangkaan tenaga pendidik seperti ini telah melanda hampir semua negara Islam termasuk indonesia.
B. UPAYA-UPAYA UNTUK MENGATASI PERSOALAN YANG DIHADAPI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
a. Upaya Mengatasi Masalah Tujuan Pendidikan Islam
1. Tujuan pendidikan Islam yang bersifat desentif dan cenderung berorientasi hanya kepada kehidupan akhirat tersebut harus segera diubah.Tujuan pendidikan islam harus berorientasi kepada klehidupan dunia dan akhirat sekaligus serta bersumber pada AL-Qur’an.Menurutnya bahwa :
Tujuan pendidikan dalam pandangan AL-Qur’an adalah untuk mengembangkan kemampuan inti manusia dengan cara yang sedemikian rupa sehingga ilmu pengetahuan yang diperolehnya akan menyatu dengan kepribadian kreatifnya .
2. Beban psikologis umat Islam dalam menghadapi Barat harus segera dihilangkan. Untuk menghilangkan beban psikologis umat Islam tersebut,Rahman menganjurkan supaya dilakukan kajian Islam yang menyeluruh secara historis dan sistimatis mengenai perkembangan disiplin-disiplin ilmu Islam seperti teologi,hukum,etika,hadis ilmu-ilmu sosial,dan filsafat,dengan berpegang kepada AL-Qur’an sebagai penilai. Sebab disiplin ilmu-ilmu Islam yang telah berkembang dalam sejarah itulah yang memberikan kontiunitas kepada wujud intelektual dan spiritual masyarakat Muslim.Sehingga melalui upaya ini diharapkan dapat menghilangkan beban psikologis umat Islam dalam menghadapi Barat.
3. Sikap negatif umat Islam terhadap ilmu pengetahuan juga harus dirubah. Sebab menurut Rahmah, ilmu pengetahuan tidak ada yang salah, yang salah adalah penggunanya. Ilmu tentang atom misalnya, telah ditemukan saintis Barat, namun sebelum mereka memanfaatkan tenaga listrik dari penemuan itu (yang dimaksud memanfaatkan energi hasil reaksi inti yang dapat ditransformasikan menjadi energi listrik) atau menggunakannya buat hal-hal yang berguna, mereka menciptakan bom atom. Kini pembuatan bom atom masih terus dilakukan bahkan dijadikan sebagai ajang perlombaan. Para saintis kemudian dengan cemas mencari jalan untuk menghentikan pembuatan senjata dahsyat itu.

Di dalam Al-Qur’an kata al-ilm (ilmu pengetahuan) digunakan untuk semua jenis ilmu pengetahuan. Contohnya, ketika Allah mengajarkan bagaimana Daud membuat baju perang, itu juga al-’ilm. Bahkan sihir (sihr), sebagaimana yang pernah diajarkan oleh Harut dan Marut kepada manusia, itu juga merupakan salah satu jenis al-’ilm meskipun jelek dalam arti praktek dan pemakaiannya. Sebab banyak yang menyalahgunakan sihir itu untuk memisahkan suami dari istrinya. Begitu pula hal-hal yang memberi wawasan baru pada akal termasul al-’ilm.

b. Upaya Mengatasi Masalah Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas sebagai berikut:
1. Berkepribadian Islam, yaitu seorang Muslim yang memiliki dua kompetensi dasar yang fundamental, yaitu pola pikir ('aqliyyah) dan pola jiwa (nafsiyyah) yang berpijak pada akidah Islam.
2. Menguasai tsaqâfah Islam. Islam telah mewajibkan setiap Muslim untuk menuntut ilmu. Berdasarkan takaran kewajibannya, menurut al-Ghazali, ilmu dibagi dalam dua kategori, yaitu (a) ilmu yang termasuk fardhu 'ain (kewajiban individual), artinya wajib dipelajari setiap Muslim, yaitu: tsaqâfah Islam yang terdiri dari konsepsi, ide, dan hukum-hukum Islam; bahasa Arab; sirah Nabi saw., Ulumul Quran, Tahfizh al-Quran, ulumul hadits, ushul fikih, dll.; (b) ilmu yang dikategorikan fadhu kifayah (kewajiban kolektif); biasanya ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi serta ilmu terapan-keterampilan, seperti biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik, dll.
3. Menguasai ilmu kehidupan (IPTEK). Menguasai IPTEK diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan baik. Islam menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu ilmu-ilmu yang sangat diperlukan umat, seperti statistika, kedokteran, kimia, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik, dll.

Menurut Fazlur Rahman upaya tersebut meliputi:
Pertama, mengislamkan pendidikan sekuler modern. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerima pendidikan sekuler modern yang telah berkembang pada umumnya di Barat dan mencoba untuk “mengislamkan”nya, yaitu mengisinya dengan konsep-konsep kunci tertentu dari Islam. Ada dua tujuan dari mengislamkan pendidikan sekuler modern ini, yaitu ; (1) membentuk watak pelajar-pelajar atau mahasiswa-mahasiswa dengan nilai-nilai Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat, (2) memungkinkan para ahli yang berpendidikan modern menangani bidang kajian masing-masing dengan nilai-nilai Islam pada perangkat-perangkat yang lebih tinggi, menggunakan perspektif Islam untuk mengubah kandungan maupun orientasi kajian-kajian mereka.

Kedua tujuan tersebut berkaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga apabila pembentukan watak dengan nilai-nilai Islam yang dilakukan pada pendidikan tingkat pertama ketika pelajar-pelajar masih dalam usia muda dan mudah menerima kesan, tanpa sesuatu pun yang dilakukan untuk mewarnai pendidikan tinggi dengan orientasi Islam, maka pandangan pelajar-pelajar yang telah mencapai tingkat yang tinggi dalam pendidikannya akan tersekulerkan dan bahkan kemungkinan besar mereka akan membuang orientasi Islam apapun yang pernah mereka miliki. Hal ini akan terjadi dalam skala yang luas.

Kedua, menyederhanakan silabus-silabus tradisional. Pendekatan ini diarahkan dalam kerangka pendidikan tradisional itu sendiri. Pembaharuan ini cenderung menyederhanakan silabus-silabus pendidikan tradisional yang sarat dengan materi-materi tambahan yang tidak perlu seprti : teologi zaman pertengahan cabang-cabang filsafat tertentu (seperti logika), dan segudang karya tentang hukum Islam> penyederhanaan ini berupa pengesampingan sebagian besar karya-karya dalam berbagai disiplin zaman pertengahan dan menekankan pada bidang hadits, bahasa dan kesusastraan Arab serta prinsip-prinsip tafsir al-Qur’an.

Ketiga, menggabungkan cabang-cabang ilmu pengetahuan baru. Dalam kasus seperti ini, lama waktu belajar diperpanjang dan disesuaikan dengan panjang lingkup kurikulum sekolah-sekolah dan akademi modern. Di Indonesia pada tingkat akademi telah dimulai dilakukan upaya-upaya yang ditujukan untuk menggabungkan ilmu-ilmu pengetahuan modern dengan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional ).

Kurikulum seperti ini diikuti dengan berbagai kebijakan negara yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Salah satu kebijakan penting dalam hal ini adalah tentang biaya pendidikan yang murah dan bahkan gratis. Dalam hal ini, negara wajib menyediakan pendidikan murah atau bebas biaya kepada warga negaranya, baik Muslim maupun non-Muslim, agar mereka bisa menjalankan kewajibannya, yaitu menuntut ilmu. Rasulullah saw. bersabda:
«اَلإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَتِهِ»
Imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Sepanjang sejarahnya, Kekhilafahan Islam telah melaksanakan amanat penting Rasulullah ini. Anggaran belanja pendidikan mengambil porsi yang sangat besar dari porsi anggaran pengeluaran total negara Khilafah. Pembiayaan tersebut diperoleh dari harta milik umum, seperti kekayaan alam (bahan tambang, hutan alam, perikanan, dsb). Imam ad-Damsyiqi telah menceritakan sebuah riwayat dari Wadhiyah bin Atha' yang menyatakan, bahwa di kota Madinah pernah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak. Khalifah Umar bin al-Khaththab memberikan gaji kepada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar=4,25 gram emas).

Perhatian para Khalifah tidak hanya tertuju pada gaji yang tinggi bagi pendidik dan pembangunan gedung sekolah, tetapi juga pada pembangunan berbagai sarana pendidikan seperti perpustakaan, auditorium, observatorium, dll. Misalnya, telah dibangun sebuah perpustakaan yang terkenal di Mosul, Irak, oleh Ja'far bin Muhammad (w. 940 M). Perpustakaan ini merupakan terbesar dan terlengkap di zamannya. Di samping itu, para Khalifah juga memberikan penghargaan yang sangat besar terhadap para penulis buku, berupa pemberian imbalan emas seberat buku yang ditulisnya.

c. Upaya Mengatasi Masalah Peserta Didik
Beberapa usaha yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut di atas.
1. Anak didik harus diberikan pelajaran Al-Qur’an melalui metode-metode yang memungkinkan kitab suci bukan hanya dijadikan sebagai sumber inspirasi moral tapi juga dapat dijadikan sebagai rujukan tertinggi untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks dan menantang Dalam kaitan itu Rahman menawarkan metode sistematisnya dalam memahami dan menafsirkan Al Qur’an. Metode itu terdiri dari dua gerakan ganda yaitu dari situasi sekarang ke masa Al Qur’an diturunkan dan kembali lagi ke masa kini. Gerakan pertama mempunyai dua langkah.
1). Orang harus memahami arti atau makna dari suatu pernyataan dengan mengkaji situasi dan problem historis di mana pernyataan AL Qur’an tersebut merupakan jawaban. Sebelum mengkaji ayat-ayat spesifiknya, sutau kajian mengenai mengenai situasi makro dalam batasan-batasan masyarakat, agama, adat-istiadat, lembaga-lembaga dan mengenai kehidupan secara menyeluruh di Arabia pada saat kehadiran Islam, khususnya di sekitar Mekkah harus dilakukan.
2). Menggenerasikan jawaban-jawaban spesifik tersebut dan menyatakannya sebagai pernyataan-pernyataan yang memiliki tujuan moral dan sosial umum yang dapat disaring dari ayat-ayat spesifik dalam sinaran latar belakang sosio-historis yang sering dinyatakan. Selama proses ini, perhatian harus diberikan kepada arah ajaran Al-Qur’an sebagai suatu keseluruhan sehingga setiap arti tertentu yang difahami, setiap hukum yang dinyatakan dan setiap tujuan yang dirumuskan akan koheren dengan yang lainnya. Al Qur’an sebagai suatu keseluruhan memang menanamkan sikap yang pasti terhadap hidup dan memenuhi suatu pandangan dunia yang kongkrit.

Jika dua momen gerakan ganda ini dapat dicapai, perintah-perintah Al-Qur’an akan hidup dan efektif kembali. Metode penafsiran yang ditawarkan Rahman itulah yang disebutnya sebagai prosedur ijtihad. Dalam metode tersebut Rahman telah mengasimilasi dan mengkolaborasi secara sistematis pandangan yuridis Maliki dan Syathibi tentang betapa mendesaknya memahami Al-Qur’an sebagai suatu ajaran yang padu dan kohesif ke dalam gerakan pertama dari metodenya.

2. Memberikan materi disiplin ilmu-ilmu Islam secara historis, kritis dan holistik. Disiplin ilmu-ilmu Islam itu meliputi: Teologi, hukum etika, ilmu-ilmu sosial dan filsafat.





d. Upaya Mengatasi Kelangkaan Tenaga Pendidik
Dalam mengatasi kelangkaan tenaga pendidik seperti itu, Rahman menawarkan beberapa gagasan:
1. Merekrut dan mempersiapkan anak didik yang memiliki bakat-bakat terbaik dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap lapangan agama (Islam). Anak didik seperti ini harus dibina dan diberikan insentif yang memadai untuk membantu memnuhi keperluannya dalam peningkatan karir intelektual mereka. Apabila hal ini tidak segera dilakukan maka upaya untuk menciptakan pendidik yang berkualitas tidak akan terwujud. Sebab hampir sebagian besar pelajar yang memasuki lapangan pendidikan agama adalah mereka yang gagal memasuki karir-karir yang lebih basah.
2. Mengangkat lulusan mdrasah yang relatif cerdas atau menunjuk sarjana-sarjana modern yang telah memperoleh gelar doktor di universitas-universitas Barat dan telah berada di lembaga-lembaga keilmuan tinggi sebagai guru besar-guru besar bidang studi bahasa Arab, bahasa Persi, dan sejarah Islam.
3. Para pendidik harus dilatih di pusat-pusat studi keislaman di luar negeri khususnya ke Barat.
Pengiriman pendidik atau tenaga pengajar IAIN yang potensial untuk melanjutkan studinya ke universitas di negeri Barat yang mempunyai pusat-pusat studi Islam. Awal dari dampak positif pengiriman pengiriman pendidik ke luar negeri itu memang mulai terasa antara lain seperti terlaksananya pembaruan sistem, metode dan teknik di bidang pengajaran dan penyempurnaan struktur kelembagaan serta susunan kurikulum.
4. Mengangkat beberapa lulusan madrasah yang memiliki pengetahuan bahasa Inggris dan mencoba melatih mereka dalam teknik riset modern dan sebaliknya menarik para lulusan universitas bidang filsafat dan ilmu-ilmu sosial dan memberi meeka pelajaran bahasa Arab dan disiplin-disiplin Islam klasik seperti Hadis, dan yiurisprudensi Islam. Hal ini bertujuan untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan secara terpadu baik kepada para lulusan madrasah maupun kepada mereka yang lulusan universitas. Sehingga melalui upaya ini akan lahir pendidik-pendidik yang kreatif dan mempunyai komitmen yang kuat terhadap Islam.
5. Menggiatkan para pendidik untuk melahirkan karya-karya keislaman secara kreatif dan memiliki tujuan. Di samping menlulis karya-karya tentang sejarah, filsafat, seni, juga harus mengkonsentrasikannya kembali kepada pemikiran Islam. Di samping itu para pendidik juga harus bersunggguh-sungguh dalam mengadakan penelitian dan berusaha untu menerbitkan karyanya tersebut. Bagi mereka yang memiliki karya yang bagus harus diberi penghargaan antara lain dengan meningkatkan gajinya ).













BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Masalah tujuan pendidikan islam yang bersifat desentif harus segera dirubah.
2. Adanya dikotomi sistem pendidikan Islam telah menyebabkan rendahnya kualitas anak didik, munculnya pribadi-pribadi yang pecah dan tidak lahirnya anak didik yang amemiliki komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam terhadap Islam harus segera dihilangkan.
3. Tujuan pendidikan Islam hanya berorientasi kepada kehidupan akherat semata dan bersifat defensif terhadap ilmu pengetahuan.

B. SARAN
Tak ada gading yang tak retak, tak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu juga dengan penyajian makalah ini, ternyata masih banyak kekurangan-kekurangan dengan kesalahan-kesalahan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan yang konstruktif guna perbaikan dalam penyajian makalah berikutnya.







DAFTAR PUSTAKA


Azra, Azumardi. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Millennium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 2000

Daradjat, Zakiah dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2006

Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta : Pustaka al-Husna. 1992

Langgulung, Hasan. Manusia Dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: PT ALHUSNA ZIKRA. 1995

Ma’arif, Syafi’I. Peta Bumi Intelektualisme di Indonesia, Bandung : Mizan. 1993.

Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, cet.II.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002.

Rahman, Fazlur. Islam. New York : Anchor Book.1968.

Sulaiman, Fathiyah Hasan. Sistem Pendidikan Islam Versi Al-Ghazali,. Bandung :Al-Ma'arif. 1986.

http//one.indoskripsi.com/mode/6102

http://saifulmmuttaqin.blogspot.com/2008/02/pendidikan-islam-di-indonesia-suatu.html

http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/pendidikan/2627-tentang-pendidikan-islam.html

http://groups.google.com/group/syariah-care/browse_thread/thread/bba27e0b2b7ddbdf

http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/8

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/islam-kontemporer/1219-menampilkan-islam-toleran-melalui-kurikulum